Life is journey not a destinantion ...

Serigala-Serigala Lapar

INDEX PENDEKAR SLEBOR
Ajian Sesat Pendekar Slebor --oo0oo-- Malaikat Bukit Pasir



ANDIKA
Pendekar Slebor
Karya: Pijar El
EP: SERIGALA SERIGALA LAPAR

Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Cover oleh Henky
Editor: Puji S.
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit


ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 1 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Dunia adalah panggung sandiwara yang kadang justru menawarkan ketidak mengertian bagi para pelakonnya. Di pihak lain, beberapa pelakon justru tak mau tahu akan ketidakmengertian itu sendiri. Seolah masa bodoh, mereka bertindak sewenangwenang, terutama terhadap kaum yang lemah.
Mestikah hal itu didiamkan berlarut-larut Dan waktu pun terus bergulir tanpa ada yang dapat mencegahnya. Pagi menyeruak, sebagai tanda dimulainya kehidupan. Pasar Wage mulai ramai oleh pedagang dan pembeli. Sebagian pedagang masih menata dagangannya agar bisa memancing minat.
Sebagian lagi malah sudah mengumbar teriakan, raenjajakan dagangannya. Saking semangatnya teriakan seorang pedagang malah diiringi oleh suara letusan dari pantat. Sebentar dia celingak-celinguk, takut-takut suara letusan tadi terdengar. Di salah satu sudut pasar, tiga sosok tubuh berdiri di depan penjual pakaian.
Dua orang lelaki berusia setengah baya, dan seorang lagi perempuan tua berusia sekitar tujuh puluh tahun.
Mata tajam mereka menatap sepasang anak muda yang tengah menunggu dagangan. Seolah, mereka tengah mengenali salah satunya.
Yakni, seorang pemuda berbaju hijau pupus dengan kain bercorak catur di bahunya.
Kalian lihat sendiri, tunjuk lelakiyangberwajah codet di pipi kiri pada kedua temannya. Lelaki itu mengenakan pakaian berwarna hitam pekat. Kedua tangannya dipenuhi gelang besi. Wajahnya penuh jerawat yang bernanah, hingga sangat mengerikan.
Apalagi ditambah codet di sebelah kiri.
Diperhatikan begitu sepasang anak muda itu jadi jengah juga. Kening mereka berkerut heran.
Sudan lima belas hari aku memperhatikan mereka.
Dan aku yakin, sepertiyang dikatakan Serigala Mata Iblis tentang Pendekar Slebor, pemuda itulah yang sebenarnya berjuluk Pendekar Slebor, lanjut si lelaki berjerawat Kedua kawan lelaki berjerawat menatap tajam pada pemuda berbaju hijau pupus.
Tuan.... Apakah Tuan ingin membeli pakaian tanya si pemuda berusaha tenang, meskipun mulai menangkap gelagat yang tidak enak. Di sebelahnya, gadis bersamanya telah mengkeret sejak tadi. Sementara para pedagang yang lain memperhatikan dengan hati kecut.
Setan! maki lelaki yang berambul panjang. Dia mengenakan pakaian berwarna merah. Hhh! Rupanya, kau sudah tak memiliki nyali untuk tampil kembali di rimba persilatan, Pendekar Slebor! Sehingga kau harus menyamar menjadi pedagang seperti ini! Kening si pemuda berkerut Wajahnya menyiratkan ketidak mengertian dengan apa yang dimaksud lelaki berbaju merah itu. Ditatapnya lelaki itu dengan kening berkerut.
Apa maksud Tuan Namaku Sudira..., kata si pemuda yang mengaku bernama Sudira.
Pemuda keparat! Ikut dengan kami! Serigala Mata Iblis menginginkan nyawa busukmu! bentak lelaki rambut panjang lagi.
Mendengar bentakan itu, hati Sudira benar-benar tidak tenang. Begitu pula gadis di sebelahnya Wajah si gadis telah pucat pasi dengan tatapan lugu. Hatinya kebat-kebit tak menentu. Selama ini, dia menganggap semua orang berwatak baik-baik. Dan semua anggapan seperti itu langsung dibuangnya begitu ketiga orang bertampang tak bersahabat ini membentak-bentak di hadapannya. Pendekar Slebor Siapa dia Dan siapa orang yang dimaksud lelaki berambut panjang dengan Serigala Mata Iblis Tuan... Tuan salah sangka, sergah Sudira berusaha tenang. Dia berpikir, kalau bisa menjelaskan kalau dirinya bukan orang yang dicari, maka semuanya bisa teratasi. Sekali lagi kukatakan. Namaku Sudira.... Dan ini adikku.
Namanya Nuning. Kami kakak beradik yang berasal dari Desa Peterongan sebelah selatan dari kotapraja. Kami tak mengenal orang yang Tuan maksudkan.
Bukannya menyahut, lelaki berambut panjang langsung menendang dagangan sepasang anak muda yang ternyata kakak beradik itu sambil menggeram bengis.
Prak! Pakaian-pakaian dagangan itu kontan beterbangan.
Dan meskipun berasal dari dusun, namun S udira memiliki nyali cukup besar.
Diperlakukan seperti itu, amarahnya kontan terbakar. Dicabutnya golok di pinggang. Dan sambil melompat, diterjangnya orang yang menghambur- hamburkan dagangannya.
Manusia hina! Kerja kalian hanya mengganggu orang saja! seru Sudira keras.
Wuuut! Ayunan golok si pemuda yang sekuat tenaga hanya dihindari lelaki berambut panjang dengan hanya memiringkan tubuhnya.
Setan alas! Sejak kapan pendekar besar seperti kau ini mempergunakan golok! bentak lelaki berambut panjang.
Aku si Bayangan Setan jadi ingin tertawa geli....
Lalu dengan gerakan sangat cepat laksana setan lelaki berambut panjang yang berjuluk si Bayangan Setan mengayunkan tangannya.
Wuuut! Pukulanyang mengandung tenaga dalam penuh itu Input, karena Sudira dengan mempergunakan nalurinya sudah bergulingan. Namun angin keras pukulan itu masih menyerempct lengan kirinya. Plak! Sudira meringis, merasakan nyeri bukan main pada lengan kirinya.
Kau! serunya tersendat dengan wajah pias.
Kakang...! gadis adik Sudira langsung terpekik melihat keadaan kakaknya. Segera dia menghambur dan merangkul.
Si Bayangan Setan terbahak-bahak Rahangnya yang keras tampak bergetar. Matanya membuka lebih lebar.
Rupanya nama besar Pendekar Slebor hanya omongan anak kecil belaka! ejek lelaki berambut panjang.
Cuuh! Apakah kau sudah kehilangan kemampuanmu karena lama berdiam di pasar ini Atau... kau berlagak menjadi pahlawan kesiangan tanpa menurunkan tangan Kakang.... Lebih baik kita tinggalkan tempat ini, ajak gadis bernama Nuning.
Hik hik hik... tak mudah meninggalkan tempat ini, sela nenek berbaju keemasan.
Bibirnya yang penuh gincu meringis. Wajah keriputnya benar-benar mirip kain gombal. Bayangan Setan! Mengapa kau tidak menangkapnya dengan segera Serigala Mata Iblis pasti sangat bangga padamu.
Bagai mendapat semangat baru, si Bayangan Setan berkelebat ke arah Sudira yang nampak tegang.
Sementara itu para pedagang lain mulai menunjukkan rasa kesetiakawanan. Melihat salah seorang teman mereka diperlakukan semena-mena, mereka segera mencabut golok. Saat itu pula, lima buah golok di tangan para pedagang menebas deras ke bagian-bagian tubuh si Bayangan Setan, sebelum Sudira jadi korban.
Bet! Bet! Bet! Mendapati serangan berbahaya menyerangnya, si Bayangan Setan memutar tubuhnya.
Setan alas! Kalian hanya mencari mampus! bentak lelaki berambut panjang.
Tanpa bergerak dari tempatnya, tangan si Bayangan Setan mengibas ke depan.
Seketika satu gelombang angin kuat menderu.
Dess! Dess! Aaakh...! Dalam sekali kibas, lima pedagang yang merasa bernasib dengan Sudira kontan beterbangan ke belakang disertai muntahan darah.
Dua orang seketika mati, sementara sisanya pingsan.
Hayo! Siapa lagi yang ingin jadi pahlawan, hah! bentak si Bayangan Setan pada pedagang lainnya yang perlahan-lahan menurunkan golok.
Meskipun para pedagang geram dan ingin membantu Sudira, namun nyali mereka ciut juga melihat kesaktian lelaki berambut panjang. Hati Sudira pedih melihat nasib yang dialami teman-temannya sesama pedagang.
Namun dia pun tak bisa berbuat banyak ketika si Bayangan Setan sudah berbalik kembali ke arahnya. Kakinya melayang cepat! Merasa ada getaran panas yang menderu ke arahnya, Sudira langsung mendorong tubuh adiknya.
Awas, Nuning! Tinggalkan tempat ini! Sementara pemuda itu sendiri gelagapan. Tubuhnya dibuang ke kanan, membuat tendangan si Bayangan Setan luput dari sasaran.
Brakkk! Malah tendangan itu menghajar meja dagangan seorang penjual makanan hingga seketika hancur berantakan. Melihat hal itu, kemarahan si Bayangan Setan semakin tinggi.
Bangsat terkutuk! Kau hanya berpura-pura saja, hah! Bagus! Aku ingin melihat kepandaian Pendekar Slebor yang selama ini dibanggakan banyak orang! Si Bayangan Setan yang menyangka kalau pemuda di hadapannya tetap Pendekar Slebor kembali meluruk cepat. Dan sudah tentu lelaki ini bukanlah tandingan Sudira. Dalam satu gebrak saja, pemuda itu langsung terhantam tendangan kerasnya.
Dukkk! Namun rupanya, kekerasan alam yang menempa hidupnya sejak kecil membuat tubuh pemuda itu cukup kedot.
Si Bayangan Setan makin buas.
Hanya begini saja kehebatannya! Tak perlu Serigala Mata Iblis menyuruh kami bertiga bila manusia seperti ini yang perlu dihadapi, katanya dalam hati.
Melihat hal itu, Nuning menjadi pucat. Gadis ini tak tega kakaknya dipermainkan seperti itu. Untungnya, dia berada tak jauh dari kudanya. Saat itu pula, timbul pikiran jernih di otaknya. Seketika dia melompat ke atas kuda dan menggebahnya. Nuning tak peduli meskipun nanti akan terkena hajaran si Bayangan Setan.
Si Bayangan Setan yang hendak menurunkan tangan lagi pada Sudira, melompat ke samping dengan wajah gusar.
Pada saat yangsama Nuning mengulurkan tangannya pada Sudira.
Cepat, Kakang! Cepat! Tap! Si gadis menyambar tangan Sudira yang tak berdaya.
Bagai mendapat kekuatan, tangannya disentakkan. Sudira sendiri dengan sisa-sisa tenaga melompat naik ke kudanya. Tubuhnya agak oleng sehingga tidak tepat di punggung kuda. Dia menjerit keras dengkulnya terasa nyeri terhantam tanah bebatuan. Namun Nuning tak peduli.
Yang penting mereka harus melarikan diri secepatnya.
Setan neraka! Kau tak akan bisa melarikan diri dari tangan kami! bentak si Bayangan Setan dan berkelebat menyusul. Begitu pula kedua temannya yang sejak tadi hanya memperhatikan si Bayangan Setan dalam mempermainkan pemuda berbaju hijau muda itu.
Mereka memang tidak turun tangan. Karena sekali lihat saja mereka tahu, pemuda yang masih disangka Pendekar Slebor tak mampu berbuat banyak menghadapi si Bayangan Setan.
Kuda yang dipacu Nuning telah melewati lembah, Kini malam sudah menjelang. Di satu tempat yang penuh ditumbuhi pepohonan, Nuning menghentikan laju kudanya.
Dipegangnya tubuh kakaknya yang terasa panas. Sejak tadi, sebenarnya Sudira sudah pingsan. Dan karena hawa panas yang sangat kuat di tubuhnya, menyebabkan dia mengigau tak karuan.
Hati Nuning menjadi ciut menyadari hal itu. Tanpa pikir panjang lagi, gadis cantik itu segera menggebrak kudanya kembali. Dia tak peduli meskipun tempat yang dilalui semakin asing. Yang terpenting adalah, keselamatan kakaknya.
Oh, Gusti.... Ada apa sebenarnya ini kata batin gadis itu. Tanpa mengenal lelah kudanya terus dipacu. Mengapa orang-orang itu menyangka Kakak Sudira adalah Pendekar Slebor Aku sendiri tak pernah tahu, siapa Pendekar Slebor itu.
Sementara tanpa setahu gadis itu, satu sosok bayangan hitam berkelebat mengikuti. Sejak si gadis tengah pertama kali menghentikan kudanya bayangan itu terus memperhatikan. Dalam sekali pandang saja, dia telah tahu kalau pemuda yang tergolek lemah di punggung kuda dalam keadaan terluka parah.
Aku ingin tahu apa yang terjadi, gumam bayangan hitam itu berkelebat menyusul Nuning. Nampak jelas sekali gadis itu bukan hanya mengkhawatirkan keadaan pemuda itu, tetapi juga meng-khawatirkan bahaya lain.
Entah, bahaya apa. Hmm.... Sebaiknya sebelum kupenuhi tantangan Serigala Mata Iblis, lebih baik aku mengikuti dulu gadis itu. Aku ingin tahu, apa yang telah menimpanya.
Sosok hitam-hitam bersanggul ke atas itu rupanya bukan orang sembarangan. Dalam dua kali kelebat saja, dia bisa mendekati Nuning yang masih terus memacu kudanya sambil menjaga jarak.
Tiba-tiba saja wajah sosok hitam-hitam itu menjadi tegang.
Gusti! Di depan sana ada sebuah jurang. Aku harus segera memperingatkannya! Kalau tidak, dia pasti akan tertelan jurang itu! Memikir demikian, sosok hitam-hitam itu menambah kecepatan larinya. Hanya sekelebatan saja, sebenarnya gadis itu bisa disambarnya. Namun dia urung melakukannya. Justru bayangan itu melompat ke sebuah pohon, ketika kuda yang dipacu cepat oleh gadis tadi meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi.
Nuning yang tak menyangka serta-merta terkejut bukan main. Tubuhnya langsung terlempar jatuh sementara tubuh Sudira pun melayang ambruk.
Ketika berdiri, gadis itu melihat tiga sosok manusia telah berdiri di hadapannya. Maka kembali hatinya kecut!

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 2 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Nuning menatap tak percaya pada tiga orang di depannya yang tak lain si Bayangan Setan, dan kedua temannya. Ketiganya memang tokoh sesat terkenal di rimba persilatan yang berilmu setaraf si nenek genit dikenal sebagai Nenek Baju Emas. Sedang lelaki berbaju hitam yang di tangannya banyak terdapat gelang besi, dikenal sebagai Raja Gelang Besi.
Si Bayangan Setanlah yang pertama kali mengusulkan untuk memotong jalan, saat mengejar gadis itu. Dia memang sangat hafal dengan beberapa lembah yangdilalui Nuning.
Apa yang diduganya memang benar. Kini ketiga tokoh telengas itu terbahak-bahak ketika melihat betapa kalutnya Nuning yang urung mendekati kakaknya yang tergeletak di tanah.
Si Bayangan Setan menyeringai hingga kedua pipinya tertarik ke bawah. Matanya bersinar lebih kejam.
Sudah kukatakan, kalian tak akan bisa melarikan diri, kata lelaki berambut panjang itu dingin. Lalu matanya melirik Raja Gelang Besi yang sejak tadi berkilat-kilat. Raja Gelang Besi... aku tak menginginkan gadis itu. Biar kau urus dia.
Laki-laki codet itu terbahak-bahak mendengar kata-kata si Bayangan Setan.
Tepat sekali. Memang sejak tadi yang kuinginkan adalah gadis itu, Bayangan Setan. Dengan senang hati akan kuurus dia, sahutnya sambil melangkah mendekati Nuning.Bukan main cemasnya si gadis sekarang. Kalau tadi mencemaskan keadaan kakaknya yang luka parah, kini dia mencemaskan keadaan dirinya pula. Dipahami betul, apa arti ucapan lelaki bercodet yang dipanggil Raja Gelang Besi.
Kalian salah sangka.... Kalian salah mencari orang, kata si gadis tersendat dengan wajah pucat. Namaku Nuning.... Dan dia adalah kakakku.... Namanya Sudira.
Bukan Pendekar Slebor....
Raja Gelang Besi semakin menyeringai dan mendekat tanpa kata. Yang ada dalam otak kotornya sekarang ini adalah melewatkan malam yang dingin dengan kehangatan memabukkan.
Percuma kau mengiba-iba seperti itu, Gadis Manis, kata si Bayangan Setan.
Pendekar Slebor akan kami serahkan pada ketua kami, Serigala Mata Iblis. Baju hijau pupus dan kain bercorak catur yang dikenakan sudah menjadi ciri kalau dia adalah manusia yang berjuluk Pendekar Slebor! Lagi pula, tam-pang pemuda ini memang tampang Pendekar Slebor! Raja Gelang Besi! Cepat kau urus dia! Di sebuah pohon, sosok hitam-hitam bersanggul ke atas itu menatap terkejut.
Gila! Ketiga manusia keparat itu rupanya sudah menjadi kaki tangan Serigala Mata Iblis. Hmm.... Aku harus menyelamatkan gadis itu. Tetapi, siapa sebenarnya pemuda yang diakui gadis itu sebagai kakaknya Mengapa mereka menduga kalau dia adalah Pendekar Slebor Kalau tak salah ingat, otak tuaku memang pernah mendengar julukan Pendekar Slebor, seorang pendekar urakan yang berjuang di jalan kebenaran.
Apakah pemuda yang terluka itu adalah Pendekar Slebor yang seperti dugaan orangorang itu Kalau memang iya, rupanya Serigala Mata Iblis menginginkan nyawa Pendekar Slebor. Hmm.... Memang harus kuurungkan menemui Serigala Mata Iblis.
Sementara itu, Raja Gelang Besi telah menangkap tangan kanan Nuning. Si gadis meronta-ronta, berusaha keras melepaskan diri.
Namun apalah daya tenaganya dibandingkan tenaga yang dimiliki Raja Gelang Besi.
Malah tubuhnya terkulai lemah ketika Raja Gelar Besi menotok urat di bawah pangkal lengan kanannya.
Hei! seru Raja Gelang Besi. Apakah kalian masih tetap di sini menonton keasyikanku, hah! Kau juga, Nenek Peot! Cepat menyingkir! Nenek Baju Emas menggerutkan giginya. Sedangkan si Bayangan Setan sudah memanggul tubuh S udira yang tetap disangka sebagai Pendekar Slebor.
Kami menunggu kau lima puluh tombak dari sini! seru si Bayangan Setan, segera berkelebat. Menyusul kemudian, Nenek Baju Emas yang masih mangkel hatinya dipanggil nenek peot oleh Raja Gelang Besi.
Sosok hitam-hitam di atas pohon terus mengawasi dengan mata tajamnya.
Hmm... Kalau aku menyelamatkan pemuda itu, bisabisa nasib gadis ini benar-benar berantakan. Sebaiknya, gadis itu dulu yang harus kuselamatkan. Kalaupun melakukannya sekarang, berarti aku harus menghadapi ketiga begundal itu. Bisa-bisa aku kewalahan. Terutama dengan adanya Nenek Baju Emas. Di tempatnya Raja Gelang Besi terbahak-bahak ketika kedua temannya sudah meninggalkan tempat itu.
Mulut jeleknya menyeringai lebar melihat Nuning yang tergolek lemah dengan mata redup. Perlahan-lahan direbahkannya tubuh gadis itu di atas rumput.
Sangat menyenangkan, desisnya.
Dan ketika tangan lelaki berotak ngeres itu hendak merobek pakaian di bagian dada gadis itu, mendadak terasa ada angin panas menyambar ke arahnya.
Wuuuss! Hei! bentak Raja Gelang Besi keras seraya bergulingan. Pada saat yang sama, sosok bertubuh ramping berpakaian serba hitam melayang turun, langsung menyambar tubuh Nuning.
Masih bergulingan Raja Gelang Besi mengibas-kan tangan kanannya.
Setan alas! Berani mengganggu keasyikanku, hah! Seketika meluncur angin yang tak kalah hebatnya ke arah sosok ramping serba hitam yang membawa Nuning.
Sosok itu melenting dan berputaran dua kali menghindari hantaman yang dilepaskan Raja Gelang Besi.
Brakkk! Angin keras itu menghantam sebuah pohon hingga langsung tumbang. Bertepatan dengan itu, Raja Gelang Besi mencelat dengan satu hentakkan kaki, mencoba hendak memotong sosok ramping berpakaian serba hitam bila bergerak nanti. Namun di luar dugaan, sosok itu justru bergerak ke arahnya dengan kaki kanan melayang. Maka cepat tangannya mengibas.
Plak! Raja Gelang Besi tersentak ketika tangannya beradu dengan kaki yang mengandung tenaga dalam kuat.
Tubuhnya surut dua langkah ke belakang dengan wajah pias. Kedua tangannya terasa nyeri. Siapa nenek bersanggul yang berpakaian hitamhitam itu Gerakannya begitu cepat sekali. Dan tenaga dalamnya pun tinggi.
Rasanya, tenaga dalamku berada satu tingkat di bawahnya. Ilmu meringankan tubuhnya pun sudah mencapai tingkat tinggi, karena sejak tadi aku tidak tahu kalau dia berada di sekitar sini. Mungkin pula, saat si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas bersamaku, manusia keparat itu s udah berada di sini Tetapi peduli setan! Dia telah mengganggu keasyikanku, berarti harus mampus! Berpikir dernikian, Raja Gelang Besi menggerakkan kedua tangannya ke atas ke bawah. Sesaat, hawa sejuk terasa mengalir ke kedua tangannya. Matanya tak berkedip memandang sosok ramping berpakaian hitam-hitam yang telah melempar tubuh Nuning ke sebuah cabang pohon landai. Bagai kapas, tubuh gadis itu hinggap dengan ringannya.
Huh! Mau pamer tenaga dalam rupanya! dengus Raja Gelang Besi. Setan alas! Siapa kau sebenarnya! Mau cari mampus ya, di tengah malam begini! Sosok ramping berpakaian serba hitam yang ternyata seorang wanita tua itu memicingkan matanya Hingga pipinya yang cekung seperti memperlihatkan tulang-belulangnya yang tertarik keluar.
Raja Gelang Besi.... Lebih baik kau minggat dari sini.
Susul kedua temanmu itu. Juga katakan pada Serigala Mata Iblis, kalau aku Bidadari Tangan Maut tak akan pernah mau menjadi abdinya, seperti kau yang mau menjadi seekor anjing untuk kepentingannya! Tantangannya pada purnama mendatang sudah kuterima! sahut perempuan tua berpakaian serba hitam yang ternyata berjuluk Bidadari Tangan Maut.
Raja Gelang Besi tersentak mendengar julukan yang disebut nenek berbaju hitam itu. Batinnya ber-getar dengan perasaan tak menentu.
Pantas dia mempunyai tenaga dalam hebat.
Rupanya Bidadari Tangan Maut yang hadir di sini, desah Raja Gelang Besi dalam hati. Kemudian lelaki ini teringat, kalau Serigala Mata Iblis menghendaki nenek berbaju serba hitam itu. Maka seringai lebar pun tersungging di bibirnya yang agak lebar. Hhh! Bila berhasil kuselesaikan nenek keparat itu, bisa jadi Serigala Mata Iblis akan menyanjungku setinggi langit. Biar kucoba kehebatan nenek ini.
Saat itu pula, lelaki ini memandang tajam pada Bidadari Tangan Maut.
Bidadari Tangan Maut.... Kuhargai kau yang mempunyai urusan dengan Serigala Mata Iblis. Namun sayangnya, kau tak akan berumur panjang di tangannya.
Nyawaku akan kujunjung setinggi langit. Harga diriku melebihi tujuh lapis langit. Tak akan pernah kuubah pendirianku yang menolak bergabung dengan serigala lapar itu! Raja Gelang Besi...! Sekali lagi kukatakan, minggat dari sini! Bukannya menuruti kata-kata Bidadari Tangan Maut, Raja Gelang Besi malah menggebrak maju. Gerakannya begitu cepat. Dan sebelum menghantam pukulan kanan dan kirinya, lima buah gelang besinya sudah meluruk menyambar ke arah Bidadari Tangan Maut. Hhh...! Nenek berbaju hitam dengan rambut disanggul ke atas itu mengeluarkan hembusan dari hidung. Dia tak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Ketika lima buah gelang besi yang meluncur dahsyat itu sudah mendekatinya, dengan ringannya kedua tangannya digerakkan. Wuuss! Wuusss! Satu gelombang angin dahsyat meluruk langsung menghantam lima buah gelang besi itu. Tak! Tak. .! Seketika gelang-gelang itu patah berantakan.
Namun hal itu bukannya menguntungkan bagi Bidadari Tangan Maut. Karena, Raja Gelang Besi sudah meluruk pula. Bersamaan dengan itu, si nenek mundur dua tindak. Lalu tangannya bergerak amat cepat.
Plak! Begitu tangan kirinya menangkis pukulan Raja Gelang Besi, tangan kanan Bidadari Tangan Maut menjotos dada. Desss! Lelaki bercodet itu kontan terhuyung ke belakang saat dadanya bagai dihantam godam yang cukup keras.
Darah segar mengalir dari hidungnya. Namun ini bukan membuatnya jeri, justru bertambah sangar.
Heaaah...! Dikawal satu bentakan keras., si lelaki codet menerjang dahsyat kembali. Malah kalau boleh dibilang lebih dahsyat dari serangannya yang pertama. Pada saat yang sama pun lima belas gelang besinya sudah berkelebatan, mengurung Bidadari Tangan Maut.
Si nenek cepat merunduk berkali-kali sambil mengibaskan tangannya.
Tak! Tak. .! Lima buah gelang besi itu pun berhasil dipatahkan Bidadari Tangan Maut. Namun satu gedoran kaki dari Raja Gelang Besi telah cepat menghantam dadanya.
Heeiggk! Bidadari Tangan Maut tersentak ke belakang. Saat itu pula terasa hawa panas kembali meluruk ke arahnya.
Maka secepatnya tenaga dalamnya dialirkan ke dada dan kedua tangan. Seketika kedua tangannya yang telah berubah menjadi kehitaman bergerak amat cepat Plak! Plak! Dua gempuran dari Raja Gelang Besi berhasil ditepis si nenek. Bahkan satu gedoran langsung dilancarkannya.
Dess! Gedoran telak itu tepat mendarat di dada Raja Gelang Besi. Kembali lelaki itu terhuyung ke belakang.
Kegeraman Raja Gelang Besi siap termuntah.
Wajahnya begitu tegang dengan dagu sekeras batu.
Namun Bidadari Tangan Maut sudah tak mau bertindak ayal-ayalan lagi. Segera tubuhnya meluruk dikawal satu teriakan keras.
Sejak tadi kukatakan, lebih baik tinggalkan tempat ini! Tetapi kau keras kepala.
Jangan salahkan bila aku menurunkan tangan telengas! Raja Gelang Besi tersentak pias. Tanpa sadar kakinya mundur tiga tindak. Dia berusaha menutup gerakan Bidadari Tangan Maut dengan mengirimkan sepuluh buah gelang besinya.
Tak! Tak! Namun gelang-gelang besi itu disapu Bidadari Tangan Maut dengan sekali menggerakkan tangan kiri.
Sementara tubuhnya terus menderu dahsyat ke arah Raja Gelang Besi.
Si lelaki sudah meremang bulu kuduknya. Tanpa terasa keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.
Wajahnya menjadi seputih kertas. Lalu....
Dess.. ! Dan tanpa ampun lagi, pukulan maut yang dl epaskan Bidadari Tangan Maut menghantam telak dada Raja Gelang Besi. Tubuhnya kontan mencelat tiga tombak.
Begitu jatuh keras di tanah, dia pingsan seketika.
Bidadari Tangan Maut mendesah panjang sambil menghapus keringatnya.
Aku sudah memperingatkanmu sejak tadi, Raja Gelang Besi, desisnya pelan.
Si nenek lantas melompat ke pohon tempat Nuning tadi dilemparkan. Disambarnya gadis itu, lalu dibawanya kembali ke bawah.
Perlahan, direbahkannya Nuning ke tanah. Dalam sekali lihat, Bidadari Tangan Maut dapat mengetahui letak totokan yang dilakukan Raja Gelang Besi pada gadis itu. Begitu terbebas dari totokan, tubuh si gadis terjingkat sejenak. Kepalanya terasa agak pusing. Matanya terbuka perlahanlahan. Kang Sudira.... Di mana, Kang Sudira....
Mendengar desisan itu, Bidadari T angan Maut seketika ingat kalau masih ada yang harus diselamatkan.
Kau tunggu di sini. Akan kuselamatkan kakangmu..., ujarnya pelan.
Namun sebelum si nenek bergerak, satu sosok tubuh berpakaian hijau pupus telah berdiri tegak di depannya. Bidadari Tangan Maut mendesah panjang.
Ah! Rupanya pemuda itu berhasil meloloskan diri.
Nuning pun melihat kehadiran pemuda berbaju hijau pupus itu. Bagai menemukan tenaganya kembali, si gadis berlari dan merangkul pemuda itu dengan suka cita.
Kang Sudira...! Kau tidak apa-apa Oh, Gusti...........
Aku sudah ngeri sekali memikirkanmu, Kang..., desah Nuning dengan suara bergetar penuh keharuan.
Si pemuda belum menyahut. Justru keningnya berkerut. Apa-apaan ini tanyanya, kebingungan.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 3 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Nuning masih merangkul pemuda berbaju hijau pupus. Sementara Bidadari Tangan Maut cuma memperhatikan. Namun dalam sekali pandang tadi, dia sempat melihat kalau kening pemuda itu berkerut heran.
Ada apa ini Mengapa pemuda itu sepertinya tak mengenal adiknya desis si nenek dalam hati. Apakah dia telah dipengaruhi salah seorang dari kedua manusia keparat tadi Sedangkan si pemuda masih keheranan.
Nona..., maaf. Nona salah sangka. Aku bukan Sudira yang kau maksud..., ucap si pemuda yang di bahunya tersampir sehelai kain bercorak catur.
Mendengar kata-kata itu, Nuning seketika mendongak. Matanya memperhatikan wajah pemuda di depannya. Dia yakin sekali kalau yang berada di hadapannya adalah kakaknya. Tetapi mengapa katakatanya seperti ini Kang Sudira..., kata si gadis tersendat. Apakah Kakang lupa denganku Aku Nuning, Kang... Adikmu.....
Si pemuda menghela napas perlahan. Dia yakin kalau gadis ini menyangka dirinya adalah kakaknya.
Rasanya tak tega untuk meminta gadis itu melepaskan rangkulannya. Namun biar bagaimanapun, si pemuda menjadi risih karena tak mengenal gadis yang merangkulnya ini.
Nona... Aku bukan Sudira.... Namaku Andika..., tegas si pemuda pelan sambil tersenyum. Bola mata Nuning bergerak-gerak tak mengerti Tetapi.... Percayalah.... Namaku Andika. Mungkin, kebetulan saja wajahku yang ganteng ini mirip dengan orangyang kau maksud..., tandas si pemuda yang tak lain adalah Andika. Dalam rimba persilatan, dia dikenal sebagai pendekar urakan yang berjuluk Pendekar Slebor.
Nuning masih belum percaya. Namun perlahanlahan rangkulannya dilepas. Diperhatikannya wajah di hadapannya dengan saksama.
Dia yakin, yang berada di hadapannya ini adalah kakaknya.
Kau..., oh! Kalau begitu... ke manakah Kang Sudira tanya si gadis tak mengerti.
Lho, Mana kutahu Aku baru saja tiba di sini, sahut Andika, seperti orang tanpa dosa. Bidadari Tangan Maut pun semula menyangka kalau pemuda itu adalah Sudira. Namun keyakinannya perlahan-lahan pupus sudah.
Orang muda... kau menyebut namamu tadi adalah Andika. Bolehkah aku tahu, siapa julukanmu Ini yang menyebalkan Andika. Ada saja orang yang mengutak-atik julukannya. Tapi mungkin dengan menyebutkan julukannya, mereka bisa percaya kalau dirinya bukan orang yang dimaksud. Orang-orang rimba persilatan menjuluki Pendekar Slebor. Namun tak seslebor orangnya. Oh, ya, Nek. Siapa kau ini Kali ini Bidadari Tangan Maut menganggukanggukkan kepalanya. Ada sebuah senyum di wajahnya.
Jadi... rupanya kaulah orang yang berjuluk Pendekar Slebor.... Hem... Namaku sendiri aku sudah lupa. Tetapi, orang-orang rimba persilatan menjuluki Bidadari Tangan Maut... Andika alias Pendekar Slebor pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan mengatupkan kedua tangannya di dada.
Maafkan, Nek. Kukira kalau orang yang berjuluk Bidadari, pasti cantik. Ternyata aku salah sangka. He... he he he....
Taksungguh, aku pernah menyangka kalau akan bertemu Bidadari Tangan Maut yang kesaktiannya tak tertandingi..., kata Andika, mulai kumat urakannya.
Bidadari Tangan Maut mengulap tangannya.
Sudahlah.... Jangan berseloroh dulu. Yang jelas, kau saat ini dikira sebagai kakak gadis itu, Andika. Wajahmu mirip sekali. Mirip dengan siapa, Nek Mirip monyet Sial! Wajah Andika kontan memerah. Sungguh tak pernah disangka kalau si nenek akan membalas selorohannya.
He he he.... Kena, kau! Satu-satu.... Begini, Andika.
Sebenarnya wajahmu mirip dengan wajah kakak gadis ini, jelas Bidadari Tangan Maut. Ceritakan yang jelas, Nek.. . Apa yang sebenarnya terjadi, pinta Pendekar Slebor, mulai penasaran.
Kita tunda dulu percakapan ini. Kalau begitu, pemuda yang bernama Sudira masih berada di sekitar sini.
Lebih baik, kita mencari pemuda itu dulu.
Andika mengangguk-angguk. Sementara Bidadari Tangan Maut sudah menyambar tangan Nuning yang masih jengah bila menatapnya.
Hati gadis itu tanpa sadar bagai teraduk-aduk ketika menyadari yang dirangkulnya bukan kakaknya. Melainkan, orang lain yang mirip kakaknya.
Tadi ketika pemuda itu mengaku berjuluk Pendekar Slebor, sadarlah Nuning sekarang. Ternyata orang-orang yang telah membawa kakaknya salah mencari orang.
Dan dia merasa aneh sekali, karena keduanya sangat mirip.
Bahkan dari warna pakaian yang dikenakan. Demikian pula kain bereorak catur yang tersampir di bahunya. Hanya saja, baru dimengerti sekarang, kain bercorak catur milik kakaknya lebih kecil. Dan itu pun entah sudah hilang entah ke mana, ketika Sudira bertarung tadi.
Kini, rasa khawatir si gadis akan nasib kakaknya semakin membesar saja.
Mengapa Sudira yang dibawa oleh si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas tak bisa mereka temukan Sambil membopong tubuh Sudira, si Bayangan Setan terus berkelebat. Bersama Nenek Baju Emas, dia tak lagi menunggu kemunculan Raja Gelang Besi.
Hhh! Rupanya hanya begitu saja kehebatan Pendekar Slebor yang banyak dibicarakan orang! kata si Bayangan Setan sambil terus berkelebat. Tak pernah kumengerti, mengapa Serigala Mata Iblis merasa kalau Pendekar Sleborlah yang akan menghalangi rencananya.
Padahal, pemuda ini tak memiliki kehebatan apa-apa.
Bayangan Setan! Tahukah kau, apa rencana Serigala Mata Iblis tanya Nenek Baju Emas, sambil mengejar kelebatan tubuh si Bayangan Setan.
Aku tidak tahu sama sekali. Namun lelaki itu memang memiliki kesaktian tinggi. Bukan hanya aku yang berhasil ditundukkannya.
Kau dan Raja Gelang Besi pun telah menjadi pengikutnya. Dan kupikir, ini lebih baik. Karena, kita bisa melakukan apa saja dengan bantuan langsung dari Serigala Mata Iblis.
Kembali pada kecemasannya terhadap Pendekar Slebor, aku masih tak bisa mengerti. Karena, ternyata Pendekar Slebor tak sehebat yang dibicarakan orang, lanjut si Bayangan Setan, masih bernada merendahkan.
Kalau begitu, lebih baik secepatnya dia dibawa ke hadapan Serigala Mata Iblis.
"Bagaimana dengan Raja Gelang Besi?" Mendengar nama itu disebutkan, wajah Nenek Baju Emas berubah. Matanya tertekuk ke dalam.
"Biarkan saja dia. Lebih baik kita segera kembali.
Nanti dia pun bisa kembali, bukan?" Si Bayangan Setan terbahak-bahak. Dia tahu, Nenek Baju Emas masih kesal pada Raja Gelang Besi yang menyebutnya nenek peot. Tampak perubahan pada wajah si nenek yang semakin berkerut dengan mulut berbentuk kerucut. Meskipun wanita tua itu sangat pesolek, namun si Bayangan Setan yakin, kambing diberi obat perangsang pun tak akan mau menuruti birahi perempuan tua itu.
Saat ini, tidak tepat untuk saling mementingkan diri sendiri, kata si Bayangan Setan masih setengah tertawa, Sekarang, kita telah menjadi abdi Serigala Mata Iblis. Apakah kau lupa kalau dirimu pun berhasil dikalahkan olehnya Ucapan Raja Gelang Besi tadi biarkan saja. Dan usulmu untuk secepatnya membawa Pendekar Slebor, memang harus dilakukan sekarang. Biarkan Raja Gelang Besi menikmati malam yang dingin ini.
Meskipun mendengar usulnya disetujui si Bayangan Setan, namun wajah Nenek Baju Emas masih tertebak.
Tanpa banyak bicara, kelebatan tubuhnya dipercepat.
Sedangkan si Bayangan Setan pun juga mempercepat kelebatannya sambil memanggul tubuh Sudira yang masih pingsan.
Bidadari Tangan Maut menghela napas panjang setelah selesai bercerita. Saat bercerita, sesekali dia meminta pada Nuning untuk menjelaskannya. Karena si nenek sendiri hanya menduga kalau orang-orang yang menculik Sudira menginginkan Pendekar Slebor sebenarnya. Hanya kebetulan saja wajah keduanya hampir serupa.
Nuning yang saat ini tengah galau memikirkan nasib kakaknya pun menjelaskan kalimat demi kalimatyang dimaksudkan Bidadari Tangan Maut. Hati gadis cantik yang seumur hidupnya belum pernah sekali pun berpisah dengan kakaknya, bagai hancur berantakan.
Begitulah yang terjadi, Andika..., kata Bidadari Tangan Maut sambil memperhatikan si pemuda.
Ck ck, ck, decak Andika. Kurang ajar betul itu serigala. Kurang makan daging kali. Hm... aku juga mendengar tentang kemunculannya. Dalam waktu kurang lebih sebulan ini, dia tengah memperlihatkan taringnya yang jarang digosok. Dia tak pandang bulu dalam memilih korbannya.
Siapa saja yang dikehendakinya, pasti akan mati. Saat ini, aku pun sedang mencari manusia keparat itu. Sungguh malang nasib yang dialami Sudira.
Pendekar Slebor lantas menatap Bidadari Tangan Maut yang juga menatapnya.
Nek, ada kepentingan apakah kau mencari manusia keparat itu juga tanya si pemuda.
Bidadari Tangan Maut mengeluarkan suara mendesah. Hatinya geram mendengar sepak terjang Serigala Mata Iblis.
Manusia keparat itu berulangkali mendatangi kediamanku. Berulangkali pula meminta untuk menjadi pengikutnya. Dia tengah merencanakan satu siasat yang aku sendiri tidak tahu. Dua kali aku bentrok dengannya. Kuakui, ilmunya begitu tinggi. Dalam bentrokan pertama, aku masih berhasil mengimbanginya. Dan saat bentrokan kedua, aku harus terkapar selama dua hari.
Herannya, manusia keparat itu tak segera membunuhku. Entah mengapa. Justru ketika aku terbangun dari pingsan, kulihat di sisiku terdapat guratan pada tanah yang berisi tantangan.
Pada pumama mendatang, aku harus memenuhi tan-tangannya di Bulrit Siluman. Dan tantangan itu akan kupenuhi, meskipun aku tahu kesaktianyang dimihr kinya berada dua tingkat di atasku.
Andika terdiam. Otaknya yang seencer bubur bekerja. Kedua alisnya yang hitam legam bagai kepakan sayap elang bagai bertaut menjadi satu. Kepalanya diangkat lagi, menatap Bidadari Tangan Maut. Sementara Nuning yang sejak tadi menangis, akhirnya tertidur.
Agaknya, gadis ini tak kuat menahan derita yang baru pertama kali dialaminya.
Nek.. . Seperti niatku semula, aku memang akan menghentikan sepak terjang dari Serigala Mata Iblis. Tapi aku tidak tahu, di mana kediamannya. Bisakah kau mengatakannya kepadaku, Nek Bidadari Tangan Maut menggeleng.
Aku pun tidak tahu, di mana dia berada.
Masih banyak masalah yang harus dipecahkan sekarang ini, jelas Andika. Pertama. Mengapa Serigala Mata Iblis tidak membunuhmu. Kedua, untuk apa mengumpulkan para jago dari golongan hitam. Ketiga, siasat apa yang hendak dijalankannya. Dan keempat, untuk apa menjalankan sebuah siasat yang belum diketahul Bidadari Tangan Maut mengangguk-angguk, membenarkan kata-kata Andika. Memang masih banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Jadi bagaimana keputusanmu tanya si nenek.
Andika bangkit berdiri. Ditepuk-tepuknya pantat yang berdebu.
Hm.,.. Akan segera kucari serigala itu. Apalagi, saat ini orang yang mirip dengan wajahku dibawa oleh si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas. Hm... Apa yang akan dialami pemuda itu, begitu mereka tahu kalau pemuda itu bukan Pendekar Slebor, orang yang di nginkan Serigala Mata Iblis.
Bidadari Tangan Maut hanya menarik ujung bibirnya.
Getir. Kalau begitu, baiklah. Aku akan mengantarkan gadis ini pulang ke rumahnya. Setelah itu, akan kus usul kau demi memenuhi tantangan Serigala Mata Iblis, cetus si nenek, akhirnya.
Andika menganggukkan kepalanya. Lalu tubuhnya diputar satu langkah. Dan....
Wuuttt! Tiba-tiba saja tubuh Pendekar Slebor berkelebat cepat. Sebentar saja, tubuhnya lenyap dari pandangan.
Akuyakin, ilmu meringankan tubuhnya tak jauh berbeda dengan kemampuanku, desah Bidadari Tangan Maut.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 4 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Kami datang dan telah melaksanakan tugas dari ketua. Silakan periksa, kata si Bayangan Setan kepada sosok bertubuh ringkih berusia sekitar tujuh puluh tahun.
Sosok bertubuh ringkih itu terbungkus jubah panjang berwarna hitam. Rambutnya disanggul ke atas, berwarna merah. Wajahnya tirus, menyiratkan kelicikan dan kekejian. Di sebelah si tua kurus yang duduk di sebuah batu altar, duduk seekor serigala bertubuh sangat besar. Sinar matanya mencorong tajam, seolah hendak menelan bulat-bulat si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas.
Ha ha ha...! si tua kurus memperdengarkan suara tawa keras, mengandung tenaga dalam hebat, membuat gendang telinga si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas terasa sakit. Dan mau tak mau mereka mengalirkan tenaga dalam pada gendang telinga.
Aku menyukai cara kerja kalian. Kulihat Pendekar Slebor sudah berada di hadapanku, kata sosok kurus yang tak lain Serigala Mata Iblis.
Kami melakukan yang terbaik untuk Ketua, sahut si Bayangan Setan dengan suara mengandung kepuasan.
Tawa orang berjubah panjang warna merah itu terdengar lagi. Namun tiba-tiba tawanya terhenti. Kedua matanya bagai hendak melompat keluar.
Setan alas! Mana Raja Gelang Besi, hah! bentaknya keras. Apakah dia mampus di tangan Pendekar Slebor selagi kalian menangkapnya! Si Bayangan Setan menceritakan apa yang terjadi dengan masih tetap menundukkan kepala.
Keparat! bentak Serigala Mata Iblis menggek gar, begitu mengetahui apa yang dilakukan Raja Gelang Besi.
Kedua pipi si tua yang bertonjolan tulang-tulang mengembung. Kemarahannya siap meledak. Dia merasa dilangkahi Raja Gelang Besi.
Lancang sekali manusia itu berani membelotkan perintahku! Aku ingin tahu, apa jawabannya nanti setelah berhadapan denganku! Ingin kutahu kehebatannya bila tak kuberikan pemunah dari pil yang diminumnya! Tak ada yang bersuara. Meskipun dalam hati Nenek Baju Emas senang mendengar kemarahan Serigala Mata Iblis pada Raja Gelang Besi, namun hatinya ngeri membayangkan apa yang akan menimpa temannya.
Memanfaatkan kelemahan gadis yang bernama Nuning itu, merupakan salah satu pelanggaran dari perintah Serigala Mata Iblis Sementara saat itu si Bayangan Setan cuma mendesah pendek dalam hati. Dia tahu, bila sudah begini, lelaki yang memiliki sinar mata merah itu sudah berada puncak keberangannya. Diam-diam dia menyesali, mengapa harus meninggalkan Raja Gelang Besi.
"Perempuan tua!" sebut si tua kurus pada Nenek Baju Emas. "Seret Raja Gelang Besi ke sini! Sekarang juga!" Nenek Baju Emas langsung berdiri dan menjura.
Tanpa berkata apa-apa lagi, tubuhnya segera melesat meninggalkan gua itu. Ilmu meringankan tubuhnya langsung dikerahkan untuk meniti batu-batu untuk keluar dari tempat yang dinamakan Jurang Kematian ini.
Menurutnya, memang lebih baik menjauhi Serigala Mata Iblis yang sedang marahmarah. Sepeninggal Nenek Baju Emas, Serigala Mata Iblis mengalihkan perhatian pada si Bayangan Setan.
Tinggalkan tempat ini! Jangan datang sebelum kupanggil! Si Bayangan Setan cuma mengangguk. Dia pun merasa lebih baik menjauhi dari Serigala Mata Iblis.
Setelah meletakkan tubuh Sudira yang tetap disangka sebagai Pendekar Slebor, tubuhnya pun berkelebat keluar.
Namun baru beberapa kejap saja si Bayangan Setan berada di luar gua....
Setan alas! Kau bodoh melakukan tugasmu, Bayangan Setan! Tiba-tiba terdengar seruan keras dari Serigala Mata Iblis. Begitu keras suaranya, hingga menggugurkan dedaunan dari pohon yang tumbuh di depan gua.
Si Bayangan Setan merasa seluruh aliran darahnya mendadak terhenti. Lelaki berbaju merah sebenarnya kejam, seolah kini bagai tikus got bertemu kucing.
Mengkeret mendengar bentakan menggelegar dari mulut keriput Serigala Mata Iblis.
Jantungnya baga hendak copot dari tempatnya. Ketika bentakan keras itu terdengar sekali lagi, laksana disengat kalajengking, si Bayangan Setan berkelebat masuk kembali ke dalam gua.
Begitu di dalam gua, tampak lelaki berambut merah itu sedang berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka.
Matanya yang memancarkan sinar merah seolah hendak menelannya bulat-bulat.
Tulang-tulang pipinya yang bagai tonjolan batu karang, menambah keangkeran wajahnya. Bodoh! bentak Serigala Mata Iblis menggelegar, membuat si Bayangan Setan menjadi ciut. Dinding gua itu bagai bergetar. Pemuda itu bukan Pendekar Slebor, tahu...! Si Bayangan Setan mendongak. Dan seketika kepalanya menunduk ketika melihat tatapan Serigala Mata Iblis terhujam tepat pada bola matanya.
Maksud.... Ketua, bagaimana tanyanya terbata.
Sesuatu yang tidak enak sudah bertalu-talu dalam hati lelaki berbaju merah.
Lebih khawatir lagi ketika melihat hewan berkaki empat itu sudah berdiri tegak dengan memperlihatkan taring-taringnya.
Haram jadah! Ke mana otakmu itu, hah! Sia-sia sekali kerjamu! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor, tahu! maki Serigala Mata Iblis berang.
Tetapi.... Dess.. ! Brakk...! Tanpa terlihat bagaimana kejadiannya, tahu-tahu tubuh si Bayangan Setan sudah tersuruk ke belakang, langsung menabrak keras dinding gua. Tulang punggungnya terasa seperti patah.
Laknat! Perhatikan baik-baik! bentak Serigala Mata Iblis yang tadi menghantam tubuh si Bayangan Setan.
Pendekar Slebor memiliki tenaga 'inti petir' dalam tubuhnya! Tenaga ' inti petir' itulah yang ku-inginkan, agar kekuatan dalam tubuhku semakin berlipat ganda! Karena, tak seorang pun di dunia ini yang memiliki tenaga 'inti petir', kecuali Pendekar Slebor! Dengan kekuatan tenaga 'inti petir' yang kudapatkan dari pemuda sialan itu, akan kuhancurkan dan kukubur Lembah Kutukan tempat asal Pendekar Slebor! Bila Lembah Kutukan masih ada, aku tak akan pernah bisa ke mana-mana dalam jarak sepuluh ribu tombak dari Lembah Kutukan. Puluhan tahun yang lalu, Eyang Ki Saptacakra penguasa Lembah Kutukan, telah menurunkan kutuknya kepadaku! Karena ulahnya itulah aku berdiam di Jurang Kematian ini. Untung saja aku mampu memperdalam seluruh ilmu yang kumiliki. Setelah kudengar tentang seorang pendekar yang berjuluk Pendekar Slebor dan berasal dari Lembah Kutukan, semangat hidupku bagai tumbuh kembali. Dendamku pada Ki Saptacakra akan kutuntaskan segera. Bila Lembah Kutukan hancur, maka aku bebas berbuat apa saja pada jarak berapa pun juga dari Lembah Kutukan! Bayangan Setan! Kau akan mendapatkan upah dari perbuatan bodohmu ini! Si Bayangan Setan langsung bersujud di depan laki-laki berjubah merah yang sedang menggeram marah.
Hatinya kebat-kebit tak menentu. Sukmanya bagai sudah berada di ujung tenggorokan. Ampuni aku, Ketua.... Aku memang belum mengenal siapa Pendekar Slebor sebenarnya. Yang kuketahui hanyalah, pemuda itu berpakaian hijau pupus dan berkain corak catur pada bahunya, kilahnya dengan suara pelan sarat kengerian. Kini baru disadari kebodohannya, ketika teringat mengapa pemuda itu menyerangnya dengan golok Bahkan dengan mudahnya pemuda itu bisa dijatuhkannya. Bodoh! Begitu banyak orang yang berpakaian sama dan berkain corak catur. Dan yang tak pernah kumengerti, mengapa otakmu menjadi bebal seperti itu. Kalaupun ada orang bodoh, tidak seperti kau, Manusia Bodoh! Maafkan aku, Ketua.... Kelalaian ini memang hanya aku yang bisa menebusnya, ucap si Bayangan Setan, penuh iba.
Serigala Mata Iblis menggeram.
Baik! Kali ini kau akan kuampuni! Tetapi dalam waktu tujuh hari, kau sudah harus membawa Pendekar Slebor ke sini. Kalau lalai lagi dalam menjalankan tugasmu, maka kau akan menjadi santapan lezat peliharaanku itu! Secepat kilat kepala si Bayangan Setan mengangguk-angguk. Lalu dengan hati-hati dan masih menahan nyeri di punggungnya dia berdiri. Diambilnya sosok Sudira yang masih pingsan.
Ternyata pemuda ini dan gadis yang bernama Nuning memang benar. Mereka telah berusaha menjelaskan kalau pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Hhh! Masa bodoh! Gara-gara dia mengenakan pakaian berwarna hijau pupus dan mengenakan kain bereorak catur, aku jadi kena marah manusia sialan itu, desisnya dalam hati. Jangan ganggu semadiku lagi dengan perbuatan tolol semacam ini! desis Serigala Mata Iblis, lalu menggerakkan jubah merahnya bagai menutupi tubuhnya.
Dan....Plas! Saat itu pula tubuh Serigala Mata Iblis lenyap begitu saja dari pandangan si Bayangan Setan. Lelaki berbaju merah itu kini bisa menghela napas lega. Tanpa membuang waktu lagi, tubuhnya segera berkelebat keluar dari gua. Terutama, ketika melihat serigala besar yang sudah melangkah mendekatinya.
Si Bayangan Setan membawa tubuh Sudira ke atas Jurang Kematian, dan terus menuju hutan yang berjarak seribu tombak dari jurang mengerikan itu. Dengan perasaan muak, dibantingnya tubuh Sudira ke tanah.
Nasib pemuda itu sungguh sial. Pertama harus menderita sakit di sekujur tubuhnya dan pingsan yang berkepanjangan Kedau akan menerima ajal di tangan si Bayangan Setan yang hendak melampiaskan kekesalannya. Lebih baik kau mampus daripada menyusahkanku! bentak si Bayangan Setan bengis. Lalu perlahan-lahan tangannya yang telah dialirkan tenaga dalam terangkat.
Dan perlahan-lahan pula, siap diturunkan untuk mengepruk kepala Sudira.
Namun belum lagi sempat bertindak....
Kematian bukan di tangan manusia! Namun di tangan Yang Maha Kuasa! Maka bila ada yang menginginkan ajal sebelum waktunya, maka sudah tentu dia adalah orang laknat! Si Bayangan Setan memutar tubuhnya begitu mendengar sebuah suara. Wajahnya yang geram semakin bertambah geram. Rambut panjangnya bagai berdiri dengan tubuh bergetar.
Di hadapan si Bayangan Setan berdiri satu lelaki tua bertubuh bongkok dengan raut wajah penuh keriput.
Rambutnya yang putih panjang teratur rapi. Sementara pakaiannya yang berwarna putih terbuka di bagian dada, hingga memperlihatkan deretan tulang pada dadanya.
Di tangannya terdapat sebuah tongkat untuk menopang tubuhnya saat melangkah.
Sorot matanya tajam. Namun, bibirnya selalu menyunggingkan senyum.
Si. Bayangan Setan merandek marah, meskipun diam-diam terkejut karena tak mendengar kemunculan lelaki tua itu. Dan itu baru disadarinya ketika di sekelilingnya mendadak berubah menjadi temaram. Ketika kepalanya mendongakke atas, matahari yang telah berada tepat di atas ubun-ubun, bagai redup sinarnya. Apakah sinar matahari yang mendadak redup ini disebabkan kemunculan lelaki tua berbaju putih ini Akan tetapi, karena merasa terganggu oleh kedatangan lelaki tua ini sehingga si Bayangan Setan mengurungkan niatnya untuk membunuh Sudira. Sementara kemarahannya pun telah menggelegak.
Setan alas! bentak si Bayangan Setan keras dengan mata seperti hendak meloncat dari tempatnya. Siapa kau yang lancang hendak mencampuri urusanku ini!

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 5 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Sudah satu hari satu malam Pendekar Slebor mencari, namun sampai sejauh ini belum menemukan tanda-tanda di mana Serigala Mata Iblis berada.
Di tepi sebuah sungai yang mengalir jernih dan dipenuhi pepohonan rindang, Pendekar Slebor menghentikan langkahnya. Namun mendadak....
Wusss! Andika tersentak. Seketika tubuhnya melenting dengan kecepatan luar biasa, ketika melesat angin keras yang mengeluarkan suara bergemuruh. Blarrr! Angin itu langsung menghantam tanah tempat si pemuda berdiri, hingga menciptakan sebuah lubang! Sinting! Apa-apaan ini! maki Andika sambil bersiaga.
Rasanya Andika tak suka menumpuk dosa. Tapi kenapa selalu apes saja Bocah gendeng! Mau apa kau berlama-lama di tempat seperti ini! Apakah akan kau biarkan Serigala Mata Iblis menghancurkan tempat asalmu itu, Lembah Kutukan! Dari sikap penuh siaga, Andika kembali mengendorkan urat-urat tegangnya. Keningnya berkerut, mencoba menebak dari mana asal suara yang didengarnya barusan. Tetapi setelah tak menemukan siapa-siapa, jadi jengkel sendiri.
Hei! Apakah wajahmu begitu jelek sekali hingga malu berhadapan denganku balas Andika, tak kalah sengit.
Sialan! Hei, Kampret! Berjalanlah kau ke arah timur! Di sana kau akan melewati sebuah hutan besar. Lalu, kau akan menemukan sebuah jurang yang disebut Jurang Kematian! Di sanalah kau akan menemukan tempat Serigala Mata Iblis! Andika tak mau percaya begitu saja. Yang jelas, dia ingin melihat batang hidung orang yang berbicara tanpa wujud. Tetapi, rasa-rasanya suara orang barusan pernah dikenalnya. Entah di mana.
Ah, sudahlah. Kalau kau tak muncul, lebih baik aku pergi. Urusanku masih banyak.
Kini ditambah lagi dengan urusanmu, pancing Andika.
Dasar pemuda keras kepala! Apakah kau akan membiarkan Siluman Hutan Waringin muncul kembali ke dunia nyata! kata suara itu lagi beriring dengusan.
Ha ha ha...! Tiba-tiba saja Andika tertawa keras. Saking kerasnya, beberapa ekor burung yang hinggap di pohon-pohon sekitar tempat ini langsung tunggang langgang. Bukan karena takut, tapi kaget mendengar suara tak merdu itu. Gendeng! Eyang.... Apakah kau akan hidup seperti tikus di dalam tanah terus menerus tukas Andika. Ha ha ha....
Namanya juga orang sudah bau tanah. Jadi memang pantas untuk hidup di dalam tanah! Hei, Pemuda Urakan. Biar hidup dalam tanah, aku masih mempergunakan otak! Bila aku muncul di dunia nyata, maka Siluman Hutan Waringin yang sampai saat ini masih mengejar-ngejar aku, pasti akan muncul dan membuat keonaran seperti dulu lagi! Andika tertawa kembali. Dia tahu siapa orang yang bersuara itu. Sudah pasti laki-laki tua yang tak lain Eyang Sasongko Murti. Si tua bangkotan itu pernah ditemuinya secara tak sengaja ketika Pendekar Slebor terdampar di Alam Sunyi, sebuah alam yang merupakan penjara milik Siluman Hutan Waringin (Silakan baca Neraka di Keraton Barat).Sampai saat ini, Eyang Sasongko Murti memang tidak akan muncul di dunia nyata, karena masih dikejar-kejar Siluman Hutan Waringin yang kemunculannya pernah menggegerkan dunia persilatan. Itulah sebabnya, lelaki bangkotan itu merelakan diri untuk hidup di bawah tanah.
Dengan ilmu bangsa siluman yang dimilikinya, hidup di bawah tanah bukanlah suatu hal yang sulit.
Tunggu..., tunggu, Eyang. Terus terang aku tidak mengerti kata-katamu tadi. Kau mengatakan, Serigala Mata Iblis hendak menghancurkan Lembah Kutukan Aku hanya mengetahuinya sedikit saja. Karena kebetulan waktu itu melewati bawah tanah tempat kediamannya. Manusia yang memiliki ilmu bangsa serigala itu terkena kutukan eyang buyutmu, Ki Saptacakra. Untuk menghilangkan kutukan, jalan satu-satunya harus menghancurkan Lembah Kutukan.
Kalau begitu, biar saja dia pergi ke Lembah Kutukan.
Siapa tahu dia jadi manusia panggang, karena tersambar lidah petir yang sangat dahsyat. Ah! Bor, Bor! Kau harus menyelamatkan Lembah Kutukan dari kehancuran, Tolol! Apalagi, kaupun dibesarkan di sana! Andika memasang wajah cemberut. Jelek sekali.
Benaknya kontan membayangkan saat dirinya digembleng untuk menjadi seorang pendekar. Di sana, sumpah telah terucap. Dia tak ingin kembali lagi ke sana.
Siapa sudi disambar lidah petir yang mengerikan Namun saat mendengar ada orang yang hendak menghancurkan Lembah Kutukan, hatinya pun tergugah. Untuk sementara, masalah sumpah bisa disingkirkan. Yang jelas dia tak sudi Lembah Kutukan dihancurkan orang usil.
Tapi, apa iya Serigala Mata Iblis mampu menghancurkan Lembah Kutukan Andika saja yang sudah hafal seluk beluk Lembah Kutukan, berpikir ribuan kali untuk datang kembali ke sana. Apalagi orang lain yang belum mengetahui selahnya Wah.... Kalau begitu, Serigala Mata Iblis pasti punya kekuatan dahsyat untuk menghancurkan Lembah Kutukan.
Ah, itu pasti gertak sambel saja. Dengan tenaga apa dia bisa melakukannya Bor, Bor! Otak bodohmu kok terus dipelihara, sih Apakah kau tidak tahu, kalau dia menginginkan dirimu Hah Sudah edan, kali! Aku ini kan lelaki! Kalau dia menginginkan aku, sama saja main anggar dong Sialan! Memang susah bicara dengan orang gendeng sepertimu! Bor, ketahuilah.... Bila dia berhasil menangkapmu, maka dia akan menyirap seluruh tenaga 'inti petir' yang ada dalam tubuhmu. Dengan tenaga 'inti petir' itu, maka dia memiliki kemampuan yang lebih tinggi lagi. Jutaan lidah api yang ada di Lembah Kutukan, dengan mudah akan dihindarinya. Bahkan mungkin akan dipermainkannya. Dan saat itulah Lembah Kutukan akan dihancurkannya! Andika terdiam seraya mendesah dalam hati.
Apakah ini merupakan sebuah rencana yang hendak dijalankan Serigala Mata Iblis yang seperti dikatakan Bidadari Tangan Maut Hati si pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan terbakar. Wajahnya sampai merona merah karena geram memikirkan manusia laknat Serigala Mata Iblis yang berniat menghancurkan Lembah Kutukan.
Eyang.... Bagaimana caranya menemukan Serigala Mata Iblis Aku hanya sekali lewat di bawah tanah Jurang Kematian. Dan aku sulit untuk menentukan di mana dia berada. Yang pasti, tempat tinggalnya adalah Jurang Kematian.
Kalau begitu... aku akan ke sana sekarang juga.
Ingat, Bor... Sekali kau tertangkap... maka akan hancurlah tempat penggemblenganmu. Dan bila Lembah Kutukan berhasil dihancurkan manusia keparat itu, maka kutukan yang melekat pada tubuhnya secara langsung akan menghilang.
Secara tidak langsung, kesaktian Serigala Mata Iblis akan berlipat ganda. Dengan cara seperti itulah dia akan berusaha melanjutkan niat lamanya yang pernah mus nah di tangan Ki Saptacakra untuk menguasai rimba persilatan! Eyang.... Bukankah di sana ada eyang buyutku yang tentu tak akan membiarkan Serigala Mata Iblis menghancurkan Lembah Kutukan Goblok! Apakah kau akan membiarkan orang tua agung itu ikut campur dalam masalah seperti ini! Andika nyengir mendengar bentakan Eyang Sasongko Murti.
Aku mengerti, Eyang. Maksudku... hei! Saat itu pula samar-samar Andika mendengar suara menggeram keras dari dasar tanah yang terdalam.
Tubuhnya sampai berjingkat ketika tanah yang dipijaknya terasa bergoyang.
Busyet! Siluman Hutan Waringin pasti sudah menemukan Eyang Sasongko Murti. Ah! Entah sampai kapan lelaki tua bijaksana itu hidup damai di alam nyata seperti diriku ini....
Si pemuda mendesah. Dibayangkannya bagaimana sulitnya Eyang Sasongko Murti menghindari kejaran Siluman Hutan Waringin yang menginginkan kematiannya.
Andika tahu, Eyang Sasongko Murti tak akan pernah mau muncul di dunia nyata.
Bila dia sampai muncul, secara tak langsung memancing keluar Siluman Hutan Waringin yang pernah menggemparkan dunia persilatan.
Eyang.... Mudah-mudahan kau tak selamanya jadi cacing tanah, desahnya, ngawur. Biar bagaimanapun juga, secara tidak langsung Eyang Sasongko Murti termasuk guru Pendekar Slebor. Karena, lelaki tua bangkotan itu telah menurunkan ajian bangsa siluman yang mengerikan (Baca Siluman Hutan Waringin). Andika mendesis pendek. Matahari semakin beranjak dari tempatnya.
Kalau begitu... aku harus berhati-hati sekarang.
Sekali aku lengah, Lembah Kutukan akan hancur. Tak akan kubiarkan manusia sesat itu untuk menghancurkannya! Seperti yang dikatakan Eyang Sasongko Murti tadi, Andika pun berkelebat ke arah timur.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 6 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Si Bayangan Setan menggeram penuh amarah, karena niatnya untuk membunuh Sudira tertunda oleh orang tua berpakaian putih dengan sebuah tongkat di tangan kanan. Sikap lelaki tua itu tetap tenang. Seolah tak disadari kalau kawah amarah dalam dada si Bayangan Setan siap meledak.
Membunuh adalah pekerjaan paling hina dimuka bumi ini. Setan telah mengikuti dan merasuki jiwa manusia hingga tak lagi menyayangi sesamanya, sindir lelaki tua itu disertai senyum.
Si Bayangan Setan menatap sengit lelaki tua tiga tombak di hadapannya. Kekesalan dan amarah akibat dibentak Serigala Mata Iblis sebelumnya, siap dilimpahkan pada si tua itu. Orang tua laknat! Lebih baik minggat dari sini sebelum kau terkubur selama-lamanya dalam tanah! maki si Bayangan Setan bengis dengan dada naik turun.
Si tua berbaju putih itu menggelengkan kepalanya.
Namun bibirnya tetap menyungging senyum.
Kesombongan hanya datang pada orang-orang lemah. Kemarahan hanya bisa ditahan dengan kesabaran.
Seharusnya kau tinggalkan tempat ini sebelum semua yang tak di nginkan terjadi.
Bangsat! Meledaklah amarah si Bayangan Setan mendengar kata-kata itu. Dia paling tidak suka diremehkan. Untuk saat ini, yang boleh meremehkannya hanyalah Serigala Mata Iblis yang telah mengalahkannya. Maka tanpa banyak cakap lagi tubuhnya melesat cepat laksana setan menerkain. Angin kencang yang menebarkan hawa panas mengiringi melepaskan satu tendangan cepat ke wajah si tua berbaju putih yang masih tak bergeming sedikit pun. Namun sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Dengan ringannya, si tua berbaju putih menggerakkan tongkatnya ke atas, menahan tendangan si Bayangan Setan.
Tak! Lalu tanpa terlihat bagaimana tongkatnya bergerak, tahu-tahu ujung tongkat kusam itu telah menggedor dada si Bayangan Setan.
Desss! Si Bayangan Setan terkejut. Namun tubuhnya sudah terhuyung ke belakang.
Setan alas! maki si Bayangan Setan sambil memegang dadanya.
Sudah kukatakan tadi, lebih baik tinggalkan tempat ini. Karena, kesabaran itu masih kumiliki.., ujar si tua itu lagi.
Si Bayangan Setan mendengus gusar. Dia semakin merasa aneh ketika menyadari betapa alam bukan hanya berubah menjadi redup, bahkan ber-angsur-angsur begitu temaram sekali. Dan bagai disa-dari oleh sesuatu, dia terjingkat dengan kedua mata melotot. Satu ingatan membias di benaknya. Hhh! Rupanya aku berhadapan dengan Eyang Purnama, seorang tokoh yang tak bertempat tinggal! dengus si Bayangan Setan.
Lelaki tua yang dikenal sebagai Eyang Purnama tetap tersenyum.
Kau benar. Dan bila aku tidak salah, pasti kau lah yang berjuluk si Bayangan Setan, sahut Eyang Purnama.
Lelaki berambut panjang berjuluk si Bayangan Setan terbahak-bahak. Terus terang hatinya bangga bila ada yang mengenal julukannya. Kebanggaan itu pun bertambah ketika mengetahui julukannya dikenal seorang tokoh tinggi seperti Eyang Purnama.
Hanya saja, kebanggaannya berbalur kemarahan.
Nama besar Eyang Purnama telah lama kudengar.
Seperti pula kudengar nama besar Pendekar Dungu, lelaki Berbulu Hitam, Raja Penyamar, Hakim Tanpa Wajah yang mampus di Mesir, Penghui Segala Ilmu, dan seorang tokoh kejam dari golongan sesat yang berjuluk Camar Hitam. Dan tak kusangka, tokoh tinggi seperti kau telah muncul di sini.
Apakah kau sudah tak melihat lagi Alam Kegelapan di mana kau berada sindir si Bayangan Setan. Eyang Purnama tersenyum. Dunia kegelapan yang kumiliki tetaplah sebuah tempat yang nyaman untukku. Dan bila di dunia nyata keadaannya seperti ini, apakah aku harus berdiam lebih lama di dunia kegelapan tukas Eyang Purnama pelan. Si tua ini memang tak diketahui di mana menetapnya.
Namun dia selalu menyebut tempat tinggalnya sebagai Alam Kegelapan.
Si Bayangan Setan terbahak-bahak Orang tua keparat! Masih ingatkah kau dengan Ni Muntiti alias Pesolek Tongkat Naga seru si Bayangan Setan.
Sudah tentu aku tak akan pernah melupakan wanita kejam itu...
Perlu kau ketahui.... PesolekTongkat Naga adalah kakak serguruanku yang masih menyimpan dendam bertahun-tahun lamanya padamu. Nah! Bersiaplah sekarang. Aku akan menuntaskan dendamnya sekaligus membungkam mulut usilmu itu! Eyang Purnama tersenyum masygul. Dia teringat pada musuh bebuyutannya yang berjuluk Pesolek Tongkat Naga. Ketika meninggalkan alam kegelapannya, si tua bijaksana ini pernah kembali bertarung dengan Pesolek Tongkat Naga. Dan lagi-lagi, tak ada yang menang atau kalah (Untuk mengetahui lebih jelas siapa Eyang Purnama dan Pesolek Tongkat Naga, silakan baca Iblis Penghela Kereta).
Dendam memang membuat manusia lupa. Tak ada yang akan bisa mengakhiri, selain hati nurani.
Orang tua busuk! Setan alas! Telingaku bisa pecah bila mendengar ceramah busuk dari orang sepertimu! bentak si Bayangan Setan.
Seketika lelaki berambut panjang ini berkelebat kembali. Menyadari lawannya bukanlah orang sembarangan, segera dipergunakannya ajian 'Setan Kangkangi Kawah'. Sebuah ajian yang mempergunakan kecepatan luar biasa dengan selalu mempergunakan kedua kaki saat menyerang.
Dan kedua kakinya digerakkan, tenaga yang keluar bukan main dahsyatnya.
Batu sebesar gajah pun akan menjadi debu bila tergempur.
Bed! Bed! Melihat lawan mengeluarkan ajian, Eyang Purnama bukan hanya menggerakkan tongkatnya. Namun, juga mempergunakan kecepatan untuk menghindari serangan mengerikan itu. Dari jarak tiga tombak saja, angin yang keluar dari serangan si Bayangan Setan terasa menggiriskan. Terpaksa Eyang Purnama berlompatan, menghindari serangan dahsyat itu.
Mau ke mana kau, Orang Tua ejek si Bayangan Setan sambil terbahak-bahak, menyaksikan Eyang Purnama pontang-panting.
Namun, si tua berbaju putih yang pernah menggemparkan dunia persilatan puluhan tahun lalu, tetap memiliki kemampuan lebih ketimbang si Bayangan Setan.
Ketika kedua kaki dahsyat si Bayangan Setan menderu ke arahnya, mendadak saja tongkatnya di putar.
Maka secara aneh tongkat itu melesat bagai baling-baling ke arah si Bayangan Setan. Namun si Bayangan Setan tak menghindar atau mengurungkan serangannya. Tubuhnya tetap meluncur cepat. Karena dalam pikirnya, sekali sentak saja tongkat itu akan menjadi serpihan.
Trak! Trak! Ohhh! Si Bayangan Setan mengeluarkan keluhan tersendat. Cepat tubuhnya diputar ke samping, lalu bergulingan. Namun tongkat butut itu melayang lagi ke arahnya. Kali ini si Bayangan Setanyang dikeluarkannya tak cuma dengusan, tetapi juga makian keras. Karena, tongkat butut itu seolah menjadi sebuah tameng sangat dahsyat yang tak hancur terkena tendangannya. "Tongkat keparat!" maki si Bayangan Setan kalang kabut. Si lelaki rambut panjang itu berusaha menahan pusaran tongkat Eyang Purnama. Namun semakin berusaha, semakin susah payah menghindarinya. Bahkan tanpa ampun lagi....
Tak! Tak! Berkali-kali si Bayangan Setan terhantam tongkat butut, bagai kucing kepergok menggondol sekerat dendeng. Sakitnya bukan alang kepalang. Apalagi tongkat butut itu telah dialiri tenaga dalam tinggi oleh Eyang Purnama.
Sementara, si tua berbaju putih ini masih tetap berdiri. Kalau biasanya selalu tersenyum ramah, namun kali ini terlihat getir.
Dia terkadang tak pernah mengerti, mengapa begitu banyak orang-orang yang mempergunakan kepandaian justru untuk menyakiti sesama.
Sementara itu, si Bayangan Setan bukan hanya kalang kabut menghindari hantaman tongkat, tapi juga berteriak-teriak kesakitan.
Untuk mengatasinya sudah pasti dia merasa tak akan mampu. Maka jalan satusatunya memang harus melarikan diri.
Berpikir demikian, mendadak saja si Bayangan Setan bergulingan ke samping dengan kaki berusaha menahan tongkat.
Trak! Tak! Si Bayangan Setan tak peduli lagi, betapa sakitnya benturan yang dirasakan. Dan secepat kilat tangannya bergerak ke arah Eyang Purnama.
Wuusss.. ! Saat itu pula, melesat angin dahsyat bagai topan ke arah Eyang Purnama.
Seketika si tua bangkotan ini bergeser ke kiri, hingga pukulan jarak jauh itu lewat dari sasarannya.
Namun akibat bergesernya tubuhnya tadi, mau tak mau tenaga dalam yang mengendalikan tongkat sedikit menurun. Kesempatan itu pun dipergunakan si Bayangan Setan untuk melesat meninggalkan tempat itu dengan tunggang langgang.
Eyang Purnama yang memang memiliki kebijaksanaan tinggi dan hati bersih, tak bermaksud mengejar. Sudah cukup baginya bila telah memberi pelajaran pada si Bayangan Setan.
Tangan si tua ini bergerak ke arah tongkatnya yang masih melayang-layang. Dan bagai ada tenaga besar yang menariknya, tongkat butut itu melesat ke arahnya.
Tap! Dengan ringan Eyang Purnama menangkap tongkat yang pantasnya untuk menggebuk tikus itu.
Aku tak pernah mengerti, mengapa setiap manusia mempunyai keinginan untuk menguasai manusia lain. Ah! Sekian lama aku hidup di dunia ini, masih belum kudapatkan jawaban yang tepat. Kecuali, keserakahan dan kesombongan, desahnya sambil menggeleng-geleng.
Perlahan-lahan si tua bijaksana itu menghampiri sosok Sudira yang masih pingsan; Diperiksanya tubuh pemuda itu dengan hati-hati.
Dalam sekali lihat saja, dia tahu betapa parahnya luka yang dialami S udira.
Namun Eyang Purnama terkejut, ketika melihat rupa pemuda itu.
"Demi Tuhan.... Apakah ini Pendekar Slebor?" desah si tua ini dengan kening berkerut. Wajahnya mirip sekali dengan pemuda urakan dari Lembah Kutukan itu.
Aku memang baru sekali bertemu dengannya. Namun aku yakin, wajah pemuda ini mirip sekali dengan wajah Pendekar Slebor....
Untuk membuktikan ucapannya, Eyang Purnama memegang jempol kaki pemuda yang tengah pingsan di hadapannya.
Dialirkannya tenaga dalamnya sedikit.
Bahunya dijadikan sebagai perantara aliran tenaga dari tangan kanan ke tangan kiri yang memegang tanah. Lalu disentaknya tenaga dalam itu.
Sesaat terlihat laki-laki tua itu menggeleng-geleng.
"Tidak! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Kebetulan wajahnya hanya mirip saja.
Pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu memiliki tenaga 'inti petir' pada tubuhnya. Dan aku tidak merasakan sengatan apa-apa dari tubuh pemuda yang tergolek ini. Ah.... Malang sekali nasib pemuda ini.... Aku harus segera mengobatinya. Kalau tidak, dia tak akan pernah lagi sadar dari pingsannya...." Si tua ini segera mengangkat tubuh Sudira.
Hmm, apakah ini tabir mimpi yang menyebabkan aku harus keluar dari Alam Kegelapan Sebaiknya, kubawa saja pemuda ini ke Alam Kegelapan. Rasanya, aku telah mendapatkan apa yang selama ini kuidamkan. Kalau pemuda ini lolos dari segala persyaratanku, aku tak akan ragu lagi menurunkan seluruh ilmu yang kumiliki padanya.... Karena, usiaku sudah lanjut. Jadi, harus ada yang mewariskan seluruh kepandaianku....

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 7 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Bila yang dikatakan Eyang Sasongko Murti benar, berarti keadaannya memang benar-benar gawat. Kutu kampret. Tak akan kubiarkan siapa saja yang berniat menghancurkan Lembah Kutukan. Hm.....
Serigala Mata Bongsang pun tak kubiarkan dekatdekat dengan lembah itu. Apalagi Serigala Mata Setan.
Purnama tinggal sepuluh hari lagi, berarti pertarungan Bidadari Tangan Maut dengan Serigala Mata Iblis akan dilaksanakan. Hanya saja, mengapa Serigala Mata Iblis tidak membunuh Bidadari Tangan Maut selagi punya kesempatan Ah! Teka-teki sial itu memang menyulitkan otakku saja! rutuk Andika ketika tengah beristirahat di bawah sebuah pohon.
Pendekar Slebor lantas teringat pada kakak Nuning yang sampai saat ini tidak tahu berada di mana. Hatinya pun cemas. Di samping itu dia ingin mengetahui, seperti apa wajah Sudira yang dikatakan mirip dengan wajahnya.
Tak mungkin! Tak Mungkin dia mirip denganku. Pasti aku yang lebih ganteng! Enak saja meniru-niru wajahku.
Apa dia tak suka memilih wajah lain. Yah... seperti kampret misalnya..., gumamnya. Otak jahil Andika mulai membayangkan wajah Sudira yang mirip dengannya. Lantas wajah itu dipadukan dengan wajah kampret. Dan Andika pun nyengir sendiri.
Namun itu tak lama. Sejurus kemudian otak warasnya mulai bekerja lagi.
Pemuda itu pasti berada di tangan Serigala Mata Iblis. Tapi di mana Jurang Kematian berada Memang banyak jurang yang kulalui.
Tetapi apakah salah satunya adalah Jurang Kematian Sial! Sial! Apa lagi bila memikirkan nasib Sudira. Bila Serigala Mata Iblis tahu kalau dia bukanlah diriku yang dikehendaki, bisa gawat urusannya.
Monyet pitak! Si pemuda urakan ini segera menyelonjorkan kedua kaki dan kedua tangan yang dijadikan tumpuan kepala.
Namun baru saja matanya hendak memejam, pendengarannya yang tajam menangkap geraman menggetarkan. Seketika Pendekar Slebor terbangun kembali.
Hm... Dengkuran siapa itu Mirip suara binatang buas Kalau dengkurannya saja begitu keras, bagaimana orangnya Atau itu memang dengkuran binatang buas! Eh, bukan! Itu pasti gerengan binatang buas.... Hm...
Sebaiknya aku bersiap saja, karena bisa-bisa bahaya lain akan mengancamku....
Ya, dari atas pohon ini aku bisa melihat makhluk apa yang datang.
Berpikir demikian, Andika siap mengempos tubuhnya ke atas pohon. Namun sebelum bertindak satu bayangan coklat berkaki empat sudah meloncat dari balik semak. Si pemuda melengak melihat satu wujud menyeramkan dengan sorot mata memancarkan sinar kemarahan.
Mata tajam Andika seolah terganjal sebatang lidi, sehingga tak kuasa untuk terpejam. Kedua alisnya yang seperti kepakan sayap elang terangkat dan bagai menyatu. Gila! Seekor serigala! Besar sekali Pasti ini biangnya serigala. Dari matanya yang memancarkan sinar kematian, pasti dia tidak bermaks ud baik! Serigala buas di hadapan Andika memang tak lain peliharaan Serigala Mata Iblis yang bernama Raja Serigala.
Hewan buas itu memang sudah terlatih menjadi pembunuh yang kejam dan pengawal yang tangguh. Kalau binatang buas itu sampai keluar dari persembunyiannya, bisa dipastikan akan timbul korban mengenaskan. Akankah Pendekar Slebor menjadi korbannya Dari dasar Jurang Kematian telinga serigala yang tajam ini mampu mendengar suara pertarungan pada jarak ratusan tombak.
Penciumannya menangkap bau si Bayangan Setan yang sedang dihajar orang lain yang juga tercium baunya.
Raja Serigala tahu, kalau si Bayangan Setan yang merupakan salah seorang kaki tangan majikannya itu dalam bahaya. Makanya dia segera keluar dari tempatnya untuk mengetahui apa yang ditangkap telinganya.
Namun ketika tiba di sana, penciuman si serigala menangkap bau tubuh lain. Dan sekarang, sosok tubuh itu telah nampak di depan mata tajamnya. Tubuh Pendekar Slebor!Dari rasa terkejutnya, Andika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Tak pernah kusangka kalau di hutan seperti ini hidup serigala lapar. Bisa berabe kalau aku tidak segera menghindar.... Sebaiknya....
Graung...! Belum lagi Andika memutuskan untuk berbuat sesuatu, serigala besar itu sudah menerjang. Kedua kaki depannya membuka, siap mencakar tubuh Andika.
Mulutnya yang penuh gigi setajam gergaji menganga untuk melahap kepala si pemuda. Gerengannya yang keras terdengar mengerikan.
Andika tercekat. Dan seketika tubuhnya dienyahkan ke kiri.Busyet! Apa-apan ini makinya. Segera Pendekar Slebor bergulingan ketika serigala itu menyergapnya kembali.
Andika berkelebat lincah, mengerahkan segenap kecepatannya. Kalau si Belang aku masih bisa menghadapinya, namun menghadapi serigala buas ini sungguh membuatku mati kutu! Andika benar-benar kewalahan. Serigala itu sepertinya tahu, ke mana lawannya akan bergerak.
Edan! Liur busuknya benar-benar menyengat hidungku! Busuk! Pendekar Slebor terus mempergunakan kecepatannya untuk menghindari cakaran-cakaran serigala yang bergerak laksana kilat. Busyet! Aku harus segera melumpuhkannya! Kalau tidak... justru aku yang jadi hidangan makan malamnya.
Berpikir demikian, dengan sekali lompat pemuda urakan itu telah berdiri dengan jarak tiga tombak dari serigala yang siap menerkam kembali.
Dan begitu hewan kaki empat ini melompat dengan kemarahan membludak, Andika segera menerjang dengan gerengan yang meniru gerengan serigala itu.
Kau kira aku tak bisa menggereng seperti gerenganmu! sentaknya dengan tangan segera bergerak dua kali.
Wuutt! Wuuttt! Namun Pendekar Slebor terkejut, karena serigala itu tahu-tahu telah melompat ke samping. Dan seperti sentakan seekor kuda, dia berputar dengan kaki belakang meluruk ke dada Andika.
Duk! Aahh...! 69 Andika terjajar ke.belakang masih dengan hati tak mengerti.
Kurang ajar! Tak akan kubiarkan kau merajam diriku! dengus si pemuda.
Sementara itu serigala yang merasa bisa mendapatkan sasarannya sekarang, langsung memutar tubuhnya, menghadap ke arah Pendekar Slebor lagi.
Mulutnya membuka. Taring tajamnya dipamerkan dengan liur semakin meleleh.
Dikawal gerengan kuat, dia menerjang kembali.
Grrrhhh! Kali ini Andika yang merasa harus bertindak cepat, kembali melompat menyongsong.
Bukan tangannya yang bergerak, melainkan kakinya.
Wusss! Serigala itu berbuat seperti pertama kali bertindak.
Namun kali ini Andika tak mau tertipu lagi. Ketika hewan itu memutar tubuhnya dan siap menghentakkan kaki belakangnya, si pemuda cepat bersalto melewatinya.
Dan seketika itu pula tangan kanannya bergerak.
Duk! Kaing! Pukulan Pendekar Slebor tepat mengenai kepala serigala yang kontan menjerit kesakitan dengan kemarahan meluap. Sementara Andika yang sudah berdiri kembali di tanah justru terbelalak melihatnya. . Hewan itu ternyata hanya limbimg sejenak terkena pukulannya, namun sesaat kemudian sudah tegak kembah dengan tatapan nyalang.
Gila! Apakah hewan ini sudah dialiri tenaga dalam oleh pemiliknya tanyanya tak mengerti. Atau... hewan ini memang memiliki kulit dan daging yang kedot. Sumpah mampus! Aku baru pertama kali melihat serigala sebesar ini. Hewan ini harus kuberi pelajaran.
Maka kali ini Andika tak mau menunggu serangan.
Dia mendahului dengan satu terjangan cepat dengan pengerahan tenaga 'inti petir' tingkat ketiga puluh. Lalu....
Duk! Pukulan si pemuda tepat menghantam kepala hewan itu. Bahkan Andika menyus uli dengan satu tendangan makin keras.
Dess! Kaing! Hewan itu kontan terpental disertai suara kesakitan.
Begitu jatuh ke tanah, dia berdiri dengan gerengan pelan.
Sementara tatapannya memerah pada Andika yang masih keheranan.
Andika mengambil keputusan. Dia merasa harus membunuh hewan itu. Maka tubuhnya segera berkelebat cepat. Namun di luar dugaan, hewan itu melesat minggat dengan jalan meliku-liku. Tubuhnya berkelebatan dari satu pohon ke pohon lain dengan rintihan kesakitan yang memekakkan telinga.
Pemuda urakan itu pun urungkan niat mengejar. Dia berdiri dengan kening masih berkerut. Hm.... Aku yakin hewan itu ada yang memiliki. Dari caranya bergerak, nampak jelas ada yang melatihnya. Yang mengherankan, seharusnya tenaga ' inti petir' tadi bisa menghancurkan kepalanya Namun hewan itu hanya berteriak kesakitan saja. Monyet buduk! Apakah ada yang mengaliri tenaga dalam pada hewan itu Kalau memang iya, sungguh luar biasa orang yang melakukannya.
Paling tidak, dia pasti memiliki pertalian rasa dengan serigala itu.
Andika menggeleng-gelengkan kepalanya.
Siapa yang memiliki hewan itu sebenarnya desisnya dalam hati.
Tiba-tiba Pendekar Slebor terdiam dengan kepala tegak Satu pikifan melintas di benaknya. Kepalanya lantas mengangguk-angguk.
Serigala Mata Iblis..., gumam Andika, tahu-tahu Seekor serigala itu sangat terlatih. Apakah tidak mungkin kalau hewan itu peliharaan Serigala Mata Iblis Kalau memang iya, bisa jadi hewan keparat itu akan membawaku ke sarang manusia laknat itu. Hmm.... Sebaiknya kususul saja.
Mudah-mudahan yang kuduga ini benar.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 8 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Lari Nenek Baju Emas berhenti ketika memasuki hutan tempat dia bersama kedua temannya mendapatkan Sudira yang diduga sebagai Pendekar Slebor. Nenek berkulit keriput bagai jeruk purut itu sebenarnya tak menyukai perintah Serigala Mata Iblis yang menyuruhnya untuk memanggil pulang Raja Gelang Besi. Namun, perintah dari Serigala Mata Iblis yang telah menaklukannya jelas-jelas tak berani ditolaknya. Pikirnya, masih untung Serigala Mata Iblis tidak membunuhnya ketika dia dikalahkan dalam satu pertarungan maut.
Si nenek melepas pandangan lewat mata celong nya ke penjuru tempat.
Diperhatikannya tempat yang nampak asing di matanya itu. Menurut ingatannya, tempat ini tidak begitu berantakan. Tetapi sekarang, sepertinya tempat itu telah di njak-injak oleh puluhan gajah mengamuk. Namun dia tak mempersoalkannya. Yang pasti, Raja Gelang Besi harus cepat ditemukan dan mengajaknya kembali ke Jurang Kematian. Di dasar hatinya yang paling dalam, dia pun tak sabar melihat bagaimana Raja Gelang Besi akan mendapat hukuman yang menyakitkan dari Serigala Mata Iblis, karena berani melalaikan perintahnya.
Keparat! Di mana manusia sialan itu berada makinya. Nenek Baju Emas terus melangkah mencari-cari Raja Gelang Besi. Mulutnya yang peot itu membentuk kerucut.
Wajah pesoleknya yang dihiasi kerut merut bergetar menahan jengkel.
Hei, Raja Gelang Besi! Muncul kau! Setelah enakenakan menggarap gadis malang itu, sekarang kausembunyi, hah! Ingat! Kau tak akan bisa melarikan diri dari tangan Serigala Mata Iblis! Jangan coba-coba berbuat yang tak menguntungkan dirimu sendiri! teriak si nenek.
Suara Nenek Baju Emas menggema di seluruh hutan. Cukup menyentak, namun tak ada sahutan apa-apa.
Kecuali, burung-burung yang beterbangan lantaran terkejut oleh suara sember barusan.
Nenek Baju Emas menggerutkan gerahamnya.
Haram jadah! Jangan melimpahkan nasib sialmu kepadaku, Manusia Keparat! Kuhitung sampai tiga! Bila kau tetap tak keluar, maka terimalah nasib malangmu di tangan Serigala Mata Iblis! Satu....
Tak ada sosok Raja Gelang Besi yang muncul. Nenek Baju Emas bertambah geram.
Matanya yang celong ke dalam menyipit dengan sinar mengandung kegusaran.
'Dua! Teriakan itu kembali menggema. Dia kembali menunggu, namun kali ini dengan rasa tak sabar yang semakin menggelegak. Sayang, yang diharapkan belum muncul juga. Sesaat tadi, dia mencoba mengingat-ingat di mana waktu itu mereka berada. Dan diyakini, tempat yang di njaknya sekarang ini adalah tempat mereka waktu itu berada, meskipun agak porak-poranda.
Dibayangkannya, bagaimana Raja Gelang Besi sambil terbahak-bahak menggarap tubuh indah milik gadis yang bernama Nuning.
Setan alas! Jangan mempermainkan aku! bentak Nenek Baju Emas keras.
Rasa benci si nenek pada Raja Gelang Besi semakin meninggi. Apalagi mengingat nasib sial pun akan diterimanya bila tak berhasil membawa Raja Gelang Besi ke hadapan Serigala Mata Iblis. Bangsat hina! Akan kuobrak-abrik hutan ini! Apakah tenagamu sudah gempor setelah menggarap gadis itu! Cepat keluar! Hitungan terakhir akan kuperdengarkan! Nenek Baju Emas menunggu kembali. Pikiran pun baru datang di benaknya. Jangan-jangan, manusia sialan itu sudah kembali ke Jurang Kematian. Hhh! Kurang ajar! Bisa-bisa aku yang ketiban sial! Memikir sampai di situ, Nenek Baju Emas memutar tubuhnya siap meninggalkan tempat itu. Namun telinganya mendengar suara keras, membuat tubuhnya berputar kembali.
Apakah kau lupa, kalau kau belum menyebutkan kata 'tiga', Manusia Pengikut Iblis! Kali ini Nenek Baju Emas nampak siaga dengan kedua tangan terkepal. Karena, suara itu bukan suara Raja Gelang Besi! Wajah keriput Nenek Baju Emas tertarik ke dalam, menampakkan kengerian bagi yang melihat. Tubuhnya bergetar dengan kedua tangan terkepal. Langsung tenaga dalamnya dialirkan pada kedua tangannya.
Manusia pengecut tak berani munculkan diri! Lekas tampakkan wajah jelekmu bila tidak ingin hancur! bentak Nenek Baju Emas sekaligus pamer tenaga dalam.
Beberapa buah daun kontan bergugur-an.
Wesss. .! Sebuah angin deras melesat, membuat Nenek Baju Emas melompat ke samping sejauh lima tindak. Karena, getaran angin itu bagai menggeser kedudukannya. Cepat diaturnya keseimbangan tubuhnya.
Mata si nenek makin sipit tanpa kedip, memandang sosok tubuh di hadapannya yang berjarak tiga tombak.
Hanya sesaat ketegangan berbalur marah landa dirinya.
Kejap berikutnya, tawanya telah berkumandang.
Bidadari Tangan Maut! Rupanya kau yang iseng berani muncul di hadapanku! Bagus! Aku tahu... kau akan memenuhi tantangan Serigala Mata Iblis yang kini jadi junjunganku! Lebih baik menyerah daripada mampus berkalang tanah dengan tubuh mengerikan! Sosok yang baru munc ul memang Bidadari Tangan Maut. Seperti rencananya semula, dia memang mengantarkan Nuning ke Desa Peterongan. Namun sebelumnya dia harus menenangkan gadis itu, karena ingin ikut dengannya untuk mencari Sudira. Cukup susah juga Bidadari Tangan Maut beri penjelasan pada gadis malang itu. Dan dengan bujuk halus dan kata-kata lembut, akhirnya Nuning mengerti. Sebelumnya, Bidadari Tangan Maut memutuskan untuk menunggu saat purnama, yakni tepat pada hari yang ditentukan sesuai tantangan Siluman Mata Iblis. Tapi setelah berpikir kalau ada orang suruhan yang akan mencari Raja Gelang Besi, dia jadi berpikir lain.
Dan dugaan Bidadari Tangan Maut terbukti setelah munculnya Nenek Baju Emas yang dikenal sebagai tokoh pembuat onar yang sekarang menjadi pengikut Serigala Mata Iblis. Sudah tentu wanita pesolek itu akan dibiarkan kembali kepada Serigala Mata Iblis, bila berhasil mengalahkan kaki tangan Serigala Mata Iblis, bisa memudahkan untuk mendekati tokoh menggiriskan itu.
Bidadari Tangan Maut pun berpikir, Serigala Mata Iblis memang bukan tandingannya. Dan dia berharap Pendekar Sleborlah yang bisa menandinginya. Bila satu persatu antek-antek Serigala Mata Iblis dikalahkannya, maka kerja yang akan dilakukan Pendekar Slebor akan langsung pada sasarannya.
Bidadari Tangan Maut tampakkan wajah tenang.
Bibirnya melepas senyum.
Maaf, aku yakin kau datang untuk mencari Raja Gelang Batuyang bernasib sial itu. Sayang sekali, kau terlambat. Tetapi bila kau penasaran dan ingin jumpa juga, aku akan menunjukkan jalan.
Wanita keparat! Tingkahmu membuatku muak! sentak Nenek Baju Emas melotot garang.
Bidadari Tangan Maut masih perlihatkan ketenangannya. Apakah kau tak ingin melihat Raja Gelang Besi Bila tidak tak ada masalah! Sekarang, katakan di mana Serigala Mata Iblis tinggal Nenek Baju Emas memperdengarkan tawa mengejek. Sayang sekali, kau tak akan bisa menemuinya.
Karena, nyawamu sudah ada di tanganku! Omong besar kadang menyesatkan. Sikap santun lebih lumayan. Jaga mulutmu! Setan alas! Kurobek mulutmu yang berani membentakku! Kemarahan Bidadari Tangan Maut sudah siap termuntahkan. Tetapi sikapnya tetap tak menggubris Nenek Baju Emas yang nampak siap lancarkan serangan.
Dan justru tangannya, bergerak ke atas. Wuutt...! Serangkum angin menderu ke salah satu dahan pohon. Wuutt! Prak! Sebuah dahan hancur berantakan. Lalu sebuah benda cukup besar meluncur, jatuh menimbulkan suara keras.
Bruukk! Mata celong Nenek Baju Emas bagai hendak meloncat keluar.
Raja Gelang Besi! sentaknya, mengkelap.
Benda yang jatuh itu tak lain tubuh Raja Gelang Besi yang telah menjadi mayat.
Kepala Nenek Baju Emas terangkat, menatap Bidadari Tangan Maut.
Setan alas! Kau harus bayar nyawa sahabatku itu! bentak Nenek Baju Emas. Tubuhnya berkelebat ke arah Bidadari Tangan Maut dengan sebuah pukulan berisi tenaga dalam.
Bidadari T angan Maut pun tak mau tinggal diam.
Dengan pencalan satu kaki, tubuhnya bagai meluncur menyongsong.
Dua buah bayangan hitam dan keemasan berkelebat cepat. Masing-masing meningkatkan tenaga dalamnya begitu benturan siap bertemu.
Duaaarr! Benturan tenaga dalam terjadi, menimbulkan suara keras. Debu-debu beterbangan dan dedaunan berguguran.
Tanah yang dipijak bagai bergoyang sesaat. Bersamaan dengan benturan terjadi, tubuh mereka tercelat ke belakang.
Bidadari Tangan Maut segera mengatur keseimbangan. Namun dari hidungnya mengalir darah segar. Dadanya terasa remuk.
Lain yang dialami Nenek Baju Emas. Sungguh tak disangka kalau Bidadari T angan Maut memiliki tenaga dalam satu tingkat lebih tinggi darinya. Maka tak ayal lagi, bukan saja tubuhnya terpental ke belakang, tetapi juga tersuruk dan ambruk celentang. Bukan hanya dari mulut dan hidungnya saja yang mengalirkan darah, tapi juga dari telinganya. Dada dan tangannya pun terasa patah.
Kau! sendat Nenek Baju Emas berusaha bangun.
Tubuhnya limbung sesaat sebelum menemukan keseimbangannya kembali.
Bidadari Tangan Maut mempergunakan kesempatan itu untuk mengatur napas dan tenaga dalam-nya.
Tinggalkan tempat ini.... Yang kuinginkan nyawa Serigala Mata Iblis...
Setan alas! Jangan menyangka karena aku kalah dalam sekali gebrak! Nyawamu berada di tanganku! Nyatanya, apa yang kau alami Kau sudah kalah, Nenek Baju Emas! Haram jadah! Apa aku tidak tahu kalau kau pun mengalami nasib sama, hah! lengak Nenek Baju Emas.
Diam-diam dia menahan rasa sakit di dadanya. Dan berkali-kali mulutnya meringis.
Jangan jadi orang s uci, Bidadari Tangan Maut! Jangan campuri urusanku! Bidadari Tangan Maut tersenyum dalam hati melihat wajah Nenek Baju Emas yang kerut merutnya makin menyembul keluar. Dia tahu, wanita tua pesolek itu tengah kesakitan.
Apakah aku akan mendiamkan manusia seperti kau ini yang selalu membuat onar dan menurunkan tangan telengas T ak akan pernah kulakukan hal itu! Lebih baik, kembali ke tempat asalmu. Jangan....
Setan alas! Kau membuatku muak! potong Nenek Baju Emas. Seketika tubuh si nenek melesat kembali. Kali ini kecepatannya nampak meyakinkan. Kelebatan warna emas terlihat di mata Bidadari Tangan Maut.
Meskipun merasa kalau kepandaiannya lebih tinggi dari Nenek Baju Emas, namun menghadapi orang nekat seperti itu, Bidadari Tangan Maut cukup mendapat kesulitan.. Seketika dibuangnya tubuhnya ke kiri. Lalu, kakinya menyepak ke muka. Wusss! Nenek Baju Emas justru memutar tubuhnya ke kiri disertai pukulan bertubi-tubi. Bidadari Tangan Maut terperangah melihat kenekatan lawan. Pukulan tangan kanan dan kiri yang dilancarkan Nenek Baju Emas sudah tinggal beberapa jengkal lagi.
Dalam keadaan gawat, Bidadari Tangan Maut mengibaskan tangannya dengan ajian 'Tangan Maut Buang Angin Laut'.
Wuuutt! Deru angin bergemuruh pun terdengar. Dan.... Des! Benturan keras itu terjadi, menyusul satu pukulan keras menghantam tubuh Nenek Baju Emas. Pada saat yang sama, kaki nenek pesolek itu pun menyambar dada Bidadari Tangan Maut.
Dess.. ! Tubuh Nenek Baju Emas terguling, namun cepat berdiri. Tubuhnya semakin Iimbung saja.
Matanya memancarkan sinar kemarahan tinggi. Kerut merut di wajahnya bagai melesak ke dalam. Kedua kepalan tangannya bergetar.
Bidadari Tangan Maut sendiri mengalami hal yang sama. Wajahnya menjadi pucat. Rupanya, kenekatan Nenek Baju Emas memang membuatnya lengah. Sehingga tak urung dadanya kecolongan juga.
Nenek Baju Emas yang merasa kenekatannya membawa hasil, langsung mengatur napas. Sisa-sisa tenaga dalamnya segera dialirkan ke seluruh tubuhnya.
Baginya, mati bersama lebih baik daripada dipecundangi.
Maka saat itu pula si nenek mengempos tubuhnya lagi. Tubuhnya meluruk dahsyat ke arah Bidadari Tangan Maut.
Tubuh Bidadari Tangan Maut pun berkelebat menyongsong dengan gerakan tak kalah cepat. Maka benturan pun tak bisa dihindari lagi. Duaaar! Kembali suara ledakan yang membuat tanah bagai bergoncang terdengar. Tubuh satu sama lain terpental ke belakang. Nenek Baju Emas berusaha bangkit sambil meringis. Sementara Bidadari Tangan Maut segera mengerahkan sisa-sisa tenaga. Kali ini dia menghendaki kematian Nenek Baju Emas.
Seketika tubuhnya pun bergerak cepat.
Peringatanku tadi kau lecehkan! Sekarang, ajal sudah di depan mata. Dan kau tak bisa menghindari Nenek Baju Emas tak mampu lagi bangkit. Matanya membuka lebih lebar, seperti menyongsong kematian yang siap dihadapi. Dia hanya menggeram melihat tubuh Bidadari Tangan Maut yang siap turunkan tangan sudah mendekatinya. Namun sesuatu yang di luar dugaan pun terjadi.
Mendadak satu sosok tubuh melayang, langsung memapaki serangan maut wanita tua baju hitam itu, Des! Tubuh Bidadari Tangan Maut kontan terlontar ke belakang. Bila tidak dalam keadaan terluka, serangan gelap itu sebenarnya masih bisa dihindari. Namun karena keadaannya sudah terluka dalam, mau tak mau tubuhnya terpental ke belakang.
Tubuh Bidadari Tangan Maut bergulingan beberapa kali, dan terhenti setelah menabrak pohon. Seluruh tulang di tubuhnya bagai patah-patah. Darah segar semakin banyak mengalir dari hidung dan mulutnya.
Tubuhnya terasa lemah sekali. Mata sayunya akibat menahan sakit, membelalak melihat satu sosok tubuh berambut panjang berdjri angkuh dengan tatapan nyalang dalam jarak dua tombak.
Gila... justru aku yang akan mampus sekarang, desis Bidadari Tangan Maut.
Sementara Nenek Baju Emas yang tak menyangka kalau pertolongan akan datang, tersenyum meskipun menahan rasa sakit.
Kau datang tepat pada waktunya. Bunuh wanita keparat itu, Bayangan Setan! katanya, penuh kemenangan.



ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 9 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Andika kehilangan jejak. Maka larinya segera dihentikan sambil geleng-geleng kepala.
Gila! Hebat juga tuh serigala! Begitu cepat dia menghilang Katanya sambil mengedarkan pandangan.
Di depan Pendekar Slebor menghampar padang rumput yang sangat luas. Dan di sisi kiri padang rumput, terdapat bukit-bukit yang berjajar indah. Angin senja berhembus semilir.
Atau... jangan-jangan serigala itu jelmaan dedemit hutan ini Ah, dia bisa kutendang dan kupukul Hmm....
Sebaiknya aku kembali mencarinya! Pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk melintasi padang rumput yang luas itu. Dalam waktu dua kali penanakan nasi, dia tiba di ujung padang rumput.
Dan di hadapannya terdapat sebuah hutan kembali.
Edan! Kenapa hutan melulu yang kutemui Mbok sekali-kali seorang gadis yang kutemui! makinya lagi.
Dasar mata bongsang! Mendadak terdengar makian keras, membuat Andika terkejut sambil terjingkat dua tindak.
Hei, Eyang! Siluman Hutan Waringin rupanya belum mendapatkan dirimu! seloroh Andika, yang merasa yakin kalau itu adalah suara Eyang Sasongko Murti.
Jangan mengejek! sahut suara dari dalam tanah yang entah di sebelah mana. Meskipun Andika sudah menajamkan pendengarannya, namun masih belum bisa menentukan. Kau salah jalan, Bor! Seharusnya... kau menuju timur sekarang. Tetapi kau berada di ujung utara! Jangan buang waktu lagi. Aku mencium bau busuk dari Siluman Hutan Waringin yang sudah dekat sekali! Andika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Mengapa kau mengikutiku, Eyang Apakah sebenarnya kau merindukanku?" Sialan! Hei, Bor! Kalau siluman keparat ini tidak ada, aku akan muncul di alam nyata! Paling tidak, di alam maya yang kugeluti sekarang ini, aku tengah berusaha mengalahkannya. Seperti kau tahu, bila aku muncul di alam nyata, siluman keparat itu pasti akan menyusulku.
Dan keonaran akan dibuatnya kembali! He he he.... Kau jangan lupa, kalau dirimu pun buronan dari Siluman Hutan Waringin ini. Sudahlah.... Ini memang nasib sialku! Cepat jalan menuju timur! Andika mengangguk-angguk.
Baiklah, Eyang..., Aku akan ke sana. Kuharap, suatu saat kita akan bertemu kembali. Eyang...! Hei, jawab dong! Apakah sekarang kau tuli Sahutan dari Eyang Sasongko Murti tak terdengar lagi. Andika mengeluarkan helaan napas panjang. Ia maklum, betapa sialnya nasib yang dialami Eyang Sasongko Murti. Sebelum Siluman Hutan Waringin bisa dihancurkan, niscaya si tua bangkotan itu tak akan pernah muncul di alam nyata. Sekarang, Andika pun tak mau buang tempo lagi. Segera tubuhnya melesat mengikuti petunjuk Eyang Sasongko Murti. Sialan! Rupanya serigala itu menyesatkan aku! Apa yang diduga Pendekar Slebor memang benar.
Serigala cerdik peliharaan Serigala Mata Iblis memang telah membawanya ke arah yang salah, jauh dari Jurang Kematian. Bahkan dengan cerdiknya, setelah Andika terperangkap di jalan yang salah, serigala itu berlari sekuat tenaga menuju Jurang Kematian.
Dengan lincahnya, Raja Serigala menuruni undakan batu Jurang Kematian, lalu masuk ke gua di dasar jurang.
Di sana, dia langsung merebahkan tubuhnya disertai suara kesakitan.
"Setan alas! Kenapa denganmu, Raja Serigala!" Mendadak saja tempat yang tadi sunyi, terdengar suara geraman sangat keras.
Tak lama, sosok berjubah panjang berwarna merah dengan wajah mengerikan, muncul entah dari mana.
Langsung dihampirinya serigala kesayangan nya yang terluka.Raja Serigala.... Ceritakan apa yang terjadi tuntut sosok yang tak lain Serigala Mata Iblis. Wajahnya yang kasar lebih mengerikan lagi dengan mulut yang bergetar. Bukan hanya mulutnya, tetapi seluruh tubuhnya. Dia memang tak pernah menyukai bila melihat serigala kesayangannya mengalami penderitaan seperti itu.
Raja Serigala memperdengarkan suara gerengan pelan. Dan rupanya Serigala Mata Iblis mengerti apa yang dikatakan hewan kesayangannya. Setan alas! Jadi, Pendekar Slebor yang berbuat seperti ini! Hm.... Kini saatnya aku harus keluar dari Jurang Kematian. Seluruh tenaga 'inti petir' dari pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu harus kuserap. Dan akan kuhancurkan Lembah Kutukan, hingga kutukan Ki Saptacakra yang melekat pada tubuhku akan hilang.
Kebebasan akan kupetik sebentar lagi, desis Siluman Mata Iblis. Hewan itu mengeluarkan kaingan lagi. Sedangkan kepala Serigala Mata Iblis menganggukangguk. Bagus! Kecerdikanmu memang membuatku senang.
Untuk sementara, sulit bagi Pendekar Slebor menemukan Jurang Kematian. Kau sangat cerdik karena menyesatkan langkahnya menuju ke sini, dan memberikan kesempatan padaku untuk mengobatimu. Tak akan pemah kubiarkan orang lain merryakitimu, Raja Serigala! Tetapi sekarang, akulah yang akan keluar untuk mendapatkannya. Tenaga 'inti petir' harus berpindah ke tubuhku.
Lalu dengan hawa panas yang menggusar di tubuhnya, Serigala Mata Iblis menempelkan kedua telapak tangannya pada serigala yang luka itu. Setelah beberapa saat, hewan kaki empat itu pun terlelap.
Memang, begitu banyaknya ilmu aneh di dunia ini.
Itu terbukti dengan apa yang barusan diperlihatkan Serigala Mata Iblis. Dia seperti mengerti bahasa serigala kesayangannya, sehingga mampu menemukan urat luka yang harus disembuhkan.
Siluman Mata Iblis berdiri lagi. Wajahnya menggeram tegang. Kedua tangannya mengepal keras.
Hhh! Dengan memadukan ilmu yang kuperdalam dan tenaga 'inti petir' dari tubuh Pendekar Slebor, Lembah Kutukan akan kuhancurkan! Raja Serigala! Kali ini ada dendam lain dalam diriku terhadap Pendekar Slebor.
Nyawanya harus dijadikan sebagai pembayar sakit hatimu! Ha ha ha.... Batu-batu di dinding gua itu berguguran terkena getaran suara tawa keras dari Serigala Mata Iblis.
Meskipun tawanya berkumandang, namun tatapan angker matanya semaikin nyalang menakutkan. Mendadak saja lelaki ini memutar jubah panjang merahnya. Lalu.... Plas! Mendadak tubuh Siluman Mata Iblis lenyap dari pandangan. Pendekar Slebor terus berlari mengikuti petunjuk Eyang Sasongko Murti. Si pemuda sakti urakan ini bertekad untuk menemukan Jurang Kematian tepat pada waktunya Saat ini malam sudah membentang, begitu Andika tiba kembali di ujung padang rumput pertama tadi. Lalu, tubuhnya pun melesat terus ke timur. Tak dihiraukannya betapa sulitnya jalan menembus hutan di hadapannya yang penuh akar melintang. Tepat tengah malam, Pendekar Slebor pun tiba di depan sebuah jurang yang menganga lebar. Bila saja saat itu bulan tidak bersinar, bisa dipastikan Andika akan terperosok ke dalamnya.
Dihapusnya keringat yang mengaliri sekujur tubuhnya. Pernapasannya diatur. Matanya dipicingkan untuk melihat jurang di depannya. Hmm.... Sejak awal aku melakukan pencarian pada Serigala Mata Iblis, baru kali ini menemukan jurang.
Apakah ini Jurang Kematian tempat tinggal Serigala Mata Iblis seperti petunjuk Eyang Sasongko Murti desisnya, bertanya-tanya. Kalau memang iya, aku harus bersiap. Karena tak mustahil sebenarnya hewan keparat itu telah tiba di Jurang Kematian. Hmm, aku harus mencari jalan masuk ke dalam, Berpikir demikian, Andika pun mengalirkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya.
Matanya beredar ke sekeliling yang redup. Lalu perlahan-lahan langkahnya diatur ke kanan. Matanya mencoba melihat ke dasar jurang. Namun yang ditangkap hanyalah kegelapan saja.
Kadal buntung! Di mana jalan menuju ke dasar jurang ini berada rutuk si pemuda, kembali kesal.
Lalu Pendekar Slebor berpindah ke kiri. Dikitarinya jurang menganga lebar itu di permukaan. Namun matanya pun tak bisa tembus ke dalam jurang. Andika berpikir, mengerahkan seluruh otak cerdiknya.
Tak mungkin aku main lompat saja. Bisa saja aku melompat, namun seberapa dalamnya dasar jurang ini aku tak tahu. Belum lagi mungkin ada dahan pohon yang tumbuh di dinding jurang, dan batu-batu terjal yang runcing. Jalan satu-satunya, mungkin terdapat undakan batu yang tak beraturan.
Dan aku yakin undakan batu itu berada di sisi jurang.
Andika terdiam kembali sambil memikirkan kemungkinan itu.
Sepak terjang manusia keparat berjuluk Serigala Mata Iblis ini memang harus dihentikan. Heran! Mengapa Eyang Ki Saptacakra malah menebar kutukan padanya Andika terpaku sebentar.
Sudahlah! Lebih baik aku menentukan letak undakan yang kuyakini pasti ada.
Namun sebelum melakukan niatnya, tiba-tiba saja pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu membuang tubuhnya ke kiri, ketika merasakan angin berhawa panas di ringi suara bergemuruh yang meluruk ke arahnya.
Wusss! Orang sinting! Monyet buduk! maki Andika, yang tak habis pikir mengapa nasib sial selalu menghantui dirinya.
Duaarr! Sentakan angin luar biasa kencangnya itu luput mencacah tubuh si pemuda. Tanah yang dipijaknya tadi membentuk sebuah lubang, mengeluarkan asap busuk Dalam keadaan seperti apa pun, Andika tetaplah seorang pendekar. Kini dia berdiri siaga dengan kedua mata tajam memandang ke satu arah.
Setan Jurang Kematian! Cepat muncul di hadapanku. Dan akan kurancah sekujur tubuhnya! Ha ha ha...! Sebagai sahutan, terdengar suara tawa keras, memekakkan telinga Andika. Bila saja pendengarannya tak segera ditutup dengan tenaga dalam, bisa dipastikan gendang telinganya akan pecah! Yang kucari tak ketemu. Dan selagi tak dicari, datang sendiri mengantar mati! Menyenangkan sekali hidup ini.
Pendekar Slebor akan berkalang tanah. Tenaga 'inti petir' akan berpindah. Lembah Kutukan hancur. Dan kutukan akan musnah! Dari sela-sela tawa keras, terdengar seruan berkumandang dahsyat Andika makin melotot, ketika merasakan satu hembusan angin kuat yang menerbangkan debu-debu ke wajah. Si pemuda sampai mundur tiga langkah ke belakang ketika melihat satu sosok tubuh tinggi besar berjubah panjang warna merah di hadapannya.
Gila! Apakah manusia iniyang berjuluk Serigala Mata Iblis Cukup lumayan juga tongkrongannya!

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 10 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Sosok angkuh dengan sorot mata angker yang berdiri sejauh dua tombak di depan Pendekar Slebor memang tak lain dari Serigala Mata Iblis. Tawa iblisnya berkumandang. Seolah rencana untuk menghancurkan Lembah Kutukan dengan menguras seluruh tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor tinggal di depan mata.
Pemuda berasal dari Lembah Kutukan! Sekarang, dengar baik-baik! Tempat asalmu akan kuratakan dengan tanah. Dan seluruh rimba persilatan akan mendengar, kalau hanya akulah yang mampu menghancurkan Lembah Kutukan! kata Serigala Mata Iblis, sarat ancaman.
Andika tertawa renyah.
Sudah berapa lama kau menjadi tokoh sesat Kalau cuma berkepandaian tanggung, mending pulang kampung.
Apa perlu mulutmu kusumpal dengan kotoran kerbau Brengsek! Besar omong, kau! Berpikirlah dulu sebelum bertindak! sahut Pendekar Slebor, enteng.
Jangan bersikap bodoh! Tenaga 'inti petir' yang kau miliki akan membantuku untuk menghancurkan Lembah Kutukan' Dan perlu kau ketahui Pemuda Bodoh! Kaum rimba persilatan akan mengutukmu! Karena dengan tenaga 'inti petir' yang kau miliki dan dipadukan dengan ilmuku, maka Lembah Kutukan akan hancur! Hati Andika panas mendengar kata-kata itu. Matanya yang setajam mata elang memancarkan sinar berbahaya.
Namun bukan Andika kalau hanya omongan begitu saja langsung diam mengkeret.
Hei, Orang Jelek! Lebih baik pergi jauh dari sini. Atau eyang buyutku akan mengirimkan kutukannya lagi padamu! Nanti kalau dikutuk jadi monyet, datang lagi ke hadapanku, ya. Aku punya pisang banyak, lho! Setan! bentak Serigala Mata Iblis memperlihatkan kemarahan di wajahnya. Setelah kuhancurkan Lembah Kutukan dengan tenaga 'inti petir', manusia setengah dewa yang bernama Ki Saptacakra pun tak akan mampu berbuat banyak! Dia tak akan memiliki tempat tinggal lagi! Wah, wah.... Kau pikir gampang apa untuk mendapatkan tenaga 'inti petir' Kau harus mencium pantat kerbau seribu kali, tahu! Keparat! Serigala Mata Iblis seketika melepaskan satu pukulan dengan tangan kanan.
Andika terkesiap, melihat angin yang melunc ur ke arahnya. Bukan saja menimbulkan suara gemuruh laksana badai, tapi juga menebarkan hawa panas menyengat. Secepat kilat Andika mengenyahkan tubuhnya ke samping seraya bergulingan. Namun Serigala Mata Iblis masih tetap melancarkan serangannya tanpa bergerak dari tempatnya. Kali ini lebih beruntun, menimbulkan ledakan berkali-kali. Pepohonan yang tumbuh di sekitar Jurang Kematian pun hancur berantakan.
Ayo terus umbar pukulanmu. Aku rela kok tubuhku jadi sasaran. Syaratnya, harus kena! ejek Andika, sambil berusaha menghindari serangan-serangan maut Serigala Mata Iblis.
Kendati mengeluarkan ejekan-ejekan seperti itu, bukan berarti Andika dalam keadaan aman. Biar bagaimana, dia terus berpikir untuk membalas.
Aku tak ingin membunuhmu, Pendekar Slebor! Yang kuminta hanyalah tenaga 'inti petir' yang ada di tubuhmu! Tetapi, perbuatanmu yang telah melukai serigala kesayanganku, memaksaku untuk segera membunuhmu.
Tentu saja, setelah mendapatkan tenaga 'inti petir' yang kau miliki! O... Jadi serigala bodoh itu peliharaanmu, ya Pantas bodohnya sama dengan pemiliknya! Andika terus mengumbar ejekannya.
Setan alas! Kubunuh kau! bentak Serigala Mata Iblis.
Orang bodoh memang banyak omong! Sejak tadi saja, kau belum berhasil menjatuhkan tangan padaku! balas Andika sok hebat. Padahal, jantungnya sudah kebat-kebit sejak tadi.
Wajah garang Serigala Mata Iblis makin nyata saja.
Kali ini sambil menyerang, tubuhnya berkelebat ke arah Andika. Agaknya, dia tak mau bertindak ayal lagi.
Gerakannya kadang-kadang menerkam atau menjambretkan tangan-tangannya bagai seekor serigala.
Berkali-kali Pendekar Slebor berusaha menghindar.
Namun pada satu kesempatan.... Des! Tubuh pemuda urakan itu terpental ke belakang disertai muntahan darah. Napasnya terasa sesak dengan aliran darah menjadi lambat. Kutu monyet! Panas sekali tubuhku! Pendekar Slebor segera mengerahkan hawa murni untuk mengusir panas yang menyerang tubuhnya. Lalu perlahan-lahan dia bangkit sambil menatap Serigala Mata Iblis yang berdiri tegak sambil terbahak-bahak.
Kali ini aku yakin sekali, kalau kau memang tak pantas menjadi pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan.
Ilmu yang kau miliki tak pantas membuatmu menyandang gelar seperti itu! Bersiaplah, Pendekar Slebor! Wajah Andika kontan pias. Dan entah mengapa, bulu kuduknya meremang mendengar kata-kata penuh ancaman itu. Kembali tenaga 'inti petir' dialirkan ke seluruh tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, Andika berpikir keras untuk mengalahkan Serigala Mata Iblis.
Dari pertarungan barusan, Andika menarik kesimpulan kalau tak akan mampu mengalahkannya. Namun, otaknya yang cerdik masih terus mencari akal.
Tiba pada satu pikiran yang ditemukannya, Pendekar Slebor pun menyorongkan kaki kanan ke muka. Sementara kaki kiri ditarik ke samping. Tubuhnya agak membungkuk dengan kedua tangan siap melancarkan serangan.
Sebelum Serigala Mata Iblis menerjang, Andika sudah mendahului. Kali ini ajian 'Guntur Selaksa' segera dilepas. Seketika sinar putih keperakan telah menyelimuti sekujur tubuhnya. Agaknya, Andika mengeluarkan ajian 'Guntur Selaksa' tingkat pamungkas.
Melihat lawan mengeluarkan ajian, Serigala Mata Iblis hanya tertawa yang menyakitkan telinga.
Ajian 'Guntur Selaksa' tak berarti apa-apa untukku! Tanpa mengurangi kemposan tubuhnya yang melesat deras, Andika mendengus dalam hati. Sialan! Sudah tentu dia mengenali ajianku ini. Bukankah dulu entah berapa puluh tahun yang lalu, dia pernah bertarung dengan Ki Saptacakra Masa bodoh! Peduli setan! Aku harus memperdayainya! Paling tidak, sekarang memang harus mengandalkan kecerdikan! Bukan menghadapinya dengan tenaga kasar! Sementara kedua tangan Serigala Mata Iblis telah membuka. Seketika sinar hitam telah menggelungi kedua tangannya.
Andika yang melihat hal itu tak ambil peduli. Cepat tangannya dihantamkan.
Pada saat yang sama Serigala Mata Iblis menggerakkan kedua tangannya.
Des! Des! Dua buah gerakan yang berbaur sinar putih keperakan dan sinar hitam bertemu. Plas! Plas! Dua buah sinar melesat ke atas dan membubung tinggi, lalu lenyap. Namun saat itu pula, dua buah hantaman telak mendarat di dada Pendekar Slebor.
Dess! Dess! Pemuda itu kontan terhuyung ke belakang sambil menekap dadanya. Mulutnya meringis menahan sakit tak terkira.Seperti yang telah diduga, ternyata lawan mampu mengatasi ajian 'Guntur Selaksa'. Apa yang dirasakan Pendekar Slebor saat ini memang membuatnya menderita.
Kepalanya pusing tujuh keliling. Tubuhnya terasa lemah.
Matanya berkunang-kunang, namun otak cerdiknya masih bekerja.
Tinggal menjalankan permainan terakhir..., desis Andika dalam hati. Tubuhnya yang memang sudah limbung, semakin dibuat limbung. Dan akhirnya, dia jatuh ambruk ke tanah.
Melihat Pendekar Slebor sudah tak berdaya, Serigala Mata Iblis terbahak-bahak keras. Dia masih berdiri tegak tanpa cedera sedikit pun.
Apa, yang kurencanakan ini memang sudah menemui titik temunya. Setelah mendapatkan tenaga 'inti petir', tinggal mendapatkan tulang sumsum milik Bidadari Tangan Maut yang harus kurebus dan kuminum airnya.
Dari isi tulang sumsum itulah aku bisa mendapatkan sebuah tenaga dahsyat yang akan kupadukan dengan tenaga 'inti petir'. Sehingga nanti di Lembah Kutukan, bukan hanya bisa berlari yang kulakukan, tetapi juga melangkah dengan santai sambil menghancurkannya... ha ha ha...! Purnama sudah dekat, rencana bisa dijalankan. Seluruh niat akan tuntas. Akan kupaksa Bidadari Tangan Maut mengeluarkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Dengan ajian yang terangkum pada tangannya itulah tulang sumsum yang dimilikinya akan menjadi kekuatan dahsyat bila berhasil kudapatkan. Waktu lalu, aku memang masih membiarkannya hidup. Karena, wanita tua keparat itu tidak sempat mengeluarkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Hmm.... Pada pertarungan purnama nanti, aku akan bersikap lebih lunak. Sehingga,,ajian yang kuinginkan itu dikeluarkannya. Hhh! Ke mana tiga manusia tolol itu pergi Mereka sudah tak berguna lagi. Akan kubunuh ketiganya bila datang kembali kesini.
Pendekar Slebor yang berpura-pura pingsan tersentak mendengarnya. Tulang sumsum milik Bidadari Tangan Maut Gusti....
Rupanya inilah jawaban, mengapa Serigala Mata Iblis tidak membunuh Bidadari Tangan Maut. Rupanya, tulang sumsum Bidadari Tangan Maut yang akan terangkum ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' itulah yang di nginkannya.
'Tak akan kubiarkan manusia keparat ini menelan bulat-bulat seluruh rencananya. Tak akan kubiarkan..., desis Andika menahan rasa geram yang berbalur nyeri di tubuhnya.
Diam-diam Pendekar Slebor telah mengalirkan tenaga dalam yang dipadukan dengan hawa murni guna menghilangkan rasa sakit.
Dan Pendekar Slebor memaki dalam hati ketika Serigala Mata Iblis mengangkat tubuhnya dengan cara menendang.
Hup! Tahu-tahu tubuh Pendekar Slebor sudah tersampir di pundak sebelah kiri Serigala Mata Iblis. Lalu tubuhnya terasa bagai melayang. Saat tubuhnya terasa menurun, pandangannya dibuka.
Rupanya Serigala Mata Iblis tengah membawanya ke dasar Jurang Kematian.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 11 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Di tempat yang penuh pepohonan, Bidadari Tangan Maut dan si Bayangan Setan terus bertarung hingga puluhan jurus. Keadaan sekitarnya sudah porak-poranda.
Kemurkaan si Bayangan Setan semakin menjadi-jadi, ketika mengetahui Raja Gelang Besi tewas di tangan Bidadari Tangan Maut.
Serangan si Bayangan Setan bukan main dahsyatnya. Setiap kali tubuhnya berkelebat setiap kali pula terdengar angin menderu-deru. Keadaan Bidadari Tangan Maut menjadi sulit.
Meskipun luka dalam akibat bertarung dengan Nenek Baju Emas, dia masih berusaha bertahan. Namun tak urung beberapa kali terhantam telak pukulan atau tendangan si Bayangan Setan.
Kesulitan itu makin menjadi, ketika Nenek Baju Emas mempergunakan kesempatan selagi Bidadari Tangan Maut sibuk menghindari serangan si Bayangan Setan.
Perempuan tua pesolek itu telah meluruk mengancam keselamatannya.
Diserang dari dua jurusan memang benar-benar membuat repot Bidadari Tangan Maut.
"Rasanya aku tak mungkin bertahan lebih lama lagi.
Tubuhku sudah sakit semuanya," desah Bidadari Tangan Maut dengan tubuh limbung.
Padahal aku masih penasaran, mengapa Serigala Mata Iblis tidak segera membunuh waktu itu. Dan justru, mengajakku bertarung kembali. Ah! Rahasia apa yang ada di balik semua ini Yang jelas, harus kuketahui. Bila berada lebih lama di sini, niscaya aku tak akan bisa mengetahui rahasia itu.
Berpikir begitu, tiba-tiba saja Bidadari Tangan Maut berputar. Tubuhnya seketika mencelat ke belakang.
Begitu berdiri tegak, wajah Bidadari Tangan Maut semakin tegang. Urat-urat di seluruh tubuhnya mengencang. Perlahan-lahan kedua tangannya memancarkan sinar kehitaman. Sorot matanya pun menyorot tajam. Rupanya dia tengah mengeluarkan ajian pamungkasnya, 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas terpaku sejenak. Mata mereka tak berkedip memandang Bidadari Tangan Maut yang berdiri pada jarak tiga tombak.
Aku yakin, wanita tua itu tengah mengeluarkan ajian pamungkasnya, bisik si Bayangan Setan dalam geraman.
Haram jadah! Aku tak peduli dengan semua itu! Dia harus mampus! sentak Nenek Baju Emas. Kebenciannya pada Bidadari Tangan Maut makin menjadi. Sehingga wajah pesoleknya terlihat menegang.
Matanya bagai melompat keluar saking geramnya.
Si Bayangan Setan memperhatikan, bagaimana kedua lengan Bidadari Tangan Maut berubah menjadi hitam. Bibirnya lantas menyeringai. "Sabar..... Wanita itu sudah tak berdaya sebenarnya.
Dan aku yakin, meskipun dia telah mengeluarkan ajian pamungkasnya, namun tak memiliki banyak tenaga untuk menunjang ajiannya. Kita serang bersamaan. Kau bagian atas, aku bagian bawah, ujar si Bayangan Setan.
Kedua tokoh tua aliran sesat ini mengatur langkah.
Didahului teriakan keras, si Bayangan Setan melesat ke muka. Lalu, menyusul Nenek Baju Emas yang meluruk menyerang bagian atas.
Bidadari T angan Maut menatap jalang. Begitu tubuh kedua lawannya meluncur, dia pun menerjang pula Heaaa! Des! Des! Benturan pun terjadi. Tampak tubuh si Bayangan Setan terlontar dua tombak ke belakang. Sementara Nenek Baju Emas terhuyung dengan dada seakan remuk.
Namun yang dialami Bidadari Tangan Maut pun lebih dahsyat lagi. Tubuhnya terlempar deras ke belakang, lalu menghantam sebuah pohon. Saat itu juga, seluruh tulang iganya bagai patah.
Aku telah kehilangan banyak tenaga. Sehingga, ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' sia-sia belaka. Hmm...
Selagi keduanya mengatur napas, aku harus meninggalkan tempat ini....
Dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, perempuan tua ini cepat melenting ke belakang. Seketika tubuhnya menghilang begitu cepat di sela-sela pepohonan besar. Setan alas! Nenek Baju Emas! Ini kesempatan kita untuk membunuhnya! Dia sudah terluka! Tanpa buang waktu lagi, si Bayangan Setan pun berkelebat mengejar. Sedangkan Nenek Baju Emas menyusul di belakang dengan langkah terhuyung-huyung.
Suasana dalam gua di Jurang Kematian begitu gelap pekat. Serigala Mata Iblis meletakkan Pendekar Slebor di atas sebuah altar batu. Tangannya lantas bergerak beberapa kali. Wuss! Wuss! Wusss! Seketika obor-obor yang semula padam, menyala dan menerangi gua.
Ha ha ha.... Kini tiba saatnya aku mendapatkan sesuatu yang telah lama kuinginkan..., sorak lelaki seram itu.
Pendekar Slebor yang masih berlagak pingsan tersenyum dalam hati.
Kau akan mendapatkan sesuatu yang tak pernah kau duga, Manusia Keparat, gumamnya dalam hati.
Raja Serigala.... Kau akan mendapatkan sesuatu yang kau inginkan. Dendammu akibat perbuatan Pendekar Slebor akan terbayar sudah. Daging-dagingnya akan kau rencah! Ha ha ha...! kata Serigala Mata Iblis.
Tanpa peduli ocehan Serigala Mata Iblis, Pendekar Slebor menajamkan pendengarannya untuk menangkap suara-suara lain. Nihil. Yang ada cuma angin menusuk tulang yang masuk ke gua itu.
Apakah pemuda yang bernama Sudira itu telah tewas Kalau benar... jelas aku terlambat..., desah Andika galau. Mendadak telinga Pendekar Slebor menangkap suara langkah yang memasuki gua di dasar Jurang Kematian. Serigala Mata Iblis yang mendengar pula, segera memutar tubuhnya. Kedua matanya memicing melihat kehadiran kedua kaki tangannya.
Hm.... tenaga mereka sudah tak kubutuhkan lagi, desis Serigala Mata Iblis.
Wajah Serigala Mata Iblis yang bengis itu memasang senyum.
Sudahkah kalian menemukan Raja Gelang Besi sapanya, pura-pura ramah.
Kedua sosok yang tak lain si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas saling berpandangan, lalu kembali menatap Serigala Mata Iblis.
Setelah gagal menemukan Bidadari Tangan Maut, keduanya memang memutuskan untuk kembali ke Jurang Kematian. Ada dua masalah yang dikhawatirkan. Pertama, bila terlalu lama meninggalkan Jurang Kematian, justru ajal yang akan diturunkan Serigala Mata Iblis. Kedua, mereka pun hendak mengabarkan tentang matinya Raja Gelang Besi di tangan Bidadari Tangan Maut. Di luar kedua masalah itu, mereka juga hendak mengabarkan tentang Bidadari Tangan Maut yang telah terluka parah.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas lantas bersujud, tanpa mengangkat kepalanya.
Maafkan kami, Ketua.... Kabar buruk kami terima, Raja Gelang Besi ternyata telah tewas di tangan Bidadari Tangan Maut, lapor si Bayangan Setan, mewakili temannya. Pikir si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas, mereka akan mendapatkan dampratan. Namun nya-tanya justru tawa Serigala Mata Iblis yang terdengar. Hati keduanya jadi bertanya-tanya keheranan. Mengapa jadi seperti ini Bagus, bagus sekali! Itulah hukuman yang harus diterima karena melanggar perintahku. Bagaimana dengan pemuda yang mirip Pendekar Slebor itu Si Bayangan Setan merasa seluruh tubuhnya membeku. Bila ingat kejadian itu, hatinya menjadi marah.
Dan sekarang, bukan main ciut hatinya.
Manusia ini harus kubohongi daripada aku mampus sekarang juga, gumamnya dalam hati.
Si Bayangan Setan lantas sedikit mengangkat kepalanya. Apa yang telah Ketua perintahkan, telah dilaksanakan. Pemuda itu telah menjadi mayat sekarang.
Mata laki-laki berjubah merah itu menajam. Di mana mayatnya Sudah... sudah dibuang di tepi hutan. Jangan dusta! Suara Serigala Mata Iblis menggelegar keras, membuat hati si Bayangan Setan menjadi tak menentu.
Digertak seperti itu seluruh nyalinya jadi luntur.
Maka lelaki ini segera menceritakan apa yang terjadi. Pikirnya, sangat sulit membohongi Serigala Mata Iblis. Mendengar cerita si Bayangan Setan, Serigala Mata Iblis malah terbahak-bahak keras hingga perutnya berguncang. Eyang P urnama..... Pernah pula kudengar nama manusia itu. Hhh... Aku tak punya urusan dengannya! Mau dibawa ke mana, itu urusannya! Pemuda yang berjuluk Pendekar Slebor berada di tanganku sekarang.
Nah! Apa lagi yang hendak kau sampaikan kepadaku Si Bayangan Setan melengak sampai terdesak. Lagi-lagi, dia tak menerima dampratan atau pukulan Serigala Mata Iblis. Bahkan yang terdengar hanya suara tawa saja. Lelaki ini memang sempat melihat satu sosok tubuh terbujur di altar batu di belakang tubuh Serigala Mata Iblis.
Apakah karena Pendekar Slebor tertangkap, membuat Serigala Mata Iblis tak mengumbar amarahnya Kami baru saja bertarung melawan Bidadari Tangan Maut. Dan kami yakin, saat ini Bidadari Tangan Maut telah terluka parah, lapor si Bayangan Setan lagi, masih diiringi rasa herannya.
Berita itulah yang ingin kudengar. Di mana dia sekarang tanya Serigala Mata Iblis.
Sementara, Andika diam-diam mendesah dalam hati.
Rupanya pemuda itu dibawa oleh Eyang Purnama. Ah! Aku tenang sekarang. Rencana yang kusiapkan akan bisa kujalankan sekarang. Baiknya, kudengar lagi percakapan mereka. Meskipun merasa heran karena Serigala Mata Iblis tak marah mendengar katakatanya, namun masih ada rasa takut di hati si Bayangan Setan.
'Dia berhasil meloloskan diri..., sahutnya, terbata.
Tawa keras Serigala Mata Iblis mengumandang kembali. Bagus! Cara kerja kalian memang menakjubkan. Aku justru akan membunuh kalian jika sampai membunuhnya.
Ada sesuatu yang masih kubutuhkan dari Bidadari Tangan Maut. Biarkan dia hidup untuk sesaat. Dan aku yakin, dia akan menerima tantanganku purnama ini, di lereng Bukit Mambang sebelah timur Jurang Kematian ini. Hmm, purnama tinggal tiga hari lagi.
Hati si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas benar-benar tak mengerti, mengapa Serigala Mata Iblis tidak marah mendengar laporannya. Rasa tegang tadi punberangsur-angsur menjadi ketenangan.
Kalian telah lama mengabdi kepadaku dan menjalankan seluruh perintahku. Sudah sepatutnya kalian kuberi hadiah..., kata Serigala Mata Iblis, seolah melegakan kedua kaki tangannya.
Tidak perlu, Ketua.... Mendengar Ketua tidak marah saja, kami sudah senang..., kata si Bayangan Setan.
Ha ha ha.... Sekalipun aku tak pernah memberikan kalian hadiah. Maka, terimalah hadiah ini sekarang.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas menunggu nama masing-masing disebutkan dengan kepala tertunduk.
Dan tiba-tiba saja, wajah Serigala Mata Iblis berubah menjadi bengis. Lalu seketika tangannya mengibas ke depan.Wuss! Wuss! Tak ada teriakan apa pun. Tanpa sadar apa yang akan dialami, tahu-tahu kepala si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas telah menggelinding ke sudut gua. Darah muncrat dari leher yang putus, lalu ambruk bersimbah Hhh! Manusia-manusia bodoh seperti kalian ini hanya menyusahkanku saja! Tenaga kalian sudah tak kubutuhkan lagi! Pendekar Slebor sudah di tanganku. Dan sebentar lagi, Bidadari Tangan Maut akan kudapatkan! Peduli setan dengan Eyang Purnama yang telah membawa pemuda itu! Setelah kudapatkan semuanya, Lembah Kutukan akan kuhancurkan berikut kutukan Eyang Ki Saptacakra. Seluruh tokoh rimba persilatan ini pun akan kumusnahkan. Kec uali, mereka yang mau menjadi pengikutku! "Raja Serigala! Bawa tubuh kedua manusia laknat ini! Mereka menjadi hidangan makan malammu!" Serigala besar itu mengeluarkan dengkingan gembira. Lalu dibawanya kedua mayat itu dengan gigi-gigi tajamnya.
Pendekar Slebor yang mengira-ngira apa yang terjadi, hampir-hampir tak kuat lagi menahan gejolak marah di dadanya.
Laknat! Manusia ini tak ubahnya seekor serigala lapar! Hhh! Untuk saat ini, aku harus bisa menahan amarah. Apalagi rencanaku yang merupakan harapan satu-satunya belum kujalankan. Karena bila aku nekat menghadapinya, justru nyawaku yang akan melayang.
Andika kembali membuat tubuhnya seperti pingsan dengan cara mematikan urat saraf di otak nya. Hal itu bukanlah sebuah masalah sulit. Karena sebagai tokoh kenamaan, bukan hat yang sulit bagi Andika untuk melakukannya. Andika kini merasa kedua kakinya dipegang erat oleh tangan Serigala Mata Iblis. Ketika merasakan hawa dingin masuk ke tubuhnya melalui kaki, Andika pun menjalankan rencana yang dipikirkannya.



ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 12 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Keringat telah membanjiri seluruh tubuh Serigala Mata Iblis. Wajahnya telah berubah tegang dengan kening berkerut. Dan tenaga dalamnya kembali ditambah.
Begitu menemukan titik urat di pusar Pendekar Slebor, dia berusaha menyedot tenaga 'inti petir'. Namun di kejap lain, tenaga itu disentaknya kembali.
"Setan! Kenapa jadi begini!" maki lelaki ini tak mengerti. Karena, yang dirasakan hanyalah hawa dingin yang masuk kembali ke tubuhnya. Dengan kening berkerut dipegangnya tubuh Pendekar Slebor. Panas. Tetapi, mengapa aku tidak merasakan satu sentakan bagai petir yang berubah jadi seperti gigitan semut begitu masuk ke tubuhku Yang kurasakan cuma hawa dingin, dis usul hawa panas saja. Brengsek! Apakah memang s usahnya seperti ini Tidak mungkin! Aku telah mempelajari sebuah ilmu dahsyat 'Sedot Bumi' yang bisa memindahkan tenaga orang lain ke tubuhku. Tak terkecuali tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor.
Tetapi... persetan! Akan kucoba lagi! Kembali lelaki tinggi besar berjubah merah itu mengerahkan tenaga dalamnya yang dipadu ajian 'Sedot Bumi'. Ajian itu memang telah khusus dipelajarinya untuk mengambil tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor. Namun lagi-lagi lelaki ini harus mengerutkan keningnya. Lagi-lagi hawa dingin mas uk ke tubuhnya.
Masih tak mengerti dipegangnya kembali tubuh Pendekar Slebor. Kini dirasakan suhu panas di tubuh pendekar pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu bertambah tinggi. Bangsat! Apakah ilmu 'Sedot Bumi' ini tak mampu menyedot tenaga 'inti petir'! Tidak mungkin! Pasti ada kesalahan, dengus Serigala Mata Iblis.
Setelah melakukan berkali-kali namun gagal, tiba-tiba saja sosok tinggi besar itu berdiri tegak. Wajahnya begitu tegang. Kepalanya lantas menoleh.
Serigala laknat! Dia coba mengelabuiku dengan mengatakan kalau pemuda ini Pendekar Slebor! Hhh! Kurang ajar! Ajian 'Sedot Bumi' tidak mungkin gagal mendapatkan tenaga 'inti petir'! Wajah Serigala Mata Iblis merah padam. Napasnya terdengar berat dan bagai ditarik dari dalam Setan alas! Sekarang aku yakin... pemuda ini pasti bukan Pendekar Slebor! Hanya cara berpakaiannya yang sama. Kalau sebelumnya aku tahu dia melingkupi tubuhnya saat kuserang, ini pasti bukan tenaga 'inti petir'.
Melainkan sebuah tenaga panas belaka yang sekarang kurasakan pada tubuhnya.
Rupanya, Serigala Mata Iblis tiba pada kesimpulan kalau pemuda yang berbaring tak berdaya di hadapannya bukanlah Pendekar Slebor. Karena saat telapak tangannya ditempelkan pada kedua kaki Pendekar Slebor, yang akan terserap masuk ke tubuhnya adalah sebuah tenaga panas yang rnenyengat serta getaran kuat. Kalau benar itu Pendekar Slebor, bila tenaga petir berhasil disedotnya maka tubuhnya akan berubah sedingin es.
Namun yang dialami Serigala Mata Iblis sekarang ini, justru kebalikannya! Haram jadah! Raja Serigalaaa! teriaknya kuat-kuat.
Andika yang sedang tersenyum-senyum karena melihat tingkah Serigala Mata Iblis, hampir saja tersentak.
Suara keras itu menggugurkan batu-batu yang menaungi gua di Jurang Kematian itu.
Raja Serigala yang asyik menikmati hidangannya tersedak. Dengkingannya terdengar. Masih dengan mulut penuh darah, dia melompat ke dalam. Begitu melihat hewan peliharaannya di hadapannya, Serigala Mata Iblis murka bukan main. Tanpa banyak cakap tangan kanannya dikibaskan.
Wusss! Angin bergemuruh dahsyat langsung meluruk ke arah Raja Serigala. Tanpa ampun lagi, tubuh hewan kaki empat itu terpental jauh keluar gua dan ambruk dengan tubuh hancur.
Percuma sekian tahun kau kupelihara bila ternyata hanya membuang waktuku saja! maki Serigala Mata Iblis geram. Lalu tubuhnya berbalik lagi pada Pendekar Slebor. Hhh! Rupanya kau hanyalah seorang pendekar picisan yang tak berguna! Lebih baik mampus daripada memusingkan kepalaku! Serigala Mata Iblis mengangkat tangan kanannya, siap dipukulkan pada Pendekar Slebor yang sekarang disangka sebagai orang lain.
Dalam sekali pukul saja, tubuh Andika pasti akan pecah berantakan.
Andika sendiri yang merasakan hawa kematian siap menebar ke arahnya, segera bersiaga. Dia akan melompat begitu merasakan angin meluruk ke arahnya.
Namun sebelum Serigala Mata Iblis siap menurunkan tangan kematian....
Serigala Mata Iblis! Kematian sudah berada di tanganmu! Tak perlu tunggu waktu purnama nanti.
Muncullah! Kau akan menghadap malaikat penjaga neraka dengan segera! Serigala Mata Iblis menggeram sengit, mendengar bentakan sayup-sayup.
Bidadari Tangan Maut! Setan alas! Kini saatnya aku mendapatkan apa yang kuinginkan dari Bidadari Tangan Maut. Pendekar Slebor urusan belakang! Hawa marah telah menggelegak dalam dada Serigala Mata Iblis. Dan kemarahan itu akan dialihkan pada Bidadari Tangan Maut.
Dengan sekali lesat saja, tubuhnya sudah keluar. Dan dengan cepat, dia berlari ringan, menaiki undakan untuk tiba di atas Jurang Kematian.
Tawa keras Serigala Mata Iblis berkumandang dahsyat begitu melihat satu sosok berdiri dalam jarak tiga tombak. Sementara Bidadari Tangan Maut memicingkan matanya. Tubuhnya agakbergetar, karena nyeri dan luka dalam yang diderita.
Bagaimana tahu-tahu perempuan tua itu sampai berada di tempat ini Setelah berpikir untuk melarikan diri dari si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas, Bidadari Tangan Maut pun melesat cepat Baginya yang terpenting bukanlah kedua orang itu. Melainkan, teka-teki tentang Serigala Mata Iblis yang tidak membunuhnya. Bahkan menantangnya bertarung.
Pikiran itu memang tiba-tiba muncul. Dan dia berpikir, jalan satu-satunya untuk menemukan Serigala Mata ftlis adalah dengan memperdaya si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas. Dalam perhitungannya, bila dua begundal Serigala Mata Iblis tak berhasil menemukan dirinya, keduanya pasti akan segera kembali kepada Serigala Mata Iblis. Karena secara tidak langsung, dia menduga kalau kemunculan keduanya jelas-jelas untuk mencari Raja Gelang Besi dan mencari Pendekar Slebor.
Apa yang diduga Bidadari Tangan Maut memang benar. Karena telinganya mendengar kalau si Bayangan Setan memutuskan untuk kembali kepada Serigala Mata Iblis. Setelah kedua begundal itu berkelebat, Bidadari Tangan Maut pun melompat turun. Dan dengan menjaga jarak, dia berkelebat mengikuti keduanya.
Selamat datang di tempatku ini, Bidadari Tangan Maut! sambut Serigala Mata Iblis dengan suara keras. Aku masih berlunak hati memberi kesempatan berlatih. Tetapi, justru kaulah yang datang mengantarkan nyawa ke sini. Kematian di tangan Yang Maha Kuasa. Bila belum ditentukan, maka aku tak akan pernah mati, balas Bidadari Tangan Maut.
Sengaja dia berkata begitu untuk memancing jawaban Serigala Mata Iblis yang saat itu tidak membunuhnya.
Terbahak Serigala Mata Iblis mendengarnya.
Kau salah! Kematianmu berada di tanganku. Hhh! Aku ingin merasakan kehebatan ajian pamungkasmu, 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'.
Kau akan segera merasakannya! Lakukan! Kerahkan seluruhnya, agar kau tahu kalau ajian pamungkasmu itu tak berarti banyak terhadapku! Keparat sombong! Tak perlu menunggu purnama.
Karena, nyawamu ada di tanganku! Kuakui kau akan berhasil melakukannya. Bila waktu itu kau tidak kubunuh, sekarang saatnya yang tepat! Rasa pengecutmu sebenarnya masih ada, Manusia Laknat! Kau masih menunggu hingga purnama untuk bertarung denganku! sentak Bidadari Tangan Maut memperlihatkan senyum penuh ejekan.
Kedua mata lelaki yang ingin menghancurkan Lembah Kutukan ini bagai melontarkan nyala api, mendengar ejekan Bidadari Tangan Maut. Tubuhnya bergetar. Haram jadah! Kulakukan itu karena aku ingin merasakan kehebatan ajian pamungkasmu! Dan sementara menunggu, aku tengah mencari Pendekar Slebor!Kau tak akan bisa mengalahkan pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu! Bangsat! Sehabis membentak, Serigala Mata Iblis melompat.
Tangan kanannya melesat. Dan bersamaan dengan itu, kaki kanannya digerakkan.
Maka angin panas segera mendahului, sebelum tangan dan kakinya melesat.
Mendapati serangan semacam itu, Bidadari Tangan Maut terkesiap. Tanpa sadar kakinya mundur satu tindak.
Laiu dicobanya menahan serangan dahsyat itu dengan menggerakkan kaki dan tangan secara bersamaan.
Des! Des! Des! Aaakh...! Tiga kali benturan keras terjadi disertai jerit kesakitan dari mulut Bidadari T angan Maut. Tubuhnya raencelat ke belakang, lalu jatuh terduduk dengan mulut dan hidung mengalirkan darah.
Bukan main kehebatan lelaki laknat ini! Tetapi biar bagaimanapun hebatnya, aku tak akan pernah mundur barang setindak pun! desis Bidadari Tangan Maut sambil coba berdiri. Seluruh tulangnya seketika terasa nyeri.
Sementara Serigala Mata Iblis tak mengalami apaapa. Bahkan tetap berdiri tegak dengan tawa penuh kesombongannya.
Mengapa kau tak mengeluarkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' Apakah sebenarnya kau memang tak lagi memiliki kemampuan ejek lelaki itu. Panas wajah Bidadari Tangan Maut dengan ejekan yang menyakitkan. Ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' memang sebuah ajian dahsyat. Namun sayangnya, bila tak ditopang tenaga dalam kuat dan keadaan tubuh yang kuat pula, ajian itu tak akan membawa hasil apa-apa.
Akan tetapi, hawa marah sudah siap meledak di atas ubun-ubunnya. Maka kaki kanannya cepat diserongkan ke belakang dengan tubuh agak membungkuk Saat itu pula sisa-sisa tenaga dalam dialirkan pada kedua tangannya.
Sesaat terlihat tubuhnya bergetar. Sedangkan kedua tangannya hingga pangkal-nya mendadak berubah menjadi hitam legam.
Menyadari kalau pancingannya mengena, Serigala Mata Iblis memperdengarkan tawa keras. Segera ajian 'Sedot Bumi' dikerahkan, dan akan dihantamkan dengan segera. Bila kedua tangannya berhasil memegang erat kedua tangan Bidadari Tangan Maut, akan disedotnya tenaga wanita setengah baya itu. Lalu dengan sekali gerak, akan didapatkan tangan itu, kemudian disedotnya tulang sumsumnya. Sedangkan tulangbelulang milik Bidadari Tangan Maut akan digodoknya dengan ramuan yang telah disiapkannya. Bila airnya diminum, maka kesaktiannya akan bertambah.
Meskipun sadar kalau tenaganya yang tak akan mampu menopang ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung', Bidadari Tangan Maut tak mau ambil peduli. Baginya sekarang, hidup atau mati tidak penting. Yang di nginkan adalah menuntaskan perkara yang dihadapinya.
Dengan satu teriakan keras sekali, tubuh Bidadari Tangan Maut melompat. Tahu kalau lawan sudah masuk dalam pancingannya, Serigala Mata Iblis pun lompat memapaki. Kedua tangannya berbentuk cengkeraman.
Namun.... Wusss.. ! Belum lagi bentrokan terjadi, tiba-tiba saja angin deras meluruk ke arah Serigala Mata Iblis. Lelaki ini segera membuang tubuhnya sambil memaki tak karuan. Sementara itu Bidadari Tangan Maut tersentak ke belakang ketika merasakan hantaman secepat kilat mengenai dadanya. Cepat keseimbangannya dikuasai agar tidak jatuh. Tendangan yang dirasakannya tadi tidak begitu kuat. Namun karena datang secara mendadak, sehingga tak bisa ditahannya. Dua pasang mata terbelalak begitu melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka. Sedangkan mata Bidadari Tangan Maut memperlihatkan sinar gembira. Di lain pihak Serigala Mata Iblis berubah merah setajam bara. "Pendekar Slebor!" seru Bidadari Tangan Maut, membuat Serigala Mata Iblis tersentak.

***

ǂ˭ǂǂ˭ǂ{ 13 }ǂ˭ǂǂ˭ǂ

Serigala Mata Iblis masih tak percaya dengan pendengarannya saat Bidadari Tangan Maut menyebutkan julukan si pemuda yang baru datang. Rasa herannya membuatnya terpaku sesaat. Bukankah pemuda berbaju hijau pupus yang sedang cengar-cengir itu tak lain pemuda yang dibawanya ke gua Jurang Kematian Lalu, mengapa Bidadari Tangan Maut menyebutnya sebagai Pendekar SleborSadarlah Serigala Mata Iblis kalau telah ditipu.
Tetapi, bagaimana semua itu bisa terjadi Heran ya Heran He he he.... Siapa dulu, dong....
"Bukankah sudah kukatakan, kalau tak punya kepandaian apa-apa jangan suka jual lagak" ejek Andika.
Setan alas! Bagaimana kau bisa melakukan hal itu! bentak Serigala Mata Iblis.
Andika buka kedua tangannya.
Mudah saja. Aku hanya menutup aliran tenaga 'inti petir' yang berpusat pada setiap susunan saraf. Sehingga, tenaga ' inti petir' yang kumiliki lenyap begitu saja. Lalu setelah kupadukan dengan ajian 'Tapa Geni' yang kupelajari dari round Siluman Hutan Waringin, tubuhku tersei mut hawa panas.
Perlu kau ketahui, ajian Tapa Geni' merupakan ajian maut yang tak pernah diketahui bagaimana sang pemilik menyerang. Karena, serangan itu bagai tak terlihat, namun membawa hasil. Nah, mudah bukan O ya.". Apakah serigala besar milikmu itu tidak segera di kuburkan Merah padam seluruh tubuh Serigala Mata Iblis mengetahui kalau justru telah melepaskan orang yang telah lama dicarinya.
Orang tua... apakah kau sudah mengetahui, mengapa lelaki itu tidak membunuhmu kata Pendekar Slebor, membuat Serigala Mata Iblis makin panas saja.
Bidadari Tangan Maut meringis lalu menggeleng.
Hm.... Perlu kau ketahui... yang di nginkan darimu bukanlah tubuh atau nyawamu. Melainkan, seluruh tulang sumsum yang ada padamu bila kau telah mengalirkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Itulah sebabnya, waktu itu dia tidak membunuhmu. Karena, kau tidak mengeluarkan ajian pamungkas itu. Tetapi mengapa tanya Bidadari Tangan Maut keheranan. Tulang sumsum milikmu yang terpendam ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' akan menjadi sebuah tenaga dahsyat bagi Serigala Mata Iblis. Sebaiknya, kau jangan mempergunakan ajian 'Dewa Maut'...
"Heei ittl Kadal buntung! Monyet pitak! Andika memaki tak karuan ketika merasakan kelebatan dahsyat mengandung tenaga dalam tinggi yang meluruk ke.arahnya.
Cekatan tubuhnya dibuang dan langsung melontarkan kain pusaka bereorak catur yang telah dipadu dengan ajian 'Guntur Selaksa'.
Bletar! Suara bagai salakan petir menggema di tempat itu, yang kini telah diterangi sinar matahari.
Serigala Mata Iblis memaki keras. Dia melompat ke samping. Dan ketika siap menyerang, Bidadari Tangan Maut sudah memburu. Menyusul, Pendekar Slebor yang terus menyerang dengan kain pusakanya.
Serangan susul menyusul yang dahsyat tak membuat Serigala Mata Iblis menjadi gentar. Justru tenaga dalamnya ditingkatkan sambil membalas cepat.
Tak terasa, pertarungan sudah berlangsung puluhan jurus.
Desss.. ! Aaakh...! Dan mendadak tubuh Bidadari Tangan Maut terlempar ke belakang, ketika satu sentakan kaki menghantam dadanya.
Andika menjadi murka melihatnya. Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, dia melompat cepat ke arah Bidadari Tangan Maut Karena dilakukan agak mendadak, kekuatannya jadi berkurang. Begitu menerima tubuh Bidadari Tangan Maut, mau tak mau tubuhnya pun terdorong ke belakang. Cepat keseimbangannya dijaga, apalagi ketika matanya menangkap kelebatan Serigala Mata Iblis.
Kalian akan kudapatkan hari ini juga! Dan Lembah Kutukan hancur berantakan! Sebisanya Andika mempertahankan kecepatan dan keseimbangannya. Dia sadar, lawan memang memiliki ilmu sangat tinggi. Namun tadi, ketika mempergunakan kain bercorak caturnya yang dialirkan ajian 'Guntur Selaksa', Andika bisa bernapas sejenak. Sayang keadaan Bidadari Tangan Maut sudah lemah sekali. Bahkan Andika yakin, dalam waktu beberapa tarikan napas saja, perempuan itu sudah kehilangan seluruh tenaganya akibat lelah dan luka dalam. Harus membutuhkan waktu satu hari satu malam untuk memulihkan tenaga dalamnya kembali.
Dalam keadaan bebas saja Andika cukup disulitkan oleh serangan Serigala Mata Iblis. Apalagi sekarang harus membopong dan menyelamatkan Bidadari Tangan Maut.
Keadaannya benar-benar gawat sekali.
Namun mendadak keanehan yang sukar dimengerti Andika terjadi. Karena, tubuh garang Serigala Mata Iblis yang siap menumpahkan seluruh hawa kematian, tiba-tiba saja terpental deras ke belakang, bagai ada sebuah tenaga raksasa yang menghantam.
Setan alas! maki Serigala Mata Iblis yang jatuh terduduk dan berusaha bangun. Saptacakra! Kau menang lagi kali ini! Tetapi, percayalah! Akan kubunuh pemuda pewaris ilmu itu. Dan, kuhancurkan Lembah Kutukan! Sehabis berkata begitu, tubuh Serigala Mata Iblis terpental kembali ke belakang.
Kali ini, darah keluar dari mulutnya.
Haram jadah! Kutukan Saptacakra memang sulit kuduga! Jarak tiga puluh ribu tombak ini tak bisa kutentukan! Biarlah, saat ini aku mengaku kalah. Tetapi kelak... aku akan muncul kembali! Ketika merasakan angin deras mengarah padanya lagi, Serigala Mata Iblis mengambil langkah seribu.
Andika yang masih dalam keadaan tegang, menarik napas lega. Tubuhnya yang masih membopong Bidadari Tangan Maut tahu-tahu jatuh terduduk. Rupanya Eyang Saptacakra yang menyelamatkan aku. Berat sekali cobaan yang kualami saat ini. Dan aku yakin, manusia laknat itu akan muncul kembali.... Aku yakin, kutukan yang dilakukan Eyang Saptacakra bukan semacam kutukan biasa. Melainkan, karena memang mampu menyerang dalam jarak ribuan tombak jauhnya.
Ah! Ilmunya memang begitu tinggi. Sebaiknya, aku membantu Bidadari Tangan Maut memulihkan tenaga.
Setelah itu, aku akan membawanya ke Desa Peterongan untuk mengabarkan pada gadis yang bernama Nuning tentang kakaknya yang dibawa Eyang Purnama.... Aku yakin, pemuda itu pasti aman-aman saja...

SELESAI
PENDEKAR SLEBOR

Segera terbit!
Serial Pendekar Slebor dalam episode :
SERIGALA SERIGALA LAPAR


INDEX PENDEKAR SLEBOR
Ajian Sesat Pendekar Slebor --oo0oo-- Malaikat Bukit Pasir


Copyright@tanztj.2010. Powered by Blogger.