Nasihat Rasulullah SAW

Nasihat dari seseorang pastinya sesuatu yang baik, apalagi yang memberikan nasihat adalah Rasulullah SAW. Rasulullah S.A.W diutuskan kepada umat manusia bukanlah hanya untuk membimbing orang Islam tetapi semua makhluk yang bernama manusia. Baginda adalah orang yang paling bijaksana. Mudah-mudan kita semua diampuni Allah .SWT dan ditunjukan jalan yang lurus menuju akhirat kelak. Aamiin

shalawat Tanda Cinta pada Nabi Muhammad Keajaiban Bersholawat, Rindu Rasulullah, Manfaat Membaca Sholawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Keteladanan Nabi Muhammad, Keyakinan Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Jadi Rasul, Nasihat Rasulullah

Mari kita selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, agar hati kita senantiasa lembut, bercahaya dan dekat dengan Allah SWT. Aamiin.
Mari kita buka hati, tenangkan jiwa dan resapi bersama Nasihat dari Baginda Rasulullah SAW kepada kita semua :

"Rasulullah mengajarkan agar umatnya tidak saling membenci, mendengki, atau menghasut satu sama lain. Hubungan yang baik antar sesama sangat ditekankan."

Dikisahkan dalam sebuah riwayat suatu ketika Rasulullah sedang duduk bersama istri beliau dirumah, tiba-tiba datang seorang sahabat bernama Abu Zar AL Gifari. Beliau terkenal sebagai sahabat yang sangat zuhud, tidak terlalu tertarik dengan harta dan seringkali gelisah memikirkan dirinya dihadapan Allah SWT. Beliaupun masuk dengan penuh rasa hormat dan berkata : "Ya Rasulullah, Aku ini seorang yang miskin, aku tidak memiliki harta yang bisa aku infaqqan sebagaimna sahabat- sahabat lain yang kaya, aku tidak bisa membeli budak lalu memerdekakannya, aku tidak bisa memberi makanan yang banyak untuk orang miskin, bagaimana nasibku di hadapan Allah SWT?, bukankah aku akan tertinggal dari mereka yang mampu bersedekah dengan harta mareka.
Mendengar ucapan itu Rasulullah SAW terdiam sejenak, wajah beliau menununduk lalu tersenyum penuh kasih, setelah itu beliau bersabda : " Wahai Abu Zar, apakah engkau tidak tahu bahwa setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah. Bahkan langkahmu menuju Masjid adalah sedekah dan engkau menjauhkan sesuatu yang berbahaya dari jalan adalah sedekah!. Mendengar sabda itu, Abu Zar menundukkan kepalanya seakan hatinya lega, ia menyadari sedekah bukan hanya dengan harta, tapi dengan lisan, perbuatan dan niat baik yang sederhana"

Ketika Rasulullah SAW sedang duduk dengan para sahabat di Masjid Nabawi, angin sore berhembus lembut, cahaya matahari mulai condong ke barat, tiba-tiba datang seorang sahabat bernama Muadz Bin Jabal, wajahnya terlihat gelisah, iapun duduk di hadapan Rasulullah SAW dan berkat : "Wahai Rasulullah, aku khawatir dengan diriku, aku beribadah, aku shalat membaca AL-Quran, tetapi lisanku kadang tergelincir, aku takut dengan apa yang aku ucapkan, apakah benar ucapan yang keluar dari mulutku ini bisa menjatuhkan aku kedalam dosa besar.
Rasulullah SAW menatap Muadz dengan penuh kasih sayang, beliau diam sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan bersabda dengan suaranya yang tegas namun lembut : "Wahai Muadz, tidakkkah engkau tahu bahwa kebanyakan manusia diseret kedalam neraka tidak lain dari hasil lisannya sendiri.
Mendengar itu, Muadz terdiam, wajahnya memucat, matanya menitikkan air, ia sadar bahwa dosa lisan jauh lebih berbahaya dari yang ia kira.""

Dikisahkan dalam suatu riwayat, suatu hari Raulullah SAW sedang duduk dengan para sahabat, suasana sangat khidmat, para sahabat mendengarkan dengan penuh perhatian setiap ucapan beliau, tiba-tiba sahabat Abdullah bin Umar mendekat, wajahnya tampak murung lalu ia berkata "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia diantara manusia?. Pertanyaan itu membuat para sahabat lain terdiam, masing-masing menunggu jawaban Rasulullah SAW, karena mereka ingin tahu, apakah kecerdasan diukur dari ilmu, harta, kekuasaan atau kedudukan".
Rasulullah SAW pun menundukkn kepalanya sejenak, lalu menjawab dengan suara yang lembut namun penuh ketegasan "Orang yang paling cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang ada setelahnya, mereka itulah orang-orang yang paling cerdas. Mendengar jawaban itu Abdullah bin Umar terdiam lalu menunduk. Para sahabat yang lainpun ikut merenung."

Suatu hari Rasulullah SAW terliht sangat lemah, tubuh beliau yang mulia mulai digerogoti rasa sakit, para sahabat yang menyaksikan tidak kuasa menahan tangis, mereka begitu mencintai nabi mereka, hingga tidak sanggup melihat beliau menahan derita, salah seorang sahabat berkata dengan suara lirih "Wahai Rasulullah, mengapa Engkau merasakan sakit yang begitu berat? padahal Engkau adalah kekasih Allah yang selelu dijaga dan dimuliakannya". Rasulullah tersenyum tipis walau wajahnya pucat menahan sakit, beliau menjawab dengan suara lembut "Sesungguhnya ujian yang paling berat diberikan kepada para nabi, kemudian orang-orang saleh setelahnya, yang mengikuti mereka sesuai kadar keimanannya, Seorang hamba diuji sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia teguh maka ujiannyapun semakin berat, namun jika sia lemah maka ujiannyapun diringankan. Para sahabat terdiam, air mata mereka menetes. Mereka mulai memahami bahwa rasa sakit Rasulullah bukan tanda kemurkaan Allah, melainkan bentuk kasih sayang dan pengajaran bagi umatnya, kemudian Rasulullah menambahkan dengan penuh cinta, ketahuilah tidak seorang mukmin ditimpa musibah bahkan hanya sebatas duri yang menusuk kakinya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya dan meninggikan derajatnya. Mendengar itu para sahabat semakin tersentuh, Kesedihan mereka berubah menjadi kekaguman dan rasa syukur karena setiap sakit yang menimpa hamba allah, sejatinya adalah jalan menuju penghapusan dosa dan rahmat Allah yang lebih luas. Salah seorang sahabat kemudian berkata pelan seakan berbicara kepada dirinya sendiri, kami menangis melihatmu Wahai Rasulullah tapi ternyata setiap sakitmu adalah pelajaran bagi kami, andai kami bisa menanggung sebagian rasa sakitmu niscaya kami akan melakukannya. Rasulullah tersenyum lalu beliau mengangkat pandangannya kearah sahabat-sahabatnya yang setia dan berbisik dengan penuh kasih, bersabarlah kalian janganlah bersedih karena keadaanku, sebab seberat apapun penderitaan ini semuanya tarasa ringan bila dibandingkan rahmat Allah yang menanti. Para sahabtpun menunduk mersakan getaran iman yang dalam. Mereka belajar bahwa cinta sejati kepada Allah dan Rasulnya bukanlah hanya ketika bahagia, tetapi juga saat menerima ujian dengan sabar".

Copyright@tanztj.2010. Powered by Blogger.