Life is journey not a destinantion ...

Samurai Berdarah

INDEX PENDEKAR SLEBOR
Pembunuh Dari Jepang --oo0oo-- Manusia Muka Kucing



ANDIKA
Pendekar Slebor
Karya: Pijar El
EP: SAMURAI BERDARAH

Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Cover oleh Henky
Editor: Puji S.
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit


↕₪↕ ┌ 1 ┐ ↕₪↕

Tempat yang tadi dipenuhi ranggasan semak belukar dan pepohonan itu hening. Di sana-sini nampak tumbangnya beberapa buah pohon dan ranggasan semak yang tercabut, hingga secara tak langsung tempat itu telah membentuk sebuah tanah lapang yang cukup lebar.
Dedemit Tapak Akhirat yang sedianya hendak lepaskan pukulannya pada Pendekar Slebor, masih terdiam dengan kening dikernyitkan. Tangan kirinya masih terangkat tinggi-tinggi seolah lupa untuk diturunkan kembali.
Berjarak tiga tombak dari sebelah kanannya, Pendekar Slebor nampak memperhatikan dengan kening berkerut pula. Bukan hanya karena Dedemit T apak Akhirat yang hentikan pukulannya, tetapi juga dikarenakan dia telah diselamatkan oleh seseorang yang entah siapa.
"Jahanam terkutuk!!" maki lelaki berpakaian hitam-hitam terbuka di bagian dada yang tampakkan tonjolan tulang-tulangnya. Sepasang matanya yang bercahaya kelabu itu terbuka lebih lebar. Sorotnya tajam dan mengecilkan.
"Siapa orang yang barusan halangi seranganku pada pemuda celaka itu"!" desisnya lagi, menyusul dia keluarkan dengusan. Serta-merta diputar tubuhnya, diarahkan kembai pandangannya pada Pendekar Slebor. Napasnya mendengus-dengus dengan sorot mata kian menusuk.
Sesaat tak ada yang keluarkan suara. Siang terus merambat menuju senja. Karena di tempat itu penuh dengan jajaran pepohonan, sinar matahari yang seharusnya masih menyengat tak begitu terasa.
Tatkala Pendekar Slebor dalam keadaan terdesak, Dedemit Tapak Akhirat yang telah mendapatkan kain pusaka bercorak catur, meluncur deras untuk habisi nyawa Pendekar Slebor. Diputar-putarnya kain pusaka bercorak catur yang keluarkan suara mendengung laksana ribuan tawon murka dan menyusul menggebraknya gelombang angin raksasa. Sadar kalau bahaya mengancam dan bisa-bisa dirinya tewas oleh kain pusakanya sendiri, kendati dia terluka dalam, pemuda urakan pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu masih coba untuk menghalangi serangan lawan.
Namun sebelum dua serangan itu berbenturan, mendadak saja satu gelombang angin telah memapaki labrakan serangan Dedemit Tapak Akhirat, yang seketika membuyar dan menghantam tempat kosong. Menyadari ada orang yang hendak menolong Pendekar Slebor, lelaki bertampang tengkorak itu segera menerjang ke samping kanan, ke arah datangnya gelombang angin tadi. Namun mendadak saja dia justru urungkan niat untuk lepaskan pukulan. Karena tak dijumpainya siapa pun juga di sana! (Untuk mengetahui lebih jelas, silakan baca: "Pembunuh Dari Jepang").
Beberapa helai daun berguguran dihembus angin.
Bersamaan dengan itu, Dedemit Tapak Akhirat membentak, "Siapa pun yang coba menyelamatkanmu, akan kubunuh! Ketahuilah... nyawamu tinggal beberapa kejap lagi!!" Mendengar ancaman orang, bukannya menjadi jeri, justru makin memancing keurakan Andika. Sambil mengangkat kedua alisnya hingga sepasang mata yang berkilat-kilat jenaka terbuka lebih lebar, pemuda berpakaian hijau pupus ini berkata, "Apa tidak ada tenggang rasa dulu, nih" Maksudku... jangan membunuhku dulu" Soalnya aku belum makan! Bisa-bisa cacing tanah jadi enggan untuk menggerogoti tubuhku!!"
"Sinting!!" geram Dedemit Tapak Akhirat dengan sepasang rahang bergerak-gerak.
"Wah! Jadinya tidak boleh?" sahul Andika lagi sementara diam-diam dia membatin, "Siapa gerangan yang tadi memapaki serangan lelaki bertampang tengkorak ini" Menilik gelombang angin yang datang, jelas orang itu bukan orang yang dapat dipandang sebelah mata.
Kalaupun memiliki ilmu cuma setengah, tak mustahil justru orang itu akan terluka. Tetapi selain memupuskan serangan kain bercorak catur yang digerakkan Dedemit Tapak Akhirat, orang itu juga sulit ditemukan." Mendadak terdengar bentakan menggelegar, "Setan keparat!! Mampuslah kau...! " Habis bentakannya, dengan kegeraman yang menjadi-jadi, Dedemit Tapak Akhirat memutar kembai kain bercorak catur milik Andika. Dia memang berniat untuk menghabisi nyawa Andika dengan senjata milik pemuda ilu sendiri.Serta-merta bergulung angin dahsyat yang mematahkan dahandahan pohon hingga berpentalan jauh.
Tanah yang terkena gelombang angin itu pun membumbung tinggi. Belum lagi suara dengungan mengerikan yang ditimbulkan akibat putaran kain bercorak catur. Diiringi teriakan mengguntur, lelaki bertampang tengkorak ini segera menggebrak.
Andika yang tadi mempergunakan kesempatan guna memulihkan jalan napasnya, segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang.
Bersamaan dengan itu segera diangkat, lalu didorong kedua tangannya yang telah dialiri ajian 'Guntur Selaksa'.
Namun lagi-lagi, sebelum ganasnya labrakan kain bercorak catur mengenai sasarannya, mendadak saja satu gelombang angin telah memapaki kembaii.
Blaaammmm!! Dedemit Tapak Akhirat memaki-maki keras saat tubuhnya agak terhuyung ke belakang. Bahkan tangan kanannya yang memegang kain bercorak catur seperti terseret ke belakang akibat kuatnya dorongan angin yang menderu dari samping kiri.
Kejap itu pula, lelaki berpakaian hitam-hitam ini langsung membuang tubuh ke samping kanan dengancara bergulingan, tatkala terdengar suara laksana salakan guntur menggebrak ke arahnya. Karna pada saajl itu.
serangan ajian ' Guntur Selaksa' yang dilepaskan Andika sudah menderu.
Blaar! Blaarrrr! Dua buah pohon yang berada di belakangnya, terhantam. Menyusul terdengar suara berderak dan bergemuruh di saat kedua pohon itu tumbang.
"Jahanam sial!!" makinya keras dengan sorot mata tak berkedip pada Andika.
Sementara itu pemuda berambut gondrong acakacakan ini cuma mengangkat kedua bahunya. Sesungguhnya Andika sendiri sangat penasaran, siapakah orang yang dua kali halangi serangan Dedemit Tapak Akhirat.
Dan mendadak saja dia seperti diingatkan sesuatu, tatkala menyadari kalau serangan yang dilancarkan Dedemit Tapak Akhirat mempergunakan kain bercorak caturnya. Dari teringat akan ha! itu, pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan ini justru mendengus dan memaki-maki dalam hati, "Huh! Siapa lagi orangnya yang bisa menahan serangan dari kain bercorak catur kalau bukan orang tua itu"!" Di tempatnya Dedemit Tapak Akhirat masih terdiam.
Mulutnya rapat mengatup dengan kedua pelipis bergerak-gerak. Sikapnya sekarang agak tegang.
"Setan alas! Dua kali orang yang tak kuketahui di mana dia berada menyelamatkan pemuda celaka ini" Siapa sebenarnya dia" Gebrakannya yang kedua tadi sungguh luar biasa! Jelas kalau dia bukan orang sembarangan." Habis membatin begitu, Dedemit T apak Akhirat' membuka mulut, "Orang lancang yang ingin mampus! Mengapa hanya bisa menyerang dari tempat tersembu-nyi, hah"! Bila memang ingin mampus, cepat tampakkan wajahmu!!" Tak ada sahutan apa-apa. Keadaan itu membuat Dedemit Tapak Akhirat bertambah murka. Parasnya yang telah merah legam dengan napas mendengus-dengus sudah membuktikan betapa lelaki tua ini tak mampu lagi menahan kegusarannya.
Melihat keadaan yang melanda Dedemit Tapak Akhirat, keisengan Pendekar Slebor kumat lagi, "Wah! Kalau dalam buku-buku, pasti di kepalamu sudah mengepul asap tebal, ya" Kasihan! Sungguh malang nasibmu, Dedemit Pohon Jambu!!"
"Setan keparat!! Kucabik-cabik tubuhmu!!" mengguntur suara Dedemit Tapak Akhirat seraya melemparkan kain bercorak catur asal saja, yang mendarat di sebuah ranggasan semak. Bersamaan dia melompat ke depan, kedua tangannya ditepukkan kembai . Serta-merta meluncur gelombang angin yang keluarkan sinar merah ke arah Andika.Namun lagi-lagi sebelum serangan itu sampai, satu gelombang angin yang kali ini menderu dari samping kanan, telah memutuskan serangannya.
Bahkan Dedemit Tapak Akhirat sampai suruf tiga tindak ke belakang. Saat kembali tegak dia berteriak keras dengan kedua tangan bergerak-gerak liar di depan dada, "Heaaaaa!!!"
"Busyet! Maujadi tarzan rupanya! Auwwoooooo!!".
teriak Andika dengan kedua tangan membentuk curung.
Menyusul dengan ganasnya Dedemit Tapak Akhirat gerakkan tangannya ke segenap penjuru. Suasana di tempat itu seketika berubah laksana dilanda angin topan.
Ranggasan semak belukar langsung tercabut dan beterbangan. Tanah membubung tinggi. Suara gemuruh pohon tumbang terulang kali terdengar. Andika sendiri segera menghindar untuk selamatkan dirinya dari kekalapan Dedemit Tapak Akhirat.
"Busyet! Biar kau bongkar tempat ini, mana mau lelaki tua bangka itu keluar"!" sungutnya dalam hati. Dan tatkala dia tiba pada ranggasan semak belukar di mana kain bercorak caturnya bertengger, dengan segera disambarnya kain pusaka itu.
"Kalau dibiarkan begini terus bisa berabe! Bisa-bisa aku sendiri yang akan mati konyol!" Memutuskan demikian, serta-merta pemuda dari Lembah Kutukan ini menggebrak ke depan. Dengan mcngalirkan ajian 'Guntur Selaksa' pada kain bercorak caturnya, segera diputarnya ke arah Dedemit Tapak Akhirat Terkejut bukan alang kepalang Dedemit Tapak Akhirat tatkala mefasakan gelombang angin menderu ke arahnya. Segera dia bersiap untuk pergunakan ilmu Tapak Akhirat'. Namun karena gebrakan Andika lebih cepat, akibatnya sebelum lelaki itu berbasil tepukkan tangannya satu sama lain, gelombang angin yang keluar dari kain bercorak catur telah melabraknya.
"Aaaakhhhh!!" terdengar jeritan tertahan Dedemit Tapak Akhirat bersamaan tubuhnya terpental deras ke belakang.
Bila saja Andika ingin menghabisi nyawa lelaki kejam itu, sudah tentu akan dengan mudah dilakukannya, karena Dedemit Tapak Akhirat belum berhasil kuasai keseimbangannya.
Namun selain tak ingin mencabut nyawa orang lain, keadaan Andika sendiri sudah cukup payah. Napasnya mulai dirasakan sesak dengan debaran jantung semakin kencang. Rasa ngilu, terutama pada tangan kanannya, semakin menjadi-jadi.
Dia hanya angkat kepalanya tatkala tubuh Dedemit Tapak Akhirat yang meluncur ke belakang itu terhenti setelah menabrak sebuah pohon. Rupa-rupanya, akibat tenaga yang terkuras penuh, begitu jatuh ke atas tanah, lelaki berparas tengkorak ini jatuh pingsan. Bersamaan dengan tubuh Pendekar Slebor yang jatuh terduduk. Napasnya terputus-putus. Namun belum lagi dia berhasil menormalkan kembai napasnya, tahu-tahu kepalanya dijitak.
"Waddouuuu!!" serunya keras sambil usap-usap kepalanya dengan tangan kanan.
Kejap berikutnya dia sudah mengomel-ngomel, "Eyang! Senang sekali kau menjitak kepalaku, ya" Bisa benjol nanli!!"
"Murid urakan! Bukannya berterima kasih karena kuselamatkan, justru ngomel-ngomel tak karuanl!" terdengar bentakan itu sementara orangnya tak tahu berada di mana.
Andika yang yakin kalau orang yang beberapa kali tadi menolongnya adalah Ki Saptacakra, Eyang buyutnya sekaligus Majikan Lembah Kutukan, berkata lagi, "lya, iya! T erima kasih!" Lalu sambungnya, "Tetapi salah kau sendiri! Mengapa pakai menolongku segala, hah"!"
"Brengsek! Aku mau tanya... bagaimana dengan Jala Kunti"!"
"Sudah, sudah! Urusan itu sudah kubereskan!"
"Wah! Sayangsekali..."
"Bukannya berterima kasih karena perempuanyang mencintaimu itu dan menjelmakan dirinya kembaii akibat kutukannya sendiri berhasil kukalahkan, malah sayangsayang begitu. Huh! Aneh juga ya kalau ada yang mau denganmu, Eyang!"
"Sembarangan! Kujitak kepalamu sampai benjol sepuluh!"
"Busyet! Kalau benjolnya sebesar kepalan, mau ditaruh di mana benjol-benjol yang lain?" seloroh Andika.
"Banyak omong! Aku cuma menyayangkan... kenapa kau tidak mampus sewaktu terlibat urusan Jala Kunti!!" Mendengar ejekan itu, Andika justru berdiri. Sambil membusungkan dadanya dia berkata lantang, "Siapa dulu dong... Andika...."
"Bah! Kau sedang terluka dalam! Kalau tak segera kau obati, kau bisa mampus dalam waktu tiga kali penanakan nasi! Aku akan kembai ke Lembah Kutukan!"
"Hei, Eyang! Tunggu, Eyang! Eyang!!" seru Andika terburu-buru. Tetapi tak ada lagi suara yang terdengar kecuali tadi sempat dilihatnya kalau ranggasan semak berjarak dua tombak dari hadapannya bergerak.
Tinggal dia yang bersungut-sungut sendiri.
"Huh! Kenapa aku jadi lancang begitu" Padahal tadi aku bisa meminta bantuannya untuk menyembuhkan luka dalamku. Tetapi... biar saja ah, dia juga suka meledek...." Dan tatkala di ngatnya kalau masih ada urusan yang harus diselesaikan, pemuda dari Lembah Kutukan ini sesaat memperhatikan sekelilingnya. Dilihatnya dulu sosok Dedemit Tapak Akhirat yang masih pingsan.
Kejap berikutnya, dia sudah meninggalkan tempat itu, untuk mencari tempat yang lebih aman guna memulihkan keadaan dirinya.
Dua tarikan napas berikutnya, tempat itu kembai ditenggelamkan sepi.

***

↕₪↕ ┌ 2 ┐ ↕₪↕

Matahari sudah muncul kembaii di ufuk timur. Panah merah yang dilepaskannya menerangi segenap persada.
Sedikit mengambang di permukaan air di Danau Bulan.
Pada gubuk yang berada di depan danau itu, satu sosok tubuh melompat keluar.
Sosok tubuh ramping mengenakan pakaian merah menyala ini arahkan pandangan ke sekitarnya. Kejap kemudian terdengar dengusannya, "Keparat! Ke mana lagi Nomuro san"!" Perempuan yang di keningnya terdapat sebuah permata yang pancarkan sinar biru dan tak lain Dewi Permata Biru adanya, bergerak ke sekelilingnya, Dua tarikan napas berikutnya dia kembai lagi ke tempat semula."Brengsek! Kapan dia keluar dari gubuk ini" Memutuskan untuk membunuh tiga utusan Kaisar Tokugawa Iesyasumoto, ataukah mencari gadis lagi untuk diperkosanya"! Jahanam sial!!" Setelah bertemu kembai dengan Nomuro Shasuke di Danau Bulan, Dewi Permata Biru menceritakan kalau dia sudah menghubungi Dedemit Tapak Akhirat yang dimintai bantuannya guna membunuh Pendekar Slebor.
Bahkan sebelumnya Nomuro Shasuke yang diselamat-kannya dari serbuan para penduduk di dusun Bojong Tunggal, juga menceritakan kalau dia telah mengenal sosok. Pendekar Slebor. Dan mendapatkan keterangan yang tepat, kalau tiga orang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto memang memburunya ke tanah Jawa (Baca : "Pembunuh Dari Jepang").
Namun tatkala Dewi Permata Biru terbangun dari tidurnya, dia tak lagi melihat sosok lelaki bengis dari Jepang itu.
"Terkutuk!" maki perempuan ini jengkel.Sedikit banyaknya, dia cemburu tatkala mendengar pengakuan Nomuro Shasuke yang telah memperkosa seorang gadis, Akan tetapi, sudah jelas kecemburuannya itu tak diperlihatkannya.
Karena disadarinya pula, kalau hubungannya dengan Nomuro S hasuke hanyalah sebagai sahabat yang menghalalkan segalanya. Perempuan yang pernah patah hati karena cintanya ditolak oleh Pendekar Bayangan yang justtu tewas di tangannya sendiri, sebenarnya sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari seorang lelaki. Namun sudah tentu dia salah alamat karena mencurahkan segala perhatiannya pada Nomuro Shasuke, yang sesungguhnya hanyalah memanfaatkannya belaka.
Kembali Dewi Permata Biru kertakkan rahangnya "Huh! Peduli setan dia mau menggeluti berapa perempuan pun demi kepuasannya! Yang pasti... dia selalu memperhatikanku!" katanya lagi dan meyakini betul dugaannya. Dibayangkannya kembaii pertemuannya pertama kali dengan Nomura Shasuke sepuluh tahun yang lalu.
Sungguh dia tidak menyangka kalau akan bertemu kembaii dengan lelaki bertampang bengis itu. Namun bagi Dewi Permata Biru, bengis atau tidak, tampan atau tidak, bila lelaki itu memperhatikannya maka dia akan menerimanya dengan senang hati. Bahkan rela menyerahkan seluruh jiwa dan raganya.
Seperti sckarang ini, di saat Nomuro Shasuke membutuhkan bantuannya untuk mengatasi tiga utusan Kaisar Tokugawa lesyas umoto dan Pendekar Slebor.
Bahkan Dewi Permata Biru menyetujui dan siap membantu Nomuro Shasuke untuk mengadakan pemberontakan kembali di Jepang bila telah berhasil membunuh tiga utusan Kaisar Jepang dan Pendekar Slebor.
Kejap kemudian, perempuan ini berkata cukup keras, "Sebaiknya, aku mulai memburu Pendekar Slebor sekarang! Biar urusan Nomuro san tidak terlalu rumit!!" Memutuskan demikian, perempuan jelita yang dibutakan oleh segala cinta palsu Nomuro Shasuke sudah bcrkelebat meninggalkan tempat itu. Setengah peminuman tch berlalu dari kepergian Dewi Permata Biru, tiba dua sosok tubuh ke tempat itu.
Sosok seorang pemuda dan gadis jelita berpakaian biru cerah.
Masing-masing orang mcmperhatikan gubuk berjarak delapan langkah dari tempat mereka berdiri.
Cukup lama tak ada yang buka suara selain bersiaga. Kejap berikutnya, pemuda berkulit agak hitam yang di tangan kanannya tergenggam sebatang parang tajam berkata, "Widarti... apakah kita akan memeriksa gubuk itu?" Si gadis yang di rambutnya terdapat ronce bunga melati memandangi si pemuda dulu, lalu arahkan kembali pandangannya pada gubuk di hadapannya.
Lamat-lamat terlihat kepalanya mengangguk.
Mendapati keputusan itu, dengan hati-hati si pemuda yang tak lain Indrajit adanya melangkah mendekati gubuk. Setelah memperhatikan dengan seksama dia berkata, "Kosong! Tetapi menilik keadaannya, nampaknya gubuk ini baru ditinggalkan pemiliknya. Ada beberapa bungkusan bekas nasi." Si gadis yang sudah melangkah mendekati menyetujui dugaan itu.
"Siapa kira-kira orang yang menempati gubuk ini?" tanyanya kemudian.
"Sulit kukatakan soal itu."
"Apakah tidak mungkin Pendekar Slebor?" tebak murid mendiang Pendekar Bayangan yang sedang melacak jejak Dewi Permata Biru ini, jejak orang yang bertanggung jawab atas kematian gurunya.
Indrajit menggelengkan kepalanya.
"Aku tak bisa memastikan." Widarti mengeluh pendek.
"Rasanya terlalu sulit untuk menemukan dan mcminta bantuan Pendekar Slebor seperti yang diperintahkan Guru sebelum tewas. Hingga hari ini aku belum tahu seperti apa rupa Pendekar Slebor.
Beruntung aku bertemu dengan Indrajit yang tahu Pendekar Slebor." Namun sesungguhnya, Widarti pernah berjumpa dengan Andika tatkala Andika sedang melacak jejak Nomuro Shasuke. Akan tetapi, karena Andika saat itu apak jengkel akibat kata-kala Widarti, dia justru mengaku bernama Paradita. Widarti yang mengurungkan untuk lakukan pertanyaan kedua, baru teringat tatkala Andika sudah berlalu. Kendati dia berseru menanyakan di mana Pendekar Slebor, tetapi Andika sudah tak mendengarnya.
Dan di saat dia sedang kebingungan seperti itu, dia bertemu dengan Indrajit yang tak disangkanya mengenal Pendekar Siebor. Indrajit memang mengenalnya, bahkan Pendekar Sleborlah yang membantunya dari kesalahpahaman yang terjadi dengan tiga utusan dari Jepang. Kendati demikian, Indrajit mendendam pada Ayothomori yang dengan telengas telah mencabut nyawa dua sahabatnya (Baca : "Pembunuh Dari Jepang).
Tianpa sepengelahuan keduanya, sepasang mata sipit memperhatikan mercka dalam-dalam.
"Huh! Bukankah pemuda itu termasuk salah seorang dari para nelayan yang menyerangku di pesisir Laut Jawa" Keparat betul! Bila tak mengingat itu adalah salah paham belaka, ingin kubunuh dia sekarang! Masih kuingat pandangannya tatkala dia berlalu dengan membopong salah satu rekannya yang telah kubunuh. Bila saat itu Pendekar Slebor tidak hadir, sudah kubunuh manusia-manusia celaka yang membuat harga diriku sebagai seorang samurai terasa di njak-injak. Hingga saat ini, yang tak kumengerti sikap Hiedha-san dan Mishima-san. Mereka ber buat hina dengan cara merendahkan martabat sebagai seorang samurai.
Berjarak liga tombak dari balik ranggasan semak di mana lelaki berrnatu sipit ilu berada. gadis cantik yang di rambutnya terdapat ronce bunga melati itu berkata, "Indrajit... apakah kau lelah?" Sesungguhnya Indrajit memang sudah sangat lelah.
Tetapi dia tak rnau mengakuinya. Makanya dia menggeleng.
"Kalau begitu... kita teruskan lagi langkah untuk mencari Pendekar Slebor.
Mudah-mudahan kita bisa bertemu dengan Dewi Permata Biru maupuri pembunuh dari Jepang, Nomuro Shasuke, yang sedang kau cari." Indrajit Y;uma menganggukkan kepalanya. Dia tak berani memandang wajah jeli a Widarti lama-lama. Seumur hidupnya, Indrajit baru kali ini melihat seorang gadis yang memiliki paras begitu jeli a. Pada perjumpaan pertama saja Indrajit merasa sukmanya telah terbetot keluar dan dia sukar menepiskan pesona yang terpancai dari wajah Widarti.
"Kita berangkat sekarang...," kata Widarti kembaii.
Setelah Indrajit menganggukkan kepalanya lagi, keduanya pun segera bergerak kembai . Namun mendadak saja Widarti hentikan langkahnya. Indrajit melihat wajah gadis itu nampak tegang.
Bahkan dilihatnya kedua tangan si gadis mengepal kuat.
"Ada apa ini" Menilik sikapnya dia seperti mengetahui sesuatu yang tak mengenakkan," tanya Indrajit ijulain hati.
Didengarnya Widarti berkata dalam bisikan, "Indrajit... ada seseorang yang mengintip. Bersiaplah... aku akan menyerang orang itu...." Terkejut Indrajit mendengar kata-kata si gadis.
kembaii dikaguminya kalau gadis ini memang bukan Gadis kebanyakan.
Dan tahu-tahu dilihatnya Widarti sudah putar tubuh, bersamaan dengan itu tangan kanannya dikibaskan.
Wuuutl ! Menghampar satu gelombang angin yang keras, mengarah pada ranggasan semak belukar di sebelah kanan mereka.
Lelaki yang mengintip terkesiap kaget. Tak mau mendapat celaka dia segera melompat keluar. Blaaarrr!! Ranggasan semak belukar itu terpapas rata ujungnya. Sementara Widarti kertakkan rahangnya dengan mata terbuka lebih lebar, Indrajit berteriak keras, "Jahanam keparat! Rupanya kau yang berlaku seperti orang-orang busuk!!" Berjarak lima langkah dari hadapan masing-masing orang, lelaki bertubuh jangkung berkulit kuning yang dibalut dengan pakaian merah panjang dan pakaian dalam warna biru itu berdiri tegak. Tatapannya begitu bengis.
Mulutnya mcrapat dingin. Di pinggangnya terselip sebatang samurai.
Mendengar seruan Indrajit tadi, Widarti berbisik, "Kau mengenalnya?"
"Dialah yang telah membunuh dua sahabatku di pesisir Laut Jawa! Lelaki kejam bernama Ayothomori!!"
"Indrajit... kau katakan kau sedang memburu orang yang bernama Nomuro Shasuke?"
"Manusia itu telah membunuh para sahabatku malam sebelumnya! Tetapi lelaki keparat ini telah membunuh dua orang sahabatku dan melukai tiga sahabatku yang lainnya!" sahut Indrajit sengit. Tangan kanannya yang memegang parang bergetar tanda dia dilanda amarah.
Lelaki yang tak lain Ayothomori adanya, mendengus geram. Pandangannya nyalang dan menusuk dalam.
"Hhhh! Tak ada Pendekar Slebor di sini! Tak ada orang yang akan membantumu! Bila kau masih penasaran, aku siap untuk melayanimu!!"
"Jahanam!!" maki Indrajit dan siap menerjang. Tetapi tangan kanan Widarti telah menahannya.
"Jangan gegabah!" bisik gadis itu.
Di seberang Ayothomori tertawa keras hingga kedua bahunya berguncang-guncang.
"Apakah sekarang nyalimu sudah putus, hah"!" ejeknya di sela-sela tawanya. Mendadak dia memutus tawanya sendiri. Dengan mulut yang tak terlalu lebar membuka dia berkata, "Siapa pun yang menghina dan merendahkan martabat seorang samurai dia harus mampus!!"
"Terkutuk! Apakah kau...." Seruan Indrajit terputus karena Widarti yang lebih berpikir jernih sudah,berkata, "Aku tidak tahu apakah ini memang hanya salah paham belaka atau tidak. Tetapi dari kata-kata yang kau ucapkan... justru kau yang merendahkan martabat kami."
"Gadis manis... peduli setan dengan segala dugaanmu! Aku memang ingin merasakan ketangguhan para pendekar dari tanah Jawa ini!!"
"Ayothomori..!."
"Hormati sedikit kata-katamu!" putus Ayothomori dengan dada dibuncah kemarahan.
Kendati hampir tak kuasa menahan diri mendengar bentakan itu, namun Widarti tetap tak mau bertindak gegabah. Dengan pandangan mata takberkedip dia berkata, "Ayothomori-san... kudengar kau dengan kedua sahabatmu sedang mencari seorang pembunuh bernama Nomuro Shasuke! Mengapa kau justru bersikap kurang ajar sekarang"!"
"Tadi kukatakan... siapa pun orangnya yang merendahkan martabat seorang samurai, dia harus mampus!!"
"Ucapanmu keren amat?" sengat Widarti keras.
Hatinya pun mulai diusik kemarahan.
"Peduli setan dengan ucapanmu! Bila memang tak berani bertindak, lebih baik menyingkir! Jangan halangi langkahku! Dan ingat... katakan pada Pendekar Slebor... jangan mencampuri urusanku!" Mendengar julukan itu disebutkan, Indrajit langsung berkata dengan pandangan meremehkan, "Apa yang akan kau perbuat bila Pendekar Slebor tetap mencampuri urusanmu, hah" Tetapi perlu kau ingat, siap pun orangnya yang menjadikan tanah Jawa ini scbag" tanah leluhur, tak akan sudi diinjak injak oleh orang orang seperti kau!!"
"Akan kubunuh pemuda itu!!" Pandangan mata Indrajit semakin melecehkan.
'Apakah kau tidak sadar, kalau sahabatmu sendir yang bernama Hiedha Ogawa mengatakan kalau kau dapat dipecundangi dengan mudah oleh Pendekar Slebor Bahkan aku tahu kalau kau sebenarnya tak punya nyali menghadapi pemuda gagah itu!!"
"Demi Dewa Matahari!! Kubunuh kau!!" Habis makiannya, Ayothomori sudah melesat ke depan dengan pukulan lurus. Indrajit sendiri yang sudah tak sabar menahan diri, segera mencelat ke depan.
Parang besarnya diayunkan.
Wuuuttt!! Jotosan yang dilepaskan Ayothomori melesat dari sasarannya, bahkan lelaki jangkung itu sudah mundur tiga langkah ke belakang. Tubuh nya bergetar tatkala Indrajit mengejek, "Apa yang kau miliki sebagai seorang samurai, hah"!"Sementara Widarti mengeluh dalam hati, Ayothomori sudah loloskan samurainya. Begitu ditarik, langsung diacungkan tepat mengarah pada wajah Indrajit.
"Kucabik-cabik seluruh tubuhmu!!" Menyusul dia segera menerjang ke depan. Samurainya diayunkan dari atas ke bawah, lalu menyusul menusuk ke arah dada.
Terpekik Indrajit mendapati serangan yang hanya sekali gebrak menuju pada dua titik kematian. Sebisanya pemuda gagah yang memiliki keberanian tinggi ini melompat dan menangkls.
Trang! Trang! Saat berhasil menangkis dirasakan tangan kanannya bergetar dan ngilu sekali.
Jelas Ayothomori bukanlah tandingan Indrajit. Hanya dua gebrakan saja parang yang dipegang Indrajit sudah terlepas. Bahkan dengan sikap telengas, lelaki jangkung itu menggerakkan samurainya ke arah leher Indrajit! Namun... Praaakk!! Terdengar suara yang cukup keras sebelum samurai tajam itu memutus leher Indrajit. Rupanya Widarti sendiri tak dapat kuasai dirinya lagi. Dia langsung menyambar sebatang ranting agak besar dan melemparkannya.
Tepat mengenai sisi kanan dari samurai Ayothomori.
Dan karena lemparan yang dilakukannya mengandung tenaga dalam, tubuh Ayothomori agak terhuyung dua tindak, seperti terbawa oleh dorongan samurainya sendiri.
Sementara itu Indrajit sedang mengusap-usap lehernya yang tidak jadi putus.
"Ayothomori-san... kau terlalu memaksaku untuk bertindak!!" desis Widarti dengan pandangan tak berkedip.
Sesaat nampak wajah Ayothomori merah padam.
Namun sejurus kemudian dia terbahak-bahak keras.
"Bergabunglah kalian berdua! Akan kuperlihatkan pada kalian, siapa aku sebenarnya"!!" Indrajit langsung berseru, "Kau tak lain hanya sebangsa tikus buduk belaka!!" Terputus tawa Ayothomori. Pandangannya melebar sengit. Kedua rahang dan pelipisnya bergerak-gerak. Kejap kemudian dia sudah mclompat ke depan dengan samurai mengayun dari atas ke bawah, siap membelah tubuh Indrajit.
"Lebih baik kalian kukirim ke neraka daripada membuang-buang waktu ku!!"

***

↕₪↕ ┌ 3 ┐ ↕₪↕

Widarti mendengus gusar. Dengan tangan kanannya dia mendorong tubuh Indrajit agak menjauh, sementara dia sendiri membuang tubuh ke kiri. Langsung melompat tatkala samurai Ayothomori menyusur tanah dan siap menyambar kakinya. Belum lagi dia berhasil hinggap di atas tanah, Ayothomori sudah meluruk dengan gerakan menusuk.
Wuuuttl!! Widarti tersentak sejenak sebelum menjatuhkan tubuh lalu dengan kaki kanannya menyepak sisi kanan samurai lawan. Lalu dengan bertopang pada tangan kirinya, dia melompat kembai dan hinggap di atas tanah.
Di seberang, sepasang mata Ayothomori terbuka lebih lebar. Kini disadarinya kalau gadis beronce bunga meati bukanlah gadis sembarangan. Mendadak saja dia putar samurainya dengan hebat.
Suara samurai ini menderu-deru laksana titiran menggempur lawan.
Di seberang, sadar akan perbuatan serangan yang akan dilakukan oleh Ayothomori, diam-diam Widarti membatin, "Mau tak mau aku memang harus terlibat dalam urusan Indrajit. Padahal urusanku sendiri belum kuselesaikan...." Belum lagi habis kata batinnya terucap, Ayothomori sudah menerjang ke depan disertai teriakan mengguntur.
Samurai yang digenggam dengan kedua tangannya mendadak saja seperti keluarkan hawa panas. Besetannya pada udara membuat bulu roma bergidik. Di tempatnya Indrajit terkesiap melihat serangan ganas itu. Dia berpikir untuk membantu Widarti. Namun tatkala dilihatnya gadis itu berkelebat ke sana kemari dengan cepat, dia bisa menarik napas lega sekaligus tertegun.
Bagaimana tidak, karena kelebatan gadis berbaju biru menyala itu laksana bayangan belaka! Ayothomori yang telah keluarkan jurus samurai 'Menjerat Matahari' tingkat ketiga, mau tak mau tertegun pula melihat kelebatan tubuh si gadis yang begitu cepat.
Bahkan lebih cepat dari samurainya, "Terkutuk! Gadis ini benar-benar memiliki kemampuan tinggi!" makinya sambil terus gerakkan samurainya. Mengayun, menyabet, menebas, menusuk dan membabat. Semua dilakukan dalam satu rangkaian gerak yang luar biasa cepat.
Widarti yang telah pergunakan ilmu menghindar 'Menutup Bayang-Bayang' warisan dari Pendekar Bayangan, sebenarnya memang berada di atas angin.
Namun lama kelamaan dia justru tak dapat menahan hawa panas yang keluar dari samurai lawan setiap kali digerakkan. Hawa panas itu bukan hanya mengejutkannya, tetapi juga membuat beberapa ranggasan semak langsung mengering. Bahkan Indrajit yang berdiri cukup jauh dari pertarungan sengit itu juga merasakan hawa panas yang menderu.
"Aku telah merepotkan Widarti. Secara tidak langs ung aku telah rnembuatnya terlibat dalam urusanku. Hhhh! Ini tak boleh kubiarkan! Lelaki itu memang harus dihalas, agar dia tidak menurunkan lagi tangan telengas!" Berpikir demikian, pemuda berkulit agak hitam ini segera memungut kembai parangnya. Lalu dengan teriakan mengguntur dia menyerbu ke arah Ayothomori.
Namun justru serangan yang dilakukannya berakibat fatal dan secara tak langsung mengacaukan gerakan Widarti. Karena begitu merasakan sabetan angin ke arahnya, Ayothomori cuma membungkuk, dengan kaki kiri ditekuk sementara kaki kanan bertelekan pada tanah.
Tanpa membalikkan tubuh dia menusukkan samurainya ke belakang.
Indrajit yang tak menyangka kalau lawan akan lakukan serangan yang aneh dan mendadak seperti itu, terpekik tertahan. Dia mencoba memapaki dengan parangnya. Namun jelas sia-sia belaka, karena tubuhnya sendiri seperti menyongsong tusukan samurai Ayothomori.
Dalam keadaan yang genting itu, Widarti cepat bertindak. Dia langsung berkelebat ke depan dan menendang samurai Ayothomori sementara tangan kanannya menepak dadalndrajit hingga tubuh pemuda itu terpental ke belakang.
Namun jurus 'Menjerat Matahari" yang dilakukan oleh Ayothomori adalah satu rangkai serangan yang dapat dilakukan beberapa gerakan sekaligus. Begitu samurainya ditendang oleh Widarti, mendadak masih dengan kedudukan kaki kanan bertelekan pada tanah, dia pular tubuh seraya mengayunkan samurainya. Wuuuuttt!! Ganti kali ini Widarti yang terkesiap. Dia coba untuk menghindari serangan itu dengan cara melompat. Namun gerakan Ayothomori lebih cepat satu kejap saja.
"Aaakhhhh!!" Betis kaki kanan murid mendiang Pendekar Bayangan ini tergores. Perihnya tak terkira, terutama hawa panas yang mendadak menyengat tubuhnya. Akibat goresan itu keseimbangannya menjadi goyah. Maka tak ayal lagi tubuhnya pun ambruk. Salah seorang dari utusan Kaisar Tokugawa lesya sumoto yang selalu meninggikan derajat sebagai seorang samurai, langsung berdiri dan mengayunkan samurainya dari atas ke bawah.
"Terimalah kematian!!" Indrajit yang merasakan dadanya agak nyeri setelah diselamatkan Widarti dengan jalan ditepak, langsung menerjang ke depan. Dia tak peduli lagi kalau pun nyawanya akan putus hari itu juga.
Widarti telah menyelamatkannya, maka dia harus menyelamatkan gadis itu. Apalagi secara tidak langsung dialah yang telah melibatkan Widarti dalam urusannya dengan lelaki itu.
Parangnya langsung diayunkan. Traaanggg!! Memapak keras samurai Ayothomori yang mengayun.
Widarti berseru, "Lari, Indrajit!! Lari!!" Tetapi Indrajit tak peduli lagi. Begitu berhasil memapaki samurai Ayothomori, dia meluruk menusuk.
Ayothomori cuma keluarkan dengusan. Dengan cara putar samurainya lalu diangkat, parang yang dipegang Indrajit langsung terlepas.
Tetapi pemuda gagah ini sudah benar-benar nekat.
Kendati kini tak bersenjata dia tetap menerjang ke depan dengan teriakan keras.
Sudah tentu tubuhnya akan menjadi sasaran empuk samurai Ayothomori yang segera mengayunkannya.
Sementara itu Widarti yang terbebas dari ancaman maut Ayothomori, segera bergulingan. Dia menendang kaki kanan Ayothomori yang langsung terhuyung.
Sabetan samurainya membeset angin.
Indrajit yang sudah kalap ternyata masih bisa juga berpikir jernih. Karena begitu tubuh Ayothomorj terhuyung, dia cepat menyambar tubuh Widarti. Lalu dengan sekuat tenaga membawanya berlari.
Ayothomori yang telah berdiri tegak menggeram keras, "Jahanam! Kalian tak akan bisa lolos dari samuraiku!!" Dengan kemarahan membludak, lelaki jangkung ini segera berlari mengejar.

*****

Di sebuah persimpangan, Hiedha Ogawa menghentikan pandangannya. Lelaki berkulit kuning dengan kumis lipis ini perhatikan sekelilingnya yang dipenuhi dengan ilalang dan rerumputan. Angin berhembus sejuk. Kejap kemudian, salah seorang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini palingkan kepalanya ke samping kanan tatkala didengarnya suara orang melangkah. Dan dia menarik napas panjang begitu mengenali orang yang datang. Lelaki berhidung bengkok yang tak lain Pucha Kumar itu rangkapkan kedua tangannya di depan dada.
"Hiedha-san...," sapanya sopan.
Hiedha Ogawa menganggukkan kepalanya.
"Apakah kau sudah menemukan jejak Nomuro Shasuke?" tanyanya yang juga tahu kalau lelaki dari India sedang memburu pembunuh celaka itu.
Lelaki bersorban pui h yang di telinga kanan dan kirinya terdapat anting berwarna biru menggelengkan kepalanya.
"Sulit bagiku menemukan jejak manusia keparat itu O ya, sekali lagi maafkan aku, yang hampir saja bertindak kejam pada kalian. Terutama, pada Ayothomori san...
" Hiedha Ogawa mengulapkan tangan kanannya.
"Sudahlah. Kejadian itu bukan yang pertama kami alami. Tatkala kami tiba di sini, para nelayan pun telah menyerang kami. Ah, justru aku yang hendak meminta maaf padamu, Pucha san, karena tindakan Ayothomor yang memang selalu panasan."
"Bisa dimaklumi," sahut Pucha Kumar mengerti.
Lalu dia celingukan ke kanan dan kiri seolah mencari sesuatu. Kemudian sambil pandangi lelaki di hadapannya dia ajukan tanya, "Ke manakah Ayothomori-san dan Mishima-san berada?" Hiedha Ogawa mengatakan keputusan dan rencana yang telah mereka sepakati.
"Kupikir, dengan cara berpencar maka akan lebih mudah untuk melacak jejak Nomuro Shasuke. Dan menurut dugaan Pendekar Slebor, lelaki keparatitu saat ini bersama-sama dengan Dewi Permata Biru. Sungguh tak kusangka kalau lelaki celaka itu pernah mendatangi tanah Jawa scpuluh tahun yang lalu."
"Dan apakah kau s udah berjumpa kembai dengan Pendekar Slebor?" Hiedha Ogawa menggelengkan kepala.
"Belum. Tetapi aku menaruh harapan, kalau pemuda ilu akan membantu untuk menangkap Nomuro Shasuke."
"Kau benar. Aku sendiri sudah tidak sabar untuk mcmbunuhnya," sahut Pucha Kumar dan melanjutkan dengan suara agak sengit, "Sungguh malang nasib kedua adikku yang diperkosa sebelum akhirnya dibunuh."
"Kejahatan yang dilakukan Nomuro Shas uke sudah kelewat batas. Jelas tindakannya tak bisa dimaafkan. Aku juga sudah tidak sabar untuk membunuh manusia itu." Pucha Kumar mcngangguk-anggukkan kepala.
"Hiedha-san... kulihat Ayothomori tidak begitu menyukai Pendekar Slebor" Mengapa" Bukankah setahu ku pemuda itu begitu baik?" Hiedha Ogawa menganggukkan kepalanya. Sejenak dia menghela napas.
"Apa yang kau katakan itu memang benar. Tetapi sesungguhnya, tindakan yang dilakukan oleh Ayothomori-san tidak terlalu berlebihan. Karena sebagai seorang samurai, kami dididik untuk menjunjung tinggi derajal kesamuraian yang kami miliki. Bahkan, untuk mempertahankan harkat dan martabat itu, kami rela mengorbankan nyawa. Bila sudah tak sanggup menghadapi lawan, kami lebih baik melakukan seppuku* "Maaf... tolong jelaskan apa yang kau maksud do ngan seppuku itu, Hiedha-san."
"Bunuh diri." Pucha Kumar monggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata takjub, "Pantas bila Ayolhomori-san tak menyukai bantuan Pendekar Slebor. Di samping itu, aku juga merasa kalau dia tak menyukai kehadiranku. Apai lagi kehadiranku juga punya urusan yang sama, sama-sama berkeinginan membunuh Nomuro Shasuke...."
"Ayothomori memang bersifat panasan. Tetapi seperti kataku tadi, di mana pun seorang samurai berada memang harus selalu menjunjung tinggi kesamuraiannya.
Hanya saja, terkadang keprihadian seseorang berpijak lain.
Maksudku. di antara kita saat ini, maupun saat bertemu dengan Pendekar Slebor aku masih bisa menimbang derajat kesamuraianku." Pucha Kumar mengangguk. Lalu berkata, "Hiedha San... matahari sudah semakin tinggi. Bagaimana bila kita bersama-sama melacak jejak Nomuro Shasuke?" Hiedha Ogawa menganggukkan kepalanya.
"Mengapa tidak?" Kejap kemudian keduanya segera berkelebat cepat meninggalkan tempat itu.

***

↕₪↕ ┌ 4 ┐ ↕₪↕

Mishima Nobu tiba di sebuah lembah yang dipenuhi jajaran pepohonan. Salah seorang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto yang bertubuh paling pendek ini memandangi ke sekelilingnya. Matahari saat ini berada tepat di tengah-tengah kepala. Sekujur tubuh lelaki ini sudah dipenuhi peluh. Kelelahan begitu nampak.
Namun sebagai seorang yang terlatih, dia segera dapal pulihkan keadaannya melalui pernapasan.
Sambil lipat kedua langannya di depan dada, lelaki ini bergumam, "Sulit menemukan jejak Nomuro Shasuke yang tidak diketahui berada di mana. Hmmm... apakah Hiedha-san ataupun Ayothomori-san sudah bertemu dengan Nomuro Shasuke?" Sesaat lelaki ini hentikan ucapannya. Setelah pandangi sekelilingnya lagi, dia melanjutkan, "Kupikir... mereka belum berhasil menemukan jejak Nomuro Shasuke. Sungguh sebuah urusan yang sangat sulit." Kembai Mis hima Nobu terdiam. Angin menggerakkan pakaian panjangnya yang berwarna merah.
Raut wajahnya menampakkan rasa tak sabar untuk menemukan Nomuro Shasuke.
"Terkutuk! Aku bersumpah, tak akan kembali keJepang sebelum kudapatkan manusia celaka itu!" Sesaat dia terbawa oleh amarah dalam hatinya.
Terutama mengingat kalau junjungannya hampir tewas di tangan Nomuro Shasuke.
"Hhh!! Ketimbang aku berdiam diri di sini, lebih baik kuteruskan mencari manusia celaka itu...." Namun belum lagi dia menjalankan maksud, mendadak saja terdengar suara cukup keras, "Hihihi... sungguh kebetulan sekali, berjumpa dengan utusan dari Jepang! Tetapi... mengapa cuma sendiri saja" Padahal bila bertiga, sekali kepruk akan luruh semua tanpa bersusah payah! Sayang Nomuro-san tidak berada di sini!" Belum habis ucapan itu terdengar, mendadak saja satu sosok tubuh berpakaian merah menyala telah berdiri berjarak tujuh langkah dari hadapan Mishima Nobu.
Sejenak samurai gagah ini memperhatikan dengan sorot mata tak berkedip.
"Melihat cara kemunculannya, jelas kalau perempuan ini bukan perempuan sembarangan. Tadi dia menyebutkan nama Nomuro Shasuke. Jangan-jangan... dia adalah kambratnya atau... oh! Bukankah Pendekar Slebor pernah mengatakan, kalau Nomuro Shasuke sekarang ini bersama-sama dengan perempuan berjuluk Dewi Permata Biru" Di kening perempuan ini terdapat sebuah permata yang pancarkan sinar biru. Bisa jadi kalau dialah orang yang berjuluk Dewi Permata Biru." Apa yang diduga oleh Mishima Nobu memang benar.
Dewi Permata Biru yang sedang mencari Nomuro Shasuke karena begitu dia terbangun tak mendapatkan lelaki itu di sisinya, sama sekali tak menyangka kalau akan bertemu dengan salah seorang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto. Sesungguhnya Dewi Permata Biru memang belum pernah berjumpa dengan ketiga utusan dari Jepang itu.
Tetapi setelah mendengar cerita Nomuro Shasuke yang tahu kalau dia dikejar-kejar oleh utusan Kaisar, Dewi Permata Biru paham betul kalau lelaki yang berdiri di hadapannya ini adalah salah seorang dari utusan Kaisar Jepang.
Dengan kerlingan genit namun berbahaya, perempuan ini berkata, "Mengapa kau hanya seorang diri, hah" Apakah kedua temanmu sudah mampus berseppuku karena tak mampu mencari Nomuro Shasuke"!" Mendengar ejekan orang, wajah Mishima seketika memerah. Apalagi diyakininya kalau perempuan ini adalah orang yang menolong Nomuro Shasuke.
Dengan kedua kaki sedikit dipentangkan, Mishima Nobu berkata dingin, "Katakan padaku, di mana manusia celaka itu berada"!"
"Manusia celaka?" balas Dewi Permata Biru dengan kerlingan mata yang semakin mcnjadi-jadi.
"Apakah kau tidak berpikir kalau kaulah yang akan celaka" Berhadapan dengan Dewi Permata Biru, berarti harus mampus! Ini berita yang sangat menyenangkan tentunya untuk Nomuro-san!"
"Dugaanku tepat kalau dialah Dewi Permata Biru," batin Mis hima Nobu dalam hati.
"Hhhh! Perempuan ini adalah kunci di mana Nomuro Shasuke berada! Aku harus berhasil mengorek keterangan dari nya!" Berpikir demikian, seraya maju satu langkah ke depan, Mishima Nobu berkata, "Jangan membuat aku berubah pikiran! Perempuan celaka! Urusan yang kau hadapi bukanlah urusanmu! Kau telah melindungi pembunuh keparat, secara tidak langsung kau juga melibatkan diri!!"
"Mengapa harus mengulangi lagi kata-kata itu, hah" Jelas aku memang melibatkan diri! Bahkan... nyawamu hendak kucabut saat ini juga!!" Habis makiannya, serta-merta sosok Dewi Permata Biru meiesat ke depan. Lesatan angin mendahului gerakan tubuhnya sementara kedua jotosannya dilepaskan.
Mendapati serangan ganas itu, Mishima Nobu tak mau menghindar. Dia justru mencelat ke depan dengan teriakan mengguntur.
Dua pukulan bertemu keras.
Des! Des! Sosok Mishima Nobu terhuyung tiga langkah ke belakang dengan tangan yang terasa cukup ngilu.
Sementara itu, Dewi Permata Biru yang tak kehilangan keseimbangannya sekejap pun juga, sudah menerjang kembaii. Kali ini dengan kaki kanan berputar yang siap menyambar kepala Mishima Nobu.
Terkejut Mishima tatkala merasakan udara seperti dibeset. Cepat dia merunduk dan meluruk ke depan dengan lepaskan satu jotosan. Namun dengan tekuk sikunya, Dewi Permata Biru memapaki pukulan itu. Bahkan mendadak saja dia membungkuk.
Gerakannya sungguh cepat dan seperti tak terlihat. Karena tahu-tahu kaki kanan Mishima telah dipegangnya kuat-kuat. Menyusul dibetotnya kaki itu hingga untuk sesaat Mishima terkesiap.
"Ternyata tak sehebat dugaanku apa yang kau miliki"!" ejek Dewi Permata Biru dan siap lepaskan jotos annya.Namun di luar dugaannya, mendadak saja tubuh Mishima Nobu mencelat ke atas. Kaki kanannya yang dipegang Dewi Permata Biru, dijadikan tumpuan lompatannya. Kaki kirinya yang bebas menendang dads Dewi Permata Biru yang terkejut, karena tak menyang kaki lelaki dari Jepang itu akan membuat gerakan aneh. Dadanya telak terhantam bersamaan dengan tangannya yang terlepas memegang kaki kanan Mishima Tobu. Sementara itu, tubuh Mishima yang mencelat ke atas, langsung jatuh kembali ke atas tanah. Hebatnya laki-laki bertubuh pendek ini bukan saja mampu jatuh dengan kedua kaki menginjak tanah lebih dulu, tetapi seperti membal tubuhnya kemudian melesat ke arah Dewi Permata Biru. Kedua tinjunya menderu.
Dewi Permata Biru yang dalam keadaan sempoyongan pun menunjukkan kelasnya. Dengan gerakan yang aneh pula dia berhasil menangkap kedua tangan Mishima Nobu. Sambil kertakkan rahangnya dia siap untuk membantingnya ke atas tanah.
Namun lagi-lagi lelaki dari Jepang itu memperlihatkan kelincahannya. Kedua tangannya yang dipegang kuat oleh Dewi Permata Biru, diputar ke atas.
Dan.... Tap! Ganti sekarang kedua tangan Dewi Permata Biru yang kini ditangkap. Sebelum Dewi Permata Biru sem-pat lepaskan diri, tahu-tahu tubuhnya sudah terangkat. Lalu.... Buuukk!! Tubuhnya sudah dibanting ke atas tanah. Belum lagi dia sempat bangun, Mishima Nobu jatuhkan tubuhnya seperti berlutut. Jotosan tangan kanan kirinya kembai mendarat telak di dada Dewi Permata Biru yang memekik tertahan.
Dirasakan ada cairan asin dan panas di mulutnya.
Dewi Permata Biru yang sejak semula memandang sebe-lahmata pada Mishima Nobu, langsung mencelat ke atas setelah tangan kanannya ditepakkan di tanah di saat Mishima Nobu meneruskan serangannya.
"Jahanam keparat!!" makinya dalam hati.
"Akan kuperlihatkan siapa aku sebenarnya!!" Begitu Mishima Nobu melancarkan kembai pukulannya, tahu-tahu Dewi Permata Biru mengangkat kedua tangannya. Napas nya nampak agak ditahan.
Menyusul kedua tangannya didorong ke muka.
WuuttttU Saat itu pula menghampar angin deras rnendahului kedua jotosannya. Ganti Mishima Nobu yang terkesiap kaget. Cepat dia membuang tubuh ke samping kanan.
Namun kaki kiri Dewi Permata Biru telah melabraknya.
Des! Tubuh Mishima Nobu tcrbanting. Diam-diam lelaki dari Jepang ini sadar siapa sesungguhnya Dewi Permata Biru.
Kalaupun tadi dia beberapa kali berhasil mendaratkan serangannya, ilu disebabkan karena Dewi Permata Biru hanya memandang sebelah mata padanya.
Tatkala berhasil kembai berdiri tegak, samurainya telah tergenggam eral dengan kedudukan mengacung.
Berjarak tiga langkah dari hadapannya, Dewi Permata Biru memperhatikan tak berkedip. Lalu berkata dingin, "Cukup sudah kita main-main! Sekarang, bersiaplah untuk mampus!!" Tatapan yang menusuk itu dipandang tak kalah menusuknya oleh Mishima Nobu. Dan mendadak hatinya agak bergetar tatkala dilihatnya Dewi Permata Biru memutar-mular tangannya menyilang di depan dada.
Seketika terdengar suara angin keras membeset-beset udara, menyusul lama kelamaan terlihat cahaya biru yang berkiblat-kiblat.
"Hebat! Baru kali ini kulihat jurus yang begitu mengerikan! Jelas kalau perempuan ini tadi memang sengaja mengalah, mungkin untuk mengejekku. Atau lebih jelasnya, disebabkan karena dia memandang rendah padaku hingga tak keluarkan semua ilmu yang dimilikinya.
Aku harus menghadapinya." Berpikir demikian mendadak saja dia putar samurainya dengan hebat, yang semakin lama hanya terlihat seperti bayanganbayangan belaka. Suara samurai ini menderu-deru laksana titiran raksasa, menerbangkan dedaunan dan menerbas ujung-ujung ranggasan semak hingga rata.
Di seberang, Dewi Permata Biru hanya mendengus.
Disertai teriakan keras, perempuan yang di keningnya terdapat permata yang pancarkan sinar biru itu, sudah menerjang ke depan. Tangan kanan dan kirinya didorong. Serta-merta melabrak satu gelombang angin berwarna biru yang keluarkan suara menggemuruh. Cukup kaget Mishima Nobu melihat serangan lawan yang ganas. Tetapi dia yang telah keluarkan jurus Menjerat Matahari' tak mau berdiam diri lagi. Diiringi teriakan keras pula dia menerjang ke depan setelah memindahkan langkah tiga tindak ke samping kiri.
Terjangan gelombang angin warna biru yang dilepaskan oleh Dewi Permata Biru, luput dari sasarannya.
Bersamaan dengan itu samurai yang digenggam Mishima Nobu sudah diayunkan, terasa ada hawa panas keluar.
Besetannya pada udara membuat bulu roma bergidik.
Dewi Permata Biru cepat membuang tubuh ke kanan. Bukan kecepatan ujung samurai itu yang membuatnya lerkejul. Namun hawa panas yang keluar dari setiap kali samurai itu digerakkan yang membuatnya harus menjaga jarak.
"Setan terkutuk!!" geramnya seraya bergulingan ke belakang.
Samurai yang digenggam oleh Mishima Nobu terus mengejarnya, kendati berkali-kali lelaki dari Jepang itu juga harus menghindari gelombang angin warna biru yang dilepaskan oleh Dewi Permata Biru. Hingga satu ketika, di saat Mishima Nobu sedang mengayunkan samurainya dari atas ke bawah, mendadak saja Dewi Permata Biru mencelat ke samping kanan.
Gerakannya begitu cepat sekali. Tatkala samurai itu telah mengayun yang tentu saja mengenai angin belaka, mendadak saja Dewi Permata Biru putar tubuhnya.
Tendangan kaki kanannya dilepaskan.
Bukkk!! "Aaakhhhh!!" Mishima Nobu keluarkan pekikan tertahan bersamaan tubuhnya terhuyung. Dewi Permata Biru yang melihat lawan nampak kehilangan keseimbangan untuk sesaat, tak mau hentikan gempurannya. Masih memutar tubuh tangan kanannya didorong.
Wuuuttt!! Satu hamparan angin keras warna biru menderu ke kedua kaki Mishima Nobu. Kembai pekikan tertahan dikeluarkan lelaki dari Jepang itu. Serta-merta dia berjingkat.
Bersamaan terdengar letupan yang keras di mana hamparan angin tadi menghantam tanah yang dipijak Mishima Nobu, Dewi Permata Biru langsung meluncur.
Tangan kanannya memukul pergelangan tangan lawan, hingga samurai lawan terlepas.
Sementara tangan kirinya menjotos dada lawan.
Mishima Nobu yang belum dapat kuasai keseimbangannya, kembai harus terhuyung ke belakang.
Dan bukan hanya sampai di sana saja penderitaan yang dialaminya. Karena kaki kiri Dewi Permata Biru telah menghantam kembai dadanya.
Kali ini tubuh Mishima Nobu langsung terpental dan ambruk di atas tanah. Saat berusaha bangkit nampak wajahnya meringis kesakitan sambil pegangi dadanya.
Matanya yang sipit makin menyipit. Mendadak sepasang rahangnya mengembung. Lalu dia muntah darah berkalikali. Darah hitam itu keluar tanda dia telah terluka dalam.
Di tempatnya berdiri, Dewi Permata Biru terkikik dengan kerlingan genit.
"Apakah kini kau mengakui kalau dirimu yang celaka?" ejeknya dingin.
Lamat-lamat Mishima Nobu angkat kepalanya.
Sepasang matanya begitu dalam menusuk.
"Perempuan laknat! Kau belum mengalahkan aku bila belum membunuhku! Seorang samurai sejati pantang mundur dari kalangan!!"
"Sungguh sangat menyenangkan mendengar keberanian ucapanmu itu! Tetapi tak lebih hanya untuk menutupi ketakutan belaka! Sayang, sahabatku Nomuro-san tidak berada di sini! Padahal kalau ada, tentunya dia sangat senang sekali!"
"Katakan padaku, di mana dia berada?" membentak Mishima Nobu dengan sorot mata berapi-api. Dewi Permata Biru yang sebenarnya sedang mencari Nomuro Shasuke cuma tertawa.
"Kau tahu pun sekarang percuma" Bukankah sebentar lagi kau akan pergi menghadap setan-setan neraka"!"
"Perempuan jahanam!" hardik Mishima Nobu keras.
Justru karena dia memaksakan diri untuk berteriak, dirasakan dadanya yang telah nyeri berlambah nyeri.
Namun utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini memang tidak takut mati. Dengan kumpulkan segenap sisa-sisa tenaganya dia melesat maju. Akan tetapi sudah tentu serangannya itu dengan mudah dipunahkan lawan. Hanya dengan angkat tangan kanannya, lalu kirimkan satu jotosan melalui tanganj kirinya, sosok Mishima Nobu kembai terpental ke belakang. Ambruk dan dia merasa sukar untuk bangkit kembaii. Sekujur tubuhnya dirasakan nyeri bukan main.
Dewi Permata Biru yang tak mau membuang wakti lagi, berkata dingin, "Sayang beribu sayang, Nomurc Shasuke tidak berada di sini! Tetapi kepalamu akan kubawa kehadapannya! Sekarang... mampuslah kau!!" Habis seruannya, tubuhnya pun mencelat ke depan Tangan kanannya yang mendadak keluarkan sinar biru diangkat tinggi-tinggi dan siap dihantamkan ke kepala Mishima Nobu yang cuma memejamkan matanya.
Namun mendadak saja satu gelombang angin melesat ke arahnya, membuat Dewi Permata Biru urung kukan maksud. Dia justru membuang tubuh ke belakang.
Bersamaan suara letupan keras menghantam sebuah pohon, Dewi Permata Biru yang telah kembali berdiri tegak sudah keluarkan bentakan, "Jahanam terkutuk! Siapa orangnya yang lancang campuri urusan Dewi Permata Biru!!" Suaranya menggelegar keras. Sementara itu Mishima Nobu yang merasakan dirinya masih hidup, segera buka sepasang matanya.
Dilihatnya wajah Dewi Permata Biru merah padam dengan kedua tangan mengepal. Dua tarikan napas berikutnya, satu sosok serba hitam telah keluar dari balik ranggasan semak belukar di sebelah kanan. Berdiri gagah dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Wajah orang itu juga berbalut kain hitam, hanya sepasang matanya saja yang tidak tertulup.
Sementara Dewi Permata Biru kerutkan keningnya, Mishima Nobu mendesis lerkejut, "Ninja.... Mengapa pembunuh bayaran itu berada di sini" Dan mengapa dia menolongku?"

***

↕₪↕ ┌ 5 ┐ ↕₪↕

Sesaat tak ada yang buka mulut kecuali suara kertakkan rahang Dewi Permata Biru yang agak keras.
Sorot mata perempuan ini nyalang tak berkedip pada sosok serba hitam yang juga menatapnya dingin.
Beberapa helai daun yang langsung menjauh tersapu angin. Sebagian alang-alang berlenggak-lenggok.
Keheningan itu cukup lama meraja sebelum" terdegar bentakan Dewi Permata Biru, "Orang ingin mampus! Lancang sekali kau campuri urusanku, hah"!" Sementara Mishima Nobu mempergunakan kesempatan itu untuk beringsut ke belakang, lelaki berpakaian serba hitam yang kedua tangannya masih terlipat di depan dada bersuara dingin, "Tak ada maksud campuri urusanmu! Aku hanya hendak ajukan tanya, di mana Nomuro Shasuke berada"!" Bukan hanya Dewi Permata Biru yang terkejut mendengar ucapan orang, Mishima Nobu pun sesaat kerutkan dahinya. Sambil pandangi orang berpakaian serba hitam itu dia membatin, "Setahuku... para ninja adalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih. Kalau kehadirannya di tanah Jawa ini untuk mencari Nomuro Shasuke sungguh mengejutkan. Jangan-jangan.... Kaisar telah mengupah serta menugaskannya untuk menang-kap pembunuh celaka itu. Tetapi rasa-rasanya... tak mungkin Kaisar mau berhubungan dengan para pembunuh bayaran yang justru sebagian orang pernah hendak mencelakakannya...." Dewi Permata Biru sendiri hanya terdiam. Sorot matanya tetap tajam tak berkedip. Kemudian dengusnya, "Urusan apa kau mencari Nomuro Shasuke, hah"!"
"Jangan banyak tanya!!" sahut orang itu keras.
"Urusanku adalah membunuh Nomuro Shasuke! Tadi kudengar kau mengatakan kalau Nomuro Shasuke adalah sahabatmu! Jangan sampai kemarahanku menjadi naik dan kau menyesali keadaan!!" Mendengar ancaman orang, perempuan yang panasan ini mengkelap. Kedua tangannya mengepal keras.
"Keparat! Kudengar orang-orang seperti kau di negeri Matahari adalah pembunuhpembunuh bayaran tangguh!! Ingin kulihat apakah kepandaian yang kau mniliki sama dengan kabar yang pernah kudengar!"
"Kukatakan sekali lagi, di mana Nomuro Shasuke berada"!!" bentak orang itu keras.
"Carilah dia di neraka!!" Selesai bentakannya, Dewi Permata Biru langsung mendorong ke dua tangannya.
Kejap itu pula melabrak dua gelombang angin warna biru ke arah orang berpakaian serba hitam. Hebatnya, orang itu justru tetap tegak di tempatnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sesaat Dewi Permata Biru raendengus gusar, "Kesombonganmu akan putus bersama nyawamu yang akan melayang!!" Namun alangkah lerkejulnya perempuan berpakaian merah menyala ini, tatkala mendadak saja orang berpakaian serba hitam hanya menggeser kakinya ke samping kanan lima tindak. Dua gelombang angin tadi hanya meleset satu jengkaldari tubuhnya, dan langsung melabrak dua buah pohon yang bergetar. Menyusul tumbang dengan suara gemuruh.
Sementara Dewi Permata Biru terkesiap kaget ninja itu bersuara dingin, "Upah telah kuterima! Siapa pun yang halangi niatku untuk membunuh Nomuro Shasuke maka dia harus menerima ganjarannya!!" Mishima Nobu yang terkejul melihat gerakan yang dilakukan orang berpakaian serba hitam saat hindari Iabrakan serangan Dewi Permata Biru, kini menarik napas lega setelah mendengar apa yang dikatakannya.
"Jelas kalau Kaisar Tokugawa lesyasumoto telah mengupah ninja ini untuk menangkap dan membunuh Nomuro Shasuke. Sungguh sesuatu yang rasanya sangat mustahil, karena Kaisar mau berhubungan dengan para ninja." Di tempatnya Dewi Permata Biru membatin, "Sungguh patut kukagumi! Serangan 'Angin Biru' berhasil dielakkan dengan mudah olehnya! Tetapi... siapa pun orangnya yang berniat hendak membunuh sahabatku maka dia akan berhadapan denganku kendati aku harus korbankan nyawa! Nomuro Shasuke lah satu-satunya orang yang mau mengerti segenap perasaan dan cinta ku." Perempuan yang pernah dilanda kelaraan cinta merasa kalau Nomuro Shasuke mencintainya terdiam beberapa saat. Dia memang tak pernah tahu kalau pembunuh dari Jepang itu hanya memanfaatkannya saja.
Memanfaatkan kehebatan dan tubuh yang dimilikinya.
Lamat0lamat terlihat perempuan ini geser kaki kanannya ke depan. Agak menekuk dengan kaki kiri lurus.
Kepalanya tegak lurus dengan langit. Pandangannya makin tajam. Perlahan-Iahan terlihat kedua tangannya kali ini pancaikan sinar warna biru yang cukup terang.
Sejurus kemudian terdengar makiannya, "Kupenggal dulu kepalamu, baru kukatakan di mana Nomuro Shasuke berada!"
"Kau akan menyesali kelancanganmu ini!!"
"Keparat! Kubuktikan ucapanku!!" bentak Dewi Permata Biru Bersamaan dengan bentakannya. kedua tangannya yang pancarkan sinar biru, memegang pelipis kanan kirinya. Nampak kedua tangan itu bergetar sesaat sebelum permata yang ada di keningnya kini makin menyinarkan sinar biru. Kalau tadi hanya sinar biru saja yang keluar, kali ini bersamaan dengan hawa yang panas.
Di seberang, orang berpakaian serba hitam tak keilipkan matanya. Diam-diam disadarinya kalau lawan akan lakukan serangan yang berbahaya. Apa yang diduganya memang benar. Karena mendadak saja Dewi Permata Biru dorong kedua tangannya ke depan yang kejap itu pula menderu angin biru yang keras. Belum lagi labrakan itu mengenai sasarannya. mendadak saja satu sinar biru yang mengandung hawa panas meiesat dari permata di keningnya. Orang berpakaian serba hitam sesaat melengak sebelum dia mclompat ke samping kanan. Saat melompat ilu, terlihat dua buah ganco terselip di belakang pinggangnya.
Blaaar! Blaarrr! Blaarrrr!! Tiga letupan keras terdengar beruntun. Ranggasan semak belukar yang terkena angin biru, langsung pecah berantakan hingga akarnya. Sementara sinar biru yang terpancar dari permata di kening si perempuan, menghantam sebuah pohon yang langsung bolong keluarkan asap. Sesaat tak ada keanehan lain pada pohon itu. Namun di lain saat mendadak saja pohon itu bergetar, menyusul dedaunannya berguguran. Kejap itu pula terdengar suara berderak, lalu menggemuruh di saat pohon besar itu tumbang.
Bukan hanya orang berpakaian serba hitam yang terkejut, Mishima Nobu sendiri diam-diam menahan napas.
"Apa yang diperlihatkan perempuan berpakaian merah menyala tadi, memang disebabkan dia memandang sebelah mata padaku. Tetapi pada kenyataannya, ilmu yang kumiliki berada tiga tingkat di bawahnya. Mudah-mudahan, ninja yang diutus oleh Kaisar berhasil mengatasi perempuan celaka ini." Di lempatnya begitu serangannya luput dari sasarannya, Dewi Permata Biru langsung mencelat. Tangan kanan dan kirinya digerakkan berulang kali, sementara sinar biru yang mengandung hawa panas terus mencelat dari permata di keningnya.
Terlihat bagaimana orang berpakaian serba hitam berjumpalilan dibuatnya.
Kecepatan yang dimiliki oleh ninja itu memang sungguh mengagumkan. Kendati tempat itu semakin porak poranda terhantam angin dan sinar biru si perempuan, sosoknya belum terkena sedikit juga.
Keadaan ini semakin membuat Dewi Permata Biru kalap. Serangannya sekarang seperti asal saja, namun tetap berbahaya. Bahkan Mis hima Nobu sendiri yang telah pulih keadaannya harus melompat bila tak ingin hangus lersambar sinar biru si perempuan.
"Mengapa kau hanya bisa berjumpalitan seperti monyet, hah"! Apakah kau sudah mati kutu sekarang"!" sentak Dewi Permata Biru dengan wajah memerah.
Orang berpakaian serba hitam itu tak hiraukan seruannya. Dia terus berusaha untuk hindari serangan Dewi Permata Biru. Mendadak saja dia cabut ganco yang berada di belakang pinggangnya. Lalu dengan kecepatan yang luar biasa disertai tenaga dalam, dilemparnya kedua ganco itu ke arah lawan. Dewi Permata Biru hanya keluarkan dengusan. Lalu gerakkan kepalanya.
Wuuttt!! Sinar biru yang mengandung hawa panas melesat, melabrak kedua ganco itu yang bukan hanya tertahan tetapi juga langsung lumer.
Kescmpatan di saat Dewi Permata Biru sedang menghancurkan kedua ganco yang dilemparkannya, orang berpakaian serba hitam langsung mencelat ke depan sctelah kaki kanannya dijejakkan keras di atas tanah.
Kedua tangannya yang juga dibalur pakaian hitam, digerakkan dengan cara memutar dan mendorong. Terdengar suara laksana salakan petir yang kuat.
Melengak Dewi Permata Biru menyadari serangan itu sudah begitu dekat. Dengan memiringkan tubuhnya, tangan kanannya yang kini berwarna biru, langsung dipukulkan. Wuusss!! Gelombang angin biru menderu keras. Ganti orang berpakaian serba hitam yang terkejut. Dan dia yang ganti membikin Dewi Permata Biru terkejut.
Menurut sangkaan Dewi Permata Biru, ninja ini justru akan memapaki pukulannya. Paling tidak kalaupun menghindar akan membuang tubuh ke belakang.
Orang berpakaian serba hitam ini memang sengaja mengurungkan serangannya. Tetapi dia justru berputar setengah lingkaran kekiri.
Satu gerakan yang tak disangka oleh Dewi Permata Biru, karena dia justru sedang lancarkan serangan berikutnya.
Pada saat yang bersamaan, orang berpakaian serba hitam ini melepaskan jotosan tangan kanannya.
Desss!! Tepat mengenai pinggang kiri Dewi Permata Biru.
Melengak perempuan ini laksana terhantam petir.
Tubuhnya agak limbung. Namun yang mengejutkan, ninja ilu justru tak teruskan serangannya. Dia malah berdiri tegak. Mishima Nobu yang malah menjadi geram.
Dengan cepat disambar samurainya yang tadi terjatuh. Begitu disambar dia langsung melompat ke arah Dewi Permata Biru seraya mengayunkan samurainya siap membelah kepala Dewi Permata Biru.
Akan tetapi sebelum berhasil dilakukannya, orang berpakaian serba hitam sudah mencelat ke depan. Tangan kanannya mcnepak samurai Mishima Nobu. Sementara tangan kiri mendorong dada lelaki bertubuh pendek itu hingga terhuyung ke belakang.
"Jangan campuri urusanku!!" maki ninja ini dengan pandangan tajam.
Mishima Nobu yang telah kuasai keseimbangannya kembali mengkelap gusar.
"Aku tak tahu siapa yang mengupahmu untuk membunuh Nomuro Shas uke! Kendati mulutmu mengatakan Kaisar Tokugawa lesyasumoto yang mengirimmu! Tetapi, aku juga punya kepentingan pada perempuan celaka itu!" ' "Hhh!! Tentunya kau bernama Ayothomori!" sahut si ninja makin dingin.
"Kau salah besar! Namaku Mishima Nobu!!"
"Kudengar, kalian bertiga! Dan yang kudengar, hanya Ayothomori-iah yang bertindak kejam! Tetapi sayang, kabar itu ternyata salah! Kau juga bertindak kejam!!" Sesaat wajah Mishima Nobu memerah. Kejap lain ] did berkata, "Persetan dengan ucapanmu! Menyingkir! Atau kita akan berhadapan sebagai lawan!!"
"Kau tak bcrdaya di tangan perempuan itu, sementara perempuan itu tak berdaya di tanganku! Apakahl kau masih berusaha untuk menutupi diri dengan kemampuanmu, hah"! Atau kau masih membanggakan diri sebagai seorang samurai" Yang pantang dikalahkan dan lebih baik berseppuku"* Mendengar kata-kata orang, Mishima Nobu terdiam.
Dadanya masih turun naik tanda dia masih gusar Namun sedikit banyaknya dia membenarkan apa yang dikatakan ninja di hadapannya. Bila dia membunuh Dewi Permata Biru, apa bedanya dia dengan Nomuro Shasuke" Lalu didengarnya lagi suara ninja di hadapannya "Bila dia dicabut nyawanya... maka jejak manusia celaka bernama Nomuro S hasuke justru makin terbentang jauh! Tanah Jawa begitu luas! Dan dia bisa berada di tempat yang sukar diketahui!!" Kali ini Mishima Nobu membenarkan alasan yanj dikemukakan orang berpakaian serba hitam ini.
Sementara itu, Dewi Permata Biru yang jatuh tersungkur perlahan-lahan bangkit. Dirasakan pinggangnya seperti patah. Pukulan yang dilancarkan orang berpakaian serba hitam seperti mengandung kekuatan listrik yang melemahkan tlenaga dalamnya.
Namun perempuan kejam ini tak peduli dengan keadaan dirinya. Dengan kedua kaki masih agak goyah saat berdiri tegak di atas tanah, dia berseru dingin, "Jahanam berpakaian hitam! Aku akan mengadu jiwa denganmu!!" Orang berpakaian serba hitam itu justru angkat tangan kanannya.
"Jangan bertindak bodoh! Membunuhmu saat ini semudah membalikkan telapak tanganku! Tetapi nampaknya... kau memang terlaiu memaksa untuk mati di tanganku!!"
"Keparat!!" maki Dewi Permata Biru. Kendati mulutnya berbunyi begitu, namun hatinya kebat-kebit pula.
Disadarinya betul kalau dia tak akan mampu menghadapi ninja ini. Karena sejak tadi menyerang, tak satu pun serangannya yang masuk. Sementara lawannya, begitu menyerang, langsung mengenai sasaran.
"Kau telah berlaku bodoh dengan menyembunyikan pembunuh bernama Nomuro Shasuke! Bahkan kau seolah dibutakan oleh mata hatimu sendiri, kalau kau justru hanya diperalat oleh lelaki itu! Aku bukan orang yang sabar! Tugasku membunuh! Tetapi, akudiupah untuk membunuh Nomuro Shasuke! Hanya saja, bila kau tetap menghalangi, aku tak segan-segan untuk mencabut nyawamu!!" Sesaat orang berpakaian serba hitam ini hentikan ucapannya. Rupanya, apa yang dikatakannya barusan tadi membuat nyali Dewi Permata Biru menciut. Kendati demikian, dia menggeram dalam hati, "Jahanam! Untuk saat ini, kubiarkan kau berlaku apa saja pada diriku!! Tetapi suatu saat... ya.. suatu saat...
" Terdengar lagi suara orang berpakaian serba hitam keras, "Katakan padaku, di mana Nomuro Shasuke berada"!!" Dengan kepala ditengadahkan, Dewi Permata Biru menyahut, "Aku tak tahu apakah kau anggap aku berdusta atau tidak! Tetapi pada kenyataannya, aku justru tengah mencari Nomuro Shasuke!!" Orang berpakaian serba hitam terdiam. Pandangannya lurus ke depan seolah hendak terobos relung hati Dewi Permata Biru.
Justru terdengar seruan Mishima Nobu, "Dusta!!" Dewi Permata Biru arahkan pandangannya. Kali ini dia tersenyum melecehkan, "Tadi kukatakan... terserah penilaian siapa pun yang mendengarnya!"
"Perempuan keparat! Kau...." Seruan Mishima Nobu terputus oleh suara ninja yang berdiri tegak dengan lipat kedua tangan di depanj dada,"Pergilah!!" Dewi Permata Biru menggeram.
"Ingat... untuk saat ini aku mengaku kalah! Tetapi, jangan harap aku dapat kau pecundangi untuk kedua kalinya!!" Ninja itu tak keluarkan suara. Hanya pandangannya yang begitu dingin.
Dewi Permata Biru sendiri tak mau membuang kesempatan lagi. Dengan langkah agak terhuyung karena pinggang bagian kirinya masih terasa sakit, dia meninggalkan tempat itu.
Mishima Nobu langsung keluarkan suara, "Tak pantas kau melepas perempuan celaka itu!!"
"Ini urusanku! Bila kau menghalangi urusanku, maka aku tak segan-segan mencabut nyawamu, Mishima-san!"
"Sebutkan namamu!!"
"Akiko Arashi!!" Habis sahutannya, orang berpakaian serba hitam ini langsung berkelebat meninggalkan tempat itu. Gerakannya begitu cepat sekali hingga yang nampak hanya merupakan bayangan hitam belaka.
Sepeninggalnya, Mishima Nobu menarik napas panjang. Dia masih gusar mendapatkan keputusan yang dilakukan oleh ninja bernama Akiko Arashi. Baginya, apa yang dikatakan Dewi Permata Biru adalah sebuah kedustaan. Namun setelah beberapa saat, perlahan-lahan Mishima Nobu mulai merasakan kebenaran yang dikatakan Akiko Arashi. Apalagi dia mendapatkan dugaan, kalau ninja itu sengaja melepaskan Dewi Permata Biru yang kemudian untuk diikutinya.
"Cerdik!!" desisnya sambil angguk-anggukkan kepalanya. Lalu dia pun mulai meninggalkan tempat itu, ke arah yang ditempuh oleh Dewi Permata Biru dan Akiko Arashi.

***

↕₪↕ ┌ 6 ┐ ↕₪↕

Hiedha Ogawa menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Pucha Kumar di sebuah jalan setapak yang dipenuhi rerumputan. Mereka baru saja menghen- ] tikan kelebatan di tempat itu. Di hadapannya nampak] sebuah persimpangan. Agak jauh dari tempatnya, jalan j seperti tumpang tindih satu sama lain. Lelaki berkumis tipis ini segera berkata, "Rasanya... memang lebih baik begitu. Kemungkinan besar, kita akan lebih cepat menemukan Nomuro Shasuke." Pucha Kumar yang tadi mengusulkan untuk segera berpisah, balas menganggukkan kepalanya.
"Hiedha-san... berhati-hatilah...." Hiedha Ogawa tersenyum. Dia sungguh senang dengan perilaku lelaki bersorban putih ini. Dan dia jugaj menyayangkan sekali nasib malang yang menimpa kedua adik Pucha Kumar, yang lewas dibunuh oleh Nomuro Shasuke. Dilihat juga bagaimana lelaki dari India itu nampak sudah tidak bisa lagi menahan sabar untuk segera menemukan Nomuro Shasuke. Sepasang matanya yang indah dengan alis tebal itu seperti pancarkan sinar dendam yang berbahaya.
Hiedha Ogawa maklum. Siapa pun akan mendendam pada Nomuro Shasuke bila mengalami kejadian itu.
"Begitu pula denganmu...," sahutnya pelan.
Setelah menganggukkan kepalanya sekali lagi, lelaki dari India itu pun segera melangkah cepat ke arah kanan.
Sesaat tadi Hiedha Ogawa melihat tatapan yang kian berbahaya kendati bibir Pucha Kumar tersenyum.
"Aku sungguh malu atas perbuatan Nomuro Shasuke. Dengan kata lain, dia bukan hanya telah menyebarkan bibit dendam pada bangsanya sendiri. Tetapi juga orang-orang di tanah Jawa, bahkan lelaki dari India itu. Hhh! Sungguh suatu masalah yang sangat sulit" Sesaat salah seorang utusan dari Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini terdiam. Lama baru terdengar desisan-nya lagi, "Apakah Pendekar Slebor sudah berhasil menemukan Nomuro Shasuke" Atau mengetahui di mana Dewi Permata Biru berada" Ah, bila saling tunggu memang hanya membuang waktu. Sebaiknya, aku segera bergerak lagi sekarang...." Memutuskan demikian, Hiedha Ogawa segera berkelebat. Kali ini dia tak mau hentikan kelebatannya sekejap pun bila tidak mendapatkan satu keterangan yang berarti.Tepat matahari mulai tergelincir di barat, Hiedha Ogawa sudah memasuki sebuah hutan kecil yang cukup lebat.
Kepekatan seolah menerjang tempat itu, kendati pandangan masih cukup bebas melihat sekitarnya. Angin bergerak dari satu pohon ke pohon lain, menggu-gurkan dedaunan dan menggetarkan ranggasan semak belukar.
Tatkala lelaki berkumis tipis ini memasuki sepertiga hutan itulah didengarnya suara kelebatan orang di belakangnya. Karena merasa hanya bukan dia seorang yang berada di hutan itu, Hiedha Ogawa memutuskan untuk hentikan kelebatannya. Serta-merta diputar tubuhnya. Namun justru keningnya yang mendadak berkerut.
Karena tak dilihatnya siapa pun di belakangnya. Sesaat dia menunggu, namun orang yang dipikirnya berada di belakangnya tadi tetap tak nampak.
Hmm... mungkin pendengaranku salah. Bisa jadi hanya hewan-hewan hutan ini yang berkeliaran...." Lalu dia kembai meneruskan langkahnya. Sepuluh tombak dilalui, kembali didengamya suara orang berkelebat di belakangnya. Kali ini Hiedha Ogawa tak ingin langsung melihat siapa orang yang mengikutinya. Bahkan dia berpikir, "Mungkin hanya gerakan angin...." Tetapi setelah tiga puluh tombak terlewati, kali ini dia jelas-jelas mendengar suara orang mengikutinya.
"Aneh! Siapa yang mengikutiku ini" Mustahil suara angin maupun gerakan hewanhewan terus berada di be-lakangku" Hmmm... akan kukejutkan dia...." Namun sebelum dilakukan maksudnya, mendadak saja satu gelombang angin keras menderu ke arahnya.
Sadar akan perubahan angin, masih berlari Hiedha Ogawa mendadak melompat ke samping kanan. Wusss!! Blaammm! Gelombang angin itu menghajar ranggasan semak di depannya yang langsung rata di bagian tengah. Begitu kedua kakinya hinggap di tanah, Hiedha Ogawa lansung putar tubuh. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat, namun dia tak melihat siapa pun di belakangnya.
Sesaat lelaki berkumis tipis ini terdiam. Wajahnya agak tegang. Sepasang matanya yang sipit dipentangkan lebih lebar.
"Ada orang yang menginginkan nyawaku. Jelas dari serangannya dan sosoknya yang tak kelihatan dan tentunya langsung bersembunyi begitu aku berpaling.
Hmmm... siapa orang itu?" Kali ini Hiedha Ogawa tak langsung meneruskan larinya. Dia justru memperhatikan sekelilingnya tanpa kedip. Tangan kanannya mengepal tanda kejengkelan mulai naik karena diserang secara gelap tadi.
"Mencari orang itu yang bersembunyi entah di mana, cukup sulit mengingat begitu rapatnya pepohonan dan tingginya semak belukar. Sebaiknya...." Kata hati Hiedha Ogawa langsung terputus tatkala satu gelombang angin kembaii menderu ke arahnya.
"Hei i!!" serunya seraya melompat. Bersamaan dengan itu dia bergulingan ke depan, ke arah datangnya gelombang angin tadi. Samurai langsung diloloskan dan ditebasnya ranggasan semak di hadapannya.
Craakkkk!! Sebagian semak itu langsung rata ujungnya.
Sebelum samurainya menebas ranggasan semak tadi, satu so?sok tubuh telah melompat ke depan dengan cara bersal-to. Bersamaan dengan itu, tangan orang ini langsung menepak ke punggung Hiedha Ogawa. Namun tepakan itu gagal, karena tanpa balikkan tubuh, Hiedha Ogawa sudah mendorong samurainya ke belakang.
"Jahanam!!" maki orang itu.
"Nomuro Shasuke!!" desis Hiedha Ogawa begitu mcngenali suara orang tadi. Cepat dia putar tubuhnya.
Kejap itu pula dilihatnya satu sosok tubuh berwajah bengis berdiri berjarak delapan langkah dari hadapannya.

*****

Orang yang lakukan bokongan tadi namun gagal memang Nomuro Shasuke adanya.
Dan sekarang pembunuh dari Jepang itu memandang tak berkedip pada Hiedha Ogawa yang sudah maju dua tindak ke depan.
"Nomuro-san! Sungguh kau punya nyali untuk muncul di hadapanku! Tak perlu lagi membuang waktu! Ikut denganku untuk menerima hukuman dari Kaisar, atau rebah berkalang tanah!!" seru Hiedha keras.
Bukannya segera sahuti ucapan orang, Nomuro Shasuke cuma terbahak- bahak keras, hingga kedua bahunya agak berguncang.
Di tempatnya, sepasang mata Hiedha Ogawa makin menyipit dalam. Berkilat-kilat berbahaya.
"Rupanya kau memilih keputusan yang kedua!!" desisnya dingin.
Tawa Nomuro Shasuke bertambah keras. Lalu mendadak saja diputuskan tawanya dan merandek dingin, "Hiedha-san! Ucapanmu begitu tinggi melebihi keperkasaan Dewa Matahari! Justru aku yang hendak ajukan pilihan padamu! Kembaii ke negeri Sakura dan mengatakan pada Kaisar bahwa tak lama lagi dia akan mampus, atau kau yang akan berkalang tanah di hadapanku!!" Mengkelap wajah Hiedha Ogawa mendengar ejekan orang. Lebih sakit lagi hatinya tatkala mendengar Nomuro mengejek Kaisar Tokugawa lesyasumoto yang sangat dihormatinya.
Tetapi lelaki berkumis tipis ini masih bisa tindih amarahnya, Kendati demikian, saat berkata-kata suara-nya mencerminkan kemarahannya, "Kita buktikan hari ini siapa yang berkalang tanah!!" Kembai terdengar tawa Nomuro Shas uke dan di sela-sela tawanya dia berseru, "Dari ucapanmu kau jelas-jelas memandang sebelah mata kepadaku! Bagus! Apa pun yang kau lakukan adalah hakmu! Tetapi sayangnya, apa yang kau duga tenlangku sungguh salah besar!" Tangan kanan Hiedha Ogawa yang memegang samurai bergetar tanda dia sudah tak kuasa menahan amarahnya. Sebelum dia berkata, Nomuro Shasuke sudah berkata lagi, "Kuberi tahu sebuah rahasia yang kupunya! Hiedha-san! Kau tentunya belum mendatangi Desa Owari, bukan" Hmmm... sebuah desa yang sangat indah dan permai...."
"Owari" Apa maksudnya berkata demikian" Di sana tinggal sensei (guru dalam ilmu silat) Hatsuko Kuichi," kata Hiedha Ogawa dalam hati. Lalu berseru, "Mengapa kau bawa-bawa desa Owari"!" Nomuro Shasuke tertawa dulu sebelum berkata, "Kita lupakan (entang desa itu. Tetapi aku yakin, kau ingat betul siapa yang tinggal di sana. Hiedha-san! Ke mana perginya Ayothomori dan Mishima" Mengapa mereka tidak bersama-sama denganmu" Atau... mereka sebenarnya hanya tikus-tikus busuk yang takut berhadapan denganku"!"
"Apa maks udmu berbicara desa Owari"!" sengat Hiedha Ogawa gusar. Sesuatu yang mendadak muncul di benaknya membuatnya tidak bisa tenang sekarang.
Lagi-lagi Nomuro Shasuke tidak menjawab pertanyaannya. Dia berkata, "Kau telah mengundang gaijin (sebutan untuk orang asing) yang berjuluk Pendekar Slebor untuk menangkapku. Tetapi kupikir... dia akan mampus di tangan sahabatku yang berjuluk Dewi Permata Biru dan salah seorang kambratnya yang berjuluk Dedemit Tapak Akhirat. Urusan gaijin itu dapat kita singkirkan! Karena kita akan berhadapan!!"
"Apa maksudmu dengan desa Owari"!" bentak Hiedha Ogawa lebih keras. Hatinya mulai dibuncah rasa penasaran dan cemas.
"O... kau masih penasaran rupanya?" suara Nomuro Shasuke penuh ejekan.
"Baik, baik! Akan kukatakan hingga kau tak akan membawa penasaranmu itu ke alam kubur! Sensei Hatsuko Kuichi gurumu itu kini telah pergi meninggalkan kita semua...."
"Apa maksudmu"!"
"Gila! Apa lagi kalau bukan dia sudah mampus! Dan... mati di tanganku!!" Bergetar sekujur tubuh Hiedha Ogawa mendengar penjelasan itu. Wajahnya kini dihiasi oleh rona merah yang padam. Matanya melebar berbahaya.
Kejap kemudian suaranya yang sarat dengan kemarahan dan seolah tersekat di tenggorakan terdengar menggelegar, "Manusia jahanam!! Kau telah membunuh senseiku!" Nomuro Shasuke mengangkat kedua bahunya. Sorot matanya kian menusuk dan pancarkan sedikit kepuasan melihat Hiedha Ogawa diguncang kemarahan sekaligus kesedihan.
"Tidak salah! Kau rupanya mempunyai otak yang bisa diajak berpikir! Ya, karena dia menolak untuk menjadikanku sebagai muridnya! Dan apakah itu tak terpikirkan olehmu... kalau aku yang telah mampu membunuh gurumu itu akan dengan mudah menghabisimu pula"!" Bergetar hebat seluiuh tubuh Hiedha Ogawa. Kali ini tak ada keinginan lain di hatinya selain melihat lelaki berwajah bengis di hadapannya mampus di tangannya.
Terkutuk!! Siapa pun orangnya, akan berpikir seribu kali untuk menjadikan kau sebagai murid!"
"Barangkali!" sahut Nomuro Shasuke menyeringai.
"Itulah sebabnya dia harus mampus di tanganku!!"
"Manusia hina dina! Kukirim kau ke neraka!!" Habis bentakannya, tubuhnya mencelat ke depan.
Samurai tajamnya diayunkan dari atas ke bawah!

***

↕₪↕ ┌ 7 ┐ ↕₪↕

Sambaran angin samurai yang digerakkan Hiedha Ogawa seperti keluarkan suara besetan. Nomuro Sha suke cuma kertakkan rahangnya. Tanpa bergeser dari tempatnya, dia sudah cabut dan gerakkan samurainya pula ke atas.
Traaanggg..! Menyusul dengan memutar setengah lingkaran, samurainya menebas ke arah perut. Ganti Hiedha Ogaw yang segera turunkan samurainya untuk menangkis.
Terjadi benturan kembali, yang kali ini memercikkan bunga api yang sesaat menerangi tempat itu. Dari masing-masing orang mundur dua tindak ke belakang.
Tangan mereka terasa ngilu.
Hiedha Ogawa yang kini dirasuki amarah mengingat lelaki di hadapannya ini bukan hanya hendak membunuh Kaisar Tokugawa lesyasumoto, tetapi telah membunuh senseinya, sudah menerjang kembaii dengan ganas.
Nomuro Shasuke segera menyambutnya dengan serangan yang tak kalah ganasnya.
"Akan kuhabisi kalian satu persatu!!"
"Terkutuk!!" balas Hiedha Ogawa keras.
Sabetan samurainya bertambah ganas. Angin yang keluar setiap kali samurainya digerakkan seperti membeset-beset mengerikan. Bahkan setiap kali menderu hawa panas yang tinggi.
"Jurus 'Menjerat Matahari'!" geram Nomuro Shasuke keras.
"Kau hanya membuangbuang waktu dengan jurus itu, Hiedha-san! Kau lihat sekarang! Aku telah ciptakan tandingan dari jurus itu! Jurus 'Membelah Awan Hitam'!!" Habis kata-katanya, seraya hindari ganasnya serangan Hiedha Ogawa, Nomuro Shasuke mundur dengan cara melompat. Begitu kedua kaki nya menginjak tanah, samurainya digerakkan dengan cara berputar ke depan yang akhirnya bertambah cepat. Angin yang keluar semakin lama semakin dingin, dan kemudian nampak gumpalangumpalan awan kecil berwarna hitam.
Hiedha Ogawa yang sedang mengatur napas tak peduli keadaan itu. Baginya, dia harus membunuh pembunuh celaka itu. Dengan teriakan mengguntur, kembaii dia menerjang ke depan dengan jurus 'Menjerat Matahari' yang dipadu dengan kecepatan dan kelincahan yang dimilikinya.
Nomuro Shasuke sendiri sudah menerjang ke depan, tetap dengan samurai yang berputar mengarah pada dada.
Hawa dingin yang ditimbulkan oleh gerakan samurainya menindih hawa panas yang keluar dari samurai Hiedha Ogawa.Dari kejadian pertama itu saja sudah kentara kalau serangan yang dilakukan oleh Nomuro Shasuke lebih tinggi dari serangan Hiedha Ogawa. Akan tetapi, lelaki berkumis tipis ini tak mau peduli. Di saat awan-awan hitam yang mendadak meletup kecil namun cukup mengejutkan, dia justru menerjang ke depan dengan ayunan samurai ke arah lutut.
Nomuro Shasuke cukup hanya dengan sekali lompat saja berhasil meluputkan serangan itu. Masih berada di udara samurai yang berputar tadi mendadak menusuk ke wajah Hiedha Ogawa.
Tersentak kaget lelaki berkumis tipis ini yang segera miringkan kepalanya. Dia berhasil loloskan serangan lawan. Namun tendangan telak kaki kanan lawan mendarat pada dadanya.
Des!!! Sosoknya terhuyung ke belakang. Nomuro Shasuke tertawa pendek, seraya teruskan serangannya. Awan-awan hitam yang keluar dari putaran samurainya yang terus meletup-letup, dapat mengganggu konsentrasi serangan lawan. Bahkan mendadak saja awan-awan kecil itu bersatu membentuk gumpalan yang cukup besar.
Tersedak Hiedha Ogawa menyadari pandangannya terhalang oleh gumpalan awan hitam itu. Sebelum lawan menusukkan samurainya, dia cepat bergulingan ke belakang. Lagi dia berhasil selamatkan diri dari maut. Akan tetapi, mendadak saja Nomuro Shasuke yang tadi memutar samurainya di depan dada dalam kedudukan lurus ke muka, kali ini seperti mengibaskannya.
Wuuutttt!! Serangkum awan hitam yang keluarkan hawa dingin menderu dahsyat ke arah Hiedha Ogawa. Memekik salah seorang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini. Cepat dia melompat ke samping setelah tangan kirinya ditepukkan ke tanah. Blaammmm!! Tanah di mana tadi tubuhnya berguling, langsung terbongkar terkena hantaman gumpalan awan hitam tadi.
Sesaat suasana di tempat itu dihalangi oleh tanah yang membubung ke udara serta pecahnya awan hitam itu.
Tatkala semuanya sirap, terlihat sosok Hiedha Ogawa sedang berlutut dengan kaki kanan dan bertelekan pada samurai yang ujungnya menikam tanah. Wajah nya nampak pucat dengan napas memburu. Berjarak lima langkah, Nomuro Shasuke tegak berdiri tanpa kurang suatu apa.
"Apakah kini kau sudah menyadari siapa aku sebenarnya, hah"!" serunya di ringi tawa.
"Hiedha-san! Kau memang seorang samurai sejati! Tetapi sekarang, apakah arti kesamuraian yang kau sandang" Kau justru akan berkalang tanah hari ini! Hmmm... aku masih memiliki hati yang sabar! Lebih baik kau segera berseppuku ketimbang mampus dengan tubuh tercabik-cabik oleh ujung samuraiku!!"
"TerkutukH" maki Hiedha Ogawa sengit. Dadanya terasa cukup sesak akibat tendangan lawan tadi.
"Aku tak akan mundur sejengkal pun sebelum berkalang tanah!!"
"Ya! Sejengkal! Dan kau akan mampus dalam sekejap!!" sahut Nomuro Shasuke sambil terbahak-bahak.
Lalu melanjutkan penuh ejekan, "Seorang samurai sejati.... Ya! Aku tahu kau sangat membanggakan kedudukanmu sebagai seorang samurai Hiedhasan... aku masih mengampunimu bila kau mau bergabung denganku untuk membunuh Kaisar keparatmu itu!"
"Tutup mulut lancangmu!! Seumur hidup aku tak pernah punya pikiran kotor sepertimu! Lebih baik, kau menyerah untuk kubawa ke hadapan Kaisar!!"
"O ya" Apakah dalam keadaan seperti itu kau mampu melakukannya" Sekali lagi kuingatkan, Hatsuko Kuichi mampus di tanganku! Apakah kau... hhh!! Mengapa harus berlama-lama lagi" Kukirim kau ke neraka sekarang juga!!"Tangan kanannya yang mcmegang samurai, kembai digerakkan dengan cara mcmutar lurus ke depan. Hawa dingin berkebyar lagi di tempat itu.
Hiedha Ogawa menahan napas melihatnya.
"Tak kusangka kalau dia telah maju pesat dalam ilmu bela diri! Huh! Sudah tentu dia membekali diri dengan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengadakan pemberontakan! Jahanam! Dia telah membunuh sensei Hatsuko Kuichi! Apa pun yang terjadi, aku tak akan mundur sejengkal pun juga!!" Segera dialirkan tenaga daiam pada tangan kanannya yang masih memegang samurai. Bersamaan dengan tubuh Nomuro Shasuke yang meluncur ke arahnya, Hiedha Ogawa segera memutar samurainya pula.
"Hiedha-san! Terimalah kematianmu!!" Namun sebelum benturan terjadi, yang dapat dipastikan akan memutus nyawa Hiedha Ogawa saat itu juga, mendadak terdengar suara keras, "Nomuro-san! Mengapa kau tak mengajakku untuk menikmati kesenangan ini, hah"!" Nomuro Shasuke langsung hentikan gerakannya.
Dan bukan hanya dia yang tolehkan kepalanya ke kanan, Hiedha Ogawa yang kini sudah berdiri pun paling-kan kepalanya.
Dilihatnya seorang perempuan jelita mengenakan pakaian merah menyala melangkah genit sambil goyangkan pinggulnya ke arah Nomuro Shasuke.
Bibirnya yang memerah mengembangkan senyum. Tangan kanannya melambai-lambai hingga payudaranya yang besar bergerak. Di kening perempuan itu terdapat sebuah permata yang pancarkan warna biru!

*****

Melihat siapa yang datang, lelaki berahang persegi itu terbahak-bahak lebar.
"Dewi Permata Biru... rupanya kau menyusulku, hah"!"Perempuan yang baru muncul dan tak lain memang Dewi Permata Biru adanya terkikik genit. Langsung merangkul Nomuro Shasuke dan mengecupnya.
"Kau membuatku cemas, Nomuro-san.. ." Nomuro Shasuke cuma perlihatkan seringaian. Dia ajukan tanya begitu melihat ada bekas darah di bibir kiri Dewi Permata Biru, "Apa yang terjadi?" Dewi Permata Biru yang baru saja dikalahkan oleh ninja bernama Akiko Arashi cuma tersenyum.
"Hanya masalah kecil dan aku bisa mengatasinya."
"Bagus!"
"Sekarang... apakah kau tidak bermaks ud membagi kesenangan denganku untuk membunuh manusia satu ini?" kata Dewi Permata Biru manja.
Sementara Nomuro Shasuke terbahak-bahak, tempatnya Hiedha Ogawa membatin resah, "Celaka Rupanya perempuan inilah yang berjuluk Dewi Perma ta Biru, perempuan yang menjadi kambrat sekaligus pelindung manusia celaka ini! Hhh! Keadaan sungguh berbahaya sekarang!!" Saat itu Nomuro Shasuke sedang menjawab, "Kau tak perlu merepotkan dirimu, Dewi.
Menghadapi manusia satu ini semudah membalikkan telapak tanganku."
"Kau benar! Temannya yang bernama Mishima Nobu pun telah kubuat pontang-panting! Hanya sayang. ,' kali ini Dewi Permata Biru berbisik, "Seorang ninja telah menggagalkan rencanaku membunuhnya...." Kendati agak terkejut mendengar ucapan percm puan di sebelah kanannya, Nomuro Shasuke terbahak bahak. Sekarang dia memainkan peranan yang sangat penting. Lalu berkata, "Jadi kau telah membunuh Mishima Nobu. Aha! Terima kasih, terima kasih! Jadi urusanku tidak terlalu sulit sekarang!! Tetapi ya memang tidak; terlalu sulit kendati ketiga orang utusan Kaisar keparat itu bersatu untuk menghadapiku!" Dewi Permata Biru yang berotak licik paham maksud Nomuro Shasuke berkata demikian. Dengan kata lain, dia bermaksud mengobrak-abrik perasaan Hiedha Ogawa.
Makanya dia berkata, "Sangat kupahami sekali soal ilu. Tetapi, bukankah aku cukup membantumu dalam hal ini" Nomuro-san... kupikir memang tak terlampau sulh menghadapi manusia seperti Mishima! Terlebih lagi, lelaki di hadapanmu itu!!"
"Dan kau bisa melihatnya sendiri bukan, kalau lelaki itu sudah tak berdaya"!"
"Ya! Kirim dia ke neraka agar bersatu dengan temannya yang bernama Mishima Nobu! Setelah itu... tinggal mencari yang bernama Ayothomori! Dan kupikir ilu bukanlah soa! yang terlalu sulit!" Di seberang, Hiedha Ogawa yang perlahan-lahan mulai termakan oleh ucapan-ucapan keduanya, bukan merasa jeri kendati dia sempat tegang tadi.
"Mishima Nobu telah tewas di tangan perempuan celaka itu. Jahanam! Seperti apa pun kekuatan mereka berdua, aku tak peduli lagi!!" Berpikir demikian, lelaki berkumis tipis ini keluarkan bentakan keras, "Mengapa kalian hanya berdiam sekarang, hah"! Apakah sesungguhnya kalian sudah tak punya nyali lagi"!" Kedua orang itu sama-sama arahkan pandangan pada Hiedha Ogawa. Lalu sambil berpandangan keduanya terlawa.
"Nomuro-san... apakah kau masih mau berlama-lama untuk membunuhnya"!"
"Tadi aku memang ingin mempermainkannya dulu Ingin kupotong setiap anggota tubuhnya satu persatu.
Tetapi sekarang... setelah kedatanganmu, sudah tentu aku tak mau membuang waktu lagi...." Lalu dengan gemasnya, tangan kiri Nomuro Shas u, ke meremas payudara Dewi Permata Biru yang langsung jatuhkan kepalanya di bahu lelaki bengis itu.
Di tempatnya, Hiedha Ogawa menggeram jengkel.
"Terkutuk!!" makinya seraya mencelat ke depan Dengan masih pergunakan jurus 'Menjerat Matahari', lelaki berkumis tipis ini mengayunkan samurainya ke arah Nomuro Shasuke.
Angin tebasan dari samurai yang dilakukan olehj Hiedha Ogawa keluarkan suara angin yang keras, disusul dengan hawa panas yang menyentak.
Memang itulah yang ditunggu oleh Nomuro Shasuke.
Kemarahan yang telah merajai diri Hiedha Ogawa dapat menjatuhkannya sendiri.
Sementara Dewi Permata Biru melompat ke kanan, Nomuro Shasuke geser kakinya dua tindak ke samping kiri. Bersamaan dengan itu, diayunkan samurainya dari atas ke bawah. Terkesiap Hiedha Ogawa menyadari kalau lawani lakukan satu gerak tipu yang hebat. Karena ayunan samurai Nomuro Shasuke jelas hanya coba pancing dirinya belaka. Bila Hiedha menangkisnya, maka ayunan pedang itu akan mengarah pada kepalanya.
Makanya Hiedha langsung melompat ke belakang, disusul dengan tebasan ke arah kaki. Ganti Nomuro yang terkesiap.
"Keparat!!" makinya geram seraya menurunkan samurainya.
Traaangg!! Benturan dua samurai itu menimbulkan percikan api. Hiedha Ogawa yang mendengar berita mengenaskan tentang Mishima Nobu, tak mau hentikan serangannya.
Dengan kalap dia terus mencecar Nomuro Shasuke.
Kekalapan Hiedha Ogawa memancing tawa dan ejekan lelaki berahang persegi itu. Dia justru hanya menghindar saja.
"Mengapa kau jadi ganas seperti ini" Tadi sudah kukatakan, lebih baik berseppuku ketimbang kuacak-acak seluruh anggota tubuhmu!!"
"Tutup mulutmu!!" geram Hiedha keras. Terus dia mencecar ganas ke arah Nomuro Shasuke. Dan semakin lama serangannya semakin kacau balau. Dia sudah tidak lagi mengikuti jurus-jurus yang dipelajarinya kecuali mengayunkan samurainya.
Puas memainkan Hiedha Ogawa, mendadak Nomuro Shasuke membuang tubuh ke samping kanan. Bersamaan dengan samurai Hiedha mengejarnya, tangan kanannya yang memegang samurai diputar. Seketika nampak awan hitam yang meletup-letup.
Terkejut Hiedha Ogawa menyadari kalau lawan kembaii pada pormasi serangannya. Dia cepat melompat ke belakang. Namun Nomuro Shasuke yang tak mau main-main lagi, memburu dengan samurai menusuk ke depan.
Trang! Hiedha berhasil menangkis tusukan samurai lawan.
Namun kaki kanan lawan tak bisa dihindari lagi.
Menghantam telak pipi kanannya hingga tubuhnya langsung terbanting keras di atas tanah. Menyusul Nomuro Shasuke sudah melompat dengan ujung samurai ke arah leher Hiedha Ogawa yang memekik tertahan.
Namun sebelum ujung samurai itu mengirim nyawanya ke akhirat, mendadak saja sesuatu menabrak samurai Nomuro. Tabrakan itu sangat keras. Karena tusukan samurai Nomuro Shasuke bukan hanya melenceng dari sasarannya, tetapi juga terayun ke samping. Bila saja dia tidak cepat menahannya, tak mustahil samurai itu akan terlepas dari tangannya.
"Setan laknat!!" makinya gusar. Dan kegusarannya itu makin menjadi-jadi tatkala melihat benda apa yang tadi menabrak samurainya.
Sebuah tulang ayam!! Belum lagi mengetahui siapa orang yang halangi ni-atnya, mendadak terdengar suara bernada jengkel, "Kutu busuk! Kura-kura bau! Kenapa sih kalian tidak bisa berhenti bertarung" Paling tidak, istirahat dulu deh! Jadinya aku kan tidak tergesa-gesa menghabiskan ayam bakar ini!!"

***

↕₪↕ ┌ 8 ┐ ↕₪↕

Kita tinggalkan dulu apa yang akan terjadi pada Hiedha Ogawa. Sekarang kita ikuti langkah Dedemit Tapak Akhirat. Setelah siuman dari pingsannya, lelaki bertampang tengkorak ini duduk berlutut. Untuk beberapa saat dia tak keluarkan suara, hanya berusaha untuk mengatur napasnya saja. Setelah dirasakan keadaannya mulai membaik, lelaki kejam guru dari Dua Iblis Lorong Maut ini menggeram dingin. Kedua tangan kurusnya dikepalkan kuat-kuat.
Menyusul makiannya yang keras, "Jahanam terkutuk!! Siapa orang yang telah menolong Pendekar Slebor"! Keparat sial! Jahanam sial!! Padahal nyawa pemuda celaka itu sudah berada di tanganku!! Peduli setan kuburan! Dia harus mampus di tanganku! Harus mam?pus!!" Lalu dengan paras yang makin memerah tanda geram sementara kedua matanya yang bercahaya kelabu makin pancarkan kepekatannya, lelaki tua berpakaian hitam terbuka di bagian dada hingga perlihatkan tonjolan tulang belulangnya, bangkit perlahan-lahan. Sosoknya agak membungkuk. Rambutnya panjang tidak beraturan.
Sesaat lelaki kejam ini perhatikan sekelilingnya yang telah disaput kegelapan malam. Dia tak segera meninggalkan tempat itu, karena masih coba memikirkan siapa yang telah menolong Pendekar Slebor.
"Serangan yang dilakukan orang sialan itu sungguh hebat. Dia bukan hanya mampu menahan setiap serangan yang hendak ku lakukan, tetapi juga melemparkan tubuhku dengan kekuatan yang luar biasa. Jahanam terkutuk! Apakah orang itu...." Mendadak saja Dedemit Tapak Akhirat memutus kata-katanya sendiri. Cahaya kelabu yang keluar dari sepasang matanya yang menjorok ke dalam, semakin tampakkan kepekatannya.
Lamat-lamat terdengar ucapannya laksana desisan ular belaka, "Jahanam sial!! Jangan-jangan... orang itu adalah Saptacakra" Manusia keparat yang telah menolak cinta kasih kakak seperguruanku hingga dia harus mati! Bahkan setelah mati pun dia muncul kembaii dalam bentuk kutukan! Kutukan yang dilakukannya sendiri! Setan alas!! Bila saja kusadari orang itu adalah Saptacakra, akan kuterjang dia habis-habisan!!" Kembali lelaki ini hentikan ucapannya. Dadanya yang kurus dan dipenuhi tonjolan tulang nampak turun naik dengan napas yang agak memburu. Kepalan kedua tangannya semakin kuat.
Mendadak saja dia tepukkan kedua tangannya yang seketika terdengar suara laksana salakan petir mengamuk.
Menyusul satu gelombang angin menderu disertai percikan sinar merah, mengarah pada dua buah pohon di hadapannya. Wusss!! Blaaammm!! Secara bersamaan gelombang angin tadi menghantam dua buah pohon sekaligus. Menyusul sama-sama tumbang dengan timbulkan suara bergemuruh.
Ranggasan semak dan tanah yang tertindih kedua pohon itu, langsung rengkah dan membuyar ke udara.
Saat itulah, sosok lelaki berpakaian hitam-hitam ini sudah berkelebat meninggalkan tempat itu. Dirinya makin dirasuk dengan scgala dendam membara.
Keadaan ini ingin segera diatasinya dengan cara membunuh Pendekar Slebor.
Cukup lama Dedemit Tapak Akhirat berkelebat tanpa sekali pun berhenti. Di sebuah persimpangan yang dipenuhi rerumputan, lelaki ini baru hentikan kelebatannya. Itu pun disebabkan karena pendengarannya yang tajam menangkap suara gerakan dari sebelah kanan.
"Menilik gerakan ini, nampaknya ada dua orang. Dan rupanya keduanya berlari sambil bercakap-cakap. Dari suara-suara yang kutangkap, mereka terdiri dari satu orang lelaki dan satu orang perempuan. Hmmm... siapa mereka?" Memutuskan untuk menunggu, Dedemit Tapak Akhirat berdiri tegak di tempatnya dengan kedudukan lurus ke samping kanan. Sepasang matanya kian pancarkan cahaya kelabu pekat yang semakin membuat sosoknya begitu mengerikan.
Suara gerakan orang dan suara bercakap-cakap itu semakin keras terdengar.
"Widarti! Bagaimana dengan luka di kakimu"!" terdengar suara itu.
"Sudah lumayan! Tidak terlalu sakit lagi saat kubawa berlari! Dan tak kusangka kau pandai membuat ramu-ramuan dari berbagai dedaunan hingga lukaku cepat mengering dan sembuh!"
"Ah! Itu juga disebabkan karena kau dapat menahan aliran darahmu dengan tenaga dalam yang kau miliki!!"
"Scjak pertama berjumpa... kau selalu merendah! Kau telah kuajak mencari Pendekar Slebor, maka apapun yang akan terjadi, kita harus sama-sama menghadapinya!!" Suara-suara yang semakin lama makin keras didengar Dedemit Tapak Akhirat itu, makin mcndekat.
Sementara lelaki berparas tengkorak ini diam-diam kerutkan keningnya.
"Pendekar Slebor" Kedua orang itu juga mencari Pendekar Slebor" Hmmm... apakah mereka mencari karena ingin membunuhnya juga, ataukah...." Kata batin Dedemit Tapak Akhirat terputus, karena dua sosok tubuh telah berdiri di hadapannya. Sesaat terjadi saling pandang tanpa ada yang buka mulut. Kejap kemudian terlihat kedua orang yang baru muncul itu saling pandang satu sama lain. Keheningan itu dipecahkan oleh Dedemit Tapak Akhirat dengan tawanya yang keras. Menyusul kata katanya, "Aku tak ingin banyak tanya lagi! Katakan padaku, di mana Pendekar Slebor berada"!!" Kembai kedua orang itu saling pandang. Nampak wajah tampan dari pemuda berpakaian putih-putih yang berkulit agak hitam, agak menyipit. Saat diarahkan pandangannya lagi ke depan, hanya sekali lihat saja pemuda yang tak lain Indrajit adanya ini tahu kalau lelaki tua di hadapannya bukan orang baik-baik.
Sementara itu gadis yang berdiri di sebelah kanan, yang di rambutnya terdapat untaian bunga melati membatin, "Orang ini mencari Pendekar Slebor. Dari nada pertanyaannya yang begitu kasar dan menyentak, jelas dia punya urusan tinggi dengan Pendekar Slebor. Ah, sampai saat ini aku belum juga berjumpa dengan pemuda dari Lembah Kutukan itu. Tetapi sekarang... rasa-rasanya tak mudah untuk berlalu dari hadapan lelaki bertampang mengerikan ini...." Karena tak ada yang segera buka mulut, Dedemit Tapak Akhirat kembaii keluarkan bentakan, "Jawab pertanyaanku!! Jangan sampai kalian menyesali akibatnya!!" Indrajit yang memang agak panasan segera berucap, "Orang tua!! Sungguh mengherankan dalam usia yang sudah senja itu kau tak memiliki sopan santun! Apakah pertanyaan yang kau ajukan dengan cara kurang ajar seperti itu, dapat membuat kami segera menjawab"!" Seketika mengkelap wajah Dedemit Tapak Akhirat.
Tetapi sebelum dia membuka mulut, Indrajit sudah berkata lagi, "Pertanyaan yang kau lontarkan kurang tepat bila ditujukan kepada kami! Karena kami tak mengenai orang yang kau cari!!"
"Hhh!! Hendak bermain api rupanya denganku!! Kalian boleh mengingat siapa aku!! Dedemit Tapak Akhirat!!" Sementara Indrajit hanya arahkan pandangannya tanpa kedip seolah julukan yang barusan didengarnya sama sekali tak membawa arti apa-apa, Widarti diam-di-am membatin, "Dedemit Tapak Akhirat... sebuah julukan yang sangat mengerikan sekali. Nampaknya bila tidak segera dijawab, urusan akan kapiran!!" Berpikir demikian, dengan menindih kemangkelan nya murid mendiang Pendekar Bayangan ini segera buka mulut, "Orang tua... apa yang dikalakan temanku ini memang benar! Kami sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan yang kau ajukan"!" Dedemit Tapak Akhirat hanya kertakkan rahangnya.
Lalu terdengar suaranya, "Berarti... kalian harus mampus!!" Sebelum Widarti buka mulut, Indrajit sudah membentak, "Jangan bicara sembarangan!!"
"Anak muda... kalian berdusta di hadapanku! Kudengar tadi kalian hendak mencari Pendekar Slebor! Apakah sekarang kalian hendak tutupi bahwa kalian tahu di mana Pendekar Slebor"!"
"Orang tua dungu! Kau bilang sendiri tadi kalau kami sedang mencarinya! Apakah kalau kami sedang mencari maka kami tahu di mana orang yang kami cari seperti yang kau duga"! Sungguh otak bebal yang kau perlihatkan!!" Mendengar ucapan itu, Dedemit Tapak Akhirat meradang gusar. Sementara Widarti mengcluh, "Bila Indrajit terus menerus bersikap seperti itu, urusan jadi berabe! Apalagi...." Kata hati gadis manis ini terputus tatkala terdengar bentakan Dedemit Tapak Akhirat, "Kuhentikan napas kalian hari ini!!" Habis bentakan nya, mendadak saja lelaki kejam ini mendorong kedua tangannya ke depan. Dua gelombang angin dahsyat serta-merta menderu.
Widarti berseru keras sambil mendorong tubuh Indrajit, "Menghindar!!" Bersamaan tubuh masing-masing orang bergulingan ke samping kanan dan kiri, dua gelombang angin itu menghantam tanah yang tadi mereka pijak. Seketika terdengar letupan yang keras disusul dengan terbongkar-nya tanah ke udara.
Dedemit Tapak Akhirat hanya perdengarkan tawanya, sementara Widarti yang telah kembaii tegak berdiri segera melotot pada Indrajit. Indrajit sendiri kelihatan hendak balas melotot, tetapi buru-buru diarahkan pandangannya pada Dedemit Tapak Akhirat.
Disadarinya kecerobohan yang telah dilakukan hingga memancing amarah lelaki berparas tengkorak itu.
Tetapi apa mau dikata, karena Dedemit Tapak Akhirat sudah lakukan serangan kembai . Lagi-lagi keduanya segera berjumpalitan dan bergulingan guna hindari serangan yang terus menerus menderu ganas. Terbahakbahak Dedemit Tapak Akhirat yang terus lakukan serangannya tanpa bergeser dari tempatnya berpijak.
Lelaki kejam ini seolah mendapatkan satu kesenangan lain setelah keinginannya membunuh Pendekar Slebor digagalkan seseorang. Masih terus terbahak-bahak dia lancarkan serangannya. Widarti sendiri memang masih dapat hindari setiap serangan itu. Namun disadarinya betu! apa yang akan terjadi dengan Indrajit. Nampak sekali pemuda gagah berkulit agak hitam itu mulai kepayahan untuk hindari setiap serangan.
Berulang kali dia memckik tertahan Bahkan satu kelika, wajah nya tertampar oleh muncratan tanah. Kendati masih sempat tutup matanya hingga tidak kemasukan tanah, namun akibat dorongan keras tanah itu tubuhnya terpental ke belakang.
"Indrajit!!" seru Widarti keras sambil berusaha mendekati pemuda nelayan itu.
Namun yang dilakukannya jelas tidak mudah. Karena masih terbahak-bahak, Dedemit Tapak Akhirat arahkan serangannya pada Widarti.
Kendati bersusah payah untuk hindari serangan itu, namun Widarti Cukup bisa bernapas lega. Karena kini serangan tak lagi mengarah pada Indrajit.
Lalu dengan gerak yang cepat dipergunakan jurus menghindar 'Menutup BayangBayang'. Saat itu pula kelebatan tubuhnya seolah berubah jadi bayangan belaka.
Sesaat Dedemit Tapak Akhirat nampak kerutkan keningnya sambil lancarkan serangan. Dan mendadak saja dia berseru, "Setan alas! Anak gadis! Ada hubungan apa kau dengan Pendekar Bayangan, hah"!!" Widarti yang masih menghindar dan sedang cari kesempatan untuk balas menyerang berseru, "Mengapa kau tanyakan hal itu, hah"!"
"Keparat!! Jawab!!"
"Aku adalah muridnya! Nah! Cepat kau berlutut untuk memohon ampun!!" Dari kegusarannya tadi, Dedemit Tapak Akhirat terbahak-bahak kembai .
"Rupanya Dewi Permata Biru salah besar! Dia memang telah membunuh Pendekar Bayangan, tetapi muridnya bisa menjadi duri! Bagus! Kali ini aku yang akan membereskan orang yang ada hubungannya dengan Pendekar Bayangan!!" Sementara itu mendengar julukan Dewi Permata Biru disebutkan, Widarti hentikan gerakannya karena serangan Dedemit Tapak Akhirat sendiri terhenti.
Dengan keras dia bersuara lantang, "Dedemit Tapak Akhirat! Katakan padaku, di mana Dewi Permata Biru berada"!!"
"Luar biasa! Rupanya kau muncul memang hendak membalas kematian gurumu pada Dewi Permata Biru!! Tak perlu bersusah payah, karena aku akan mengirimmu ke neraka!!" Widarti mendengus gusar. Dan dipergunakan kesempatan itu untuk lancarkan serangan yang disambut Dedemit Tapak Akhirat dengan tawanya.
Untuk sesaat Widarti memang berhasil hindari se?rangan lawan. Namun lama kelamaan, tenaganya pun mulai terkuras. Wajahnya kini sudah dipenuhi keringat.
Berulang kali dia keluarkan seruan terkejut.
Kedudukannya semakin kacau balau tatkala Dedemit Tapak Akhirat lancarkan serangannya sambil melesat ke depan. Dua jotosan segera dilepaskan.
Memekik keras Widarti berusaha hindari dua jotosan lawan setelah berhasil hindari gelombang angin yan mengarah padanya. Tetapi satu tendangan yang dilakukan Dedemit Tapak Akhirat menghantam telak kakinya hingga saat itu pun dia terhempas ke bumi.
Makin merasa mendapatkan kesenangan, Dedemi Tapak Akhirat terus terbahak-bahak Sementara itu diam-diam Indrajit meloloskan parang besarnya. Lalu dengan sekuat tenaga dilemparkannya.
Namun masih tertawa, Dedemit Tapak Akhirat hanya dorong tangan kirinya tanpa tolehkan kepala.
Praaakkk!! Parang besar itu langsung patah menjadi tiga bagian begitu terkena sambaran angin yang dilepaskannya. Dua bagian jatuh ke tanah sementara yang sebuah lagi melunc ur deras ke arah Indrajit.
VVuuttt!! "Okkhhh!!" Cepat Indrajit melompat ke samping kanan. Namun bahu kirinya pun harus tersambar potongan parangnya sendiri.
"Akkkhhh!!" Seketika darah merembas keluar yang buru-buru di-tekapnya dengan agak sempoyongan. Nampaknya Dedemit Tapak Akhirat sengaja membiarkan Indrajit menderita seperti itu. Karena dia tak teruskan serangannya.
Justru dia berkata pada Widarti, "Sungguh menyenangkan mempunyai teman-teman bermain seperti kalian! Tetapi sayang, aku sudah bosan untuk bermain-main lebih lama! Dewi Permata Biru memang perempuan bodoh! Dia tidak tahu kalau ada duri yang bisa menusuknya!!" Widarti yang masih megap-megap berseru gusar, "Orang tua celaka!! Apa pun yang terjadi hari ini aku tidak peduli! Tetapi satu hal yang terpenting, kita tak punya silang sengketa sebelumnya!!"
"Benar sekali! Makanya itu kuciptakan!!"
"Orang tua celaka!!" ben tak Widarti keras dan ser?ta-merta mencelat ke depan dengan kedua tangan dido-rong. Angin deras mendahului lesatan tubuhnya.
Tetapi dengan mudah serangan yang dilanearkan gadis jelita ini diputuskan oleh Dedemit Tapak Akhirat.
Hanya dengan geser kaki kanannya sedikit, lalu menggerakkan kedua tangannya, tangan kanan kiri Widarti berhasil ditangkapnya.
Dengan gerakan cepat dipuntirnya. Widarti yang tak ingin kedua tangannya patah, mau tak mau harus mengikuti gerakan puntiran itu sendiri. Di saat itulah kaki kanan Dedemit Tapak Akhirat menyepak kedua kaki nya, hingga dia terbanting ke tanah dengan kedua tangan yang masih dipegang erat.
"Sangat menyenangkan permainan ini!!"
"Manusia terkutuk!! Lepaskan dia!! Bila kau punya nyali hadapi aku!!" membentakIndrajit sambil menekap bahu kirinya. Tangan kanannya yang menekap itu telah dibanjiri warna merah. Sesekali nampak dia meringis kesakitan.
Dedemit Tapak Akhirat hanya terbahak-bahak. Dan secara tiba-tiba digerakkan tangan kanannya. Wusss!! Indrajit yang memang bersiaga berhasil hindari gelombang angin dahsyat itu. Namun tatkala gelombang angin yang ketiga menyusul kembai , kali ini dia hanya bisa terpaku di atas tanah tanpa dapat berbuat apaapa. Widarti yang kedua tangannya masih dipegang erat oleh Dedemit Tapak Akhirat berseru, "Indraji i ttt! Menghindar! Menghindar, Indraji ltt!!" Tetapi Indrajit nampak masih terpaku di tempatnyl dengan sepasang mata terbeliak lebar. Bias-bias matahari pun mulai nampak di ufuk timur.

***

↕₪↕ ┌ 9 ┐ ↕₪↕

Kembali ke hutan kecil yang dipenuhi jajaran pepohonan, masing-masing orang segera tolehkan kepalanya. Mereka melihat satu sosok tubuh berpakaian hijau pupus dengan sehelai kain bercorak catur melilit di leher, sudah berdiri berjarak sepuluh langkah.
Hiedha Ogawa yang tadi sempat deg-degan, keluarkan suara gembira, "Andika-san!!" Orang yang tadi halangi serangan Nomuro Shasuke dan bersuara jengkel, cuma mengangkat sepasang alis hitamnya yang seperti kepakan sayap elang. Mulutnya nampak sibuk menghabiskan ayam bakar yang dipegangnya. Bahkan dengan enaknya, pemuda dari Lembah Kutukan ini terus menggarot ayam bakarnya.
Terdengar suara keras Nomuro Shasuke, "Hhhh! Pendekar Slebor!! Bagus kau munc ul di sini!! Biar urusanku langsung selesai!!" Bukannya sahuti ucapan orang, Andika c uma mengangkat kepalanya sementara mulutnya menguyah.
Setelah menelan potongan daging ayam yang dimakannya, baru dia berkata, "Urusan langsung selesai"! Huh! Urusan apa" Bilang saja kau mau minta ayam bakarku ini!! Oho... tidak! Nanti dulu! Kalau kau mau cium pantatku baru kukasih!!" Lalu tanpa hiraukan wajah Nomuro Shasuke yang memerah, dengan enaknya dia kembai menggarot ayam bakar itu.
Dewi Permata Biru merandek dingin seraya maju dua langkah ke muka.
"Nomurosan... Bunuh Hiedha Ogawa sekarang juga! Biar pemuda slebor ini kuhadapi!!" Andika langsung arahkan pandangan pada Dewi Permata Biru. Seperti baru menyadari ada orang lain di sana dia berkata, "Lho, Iho" Orang rupanya" Kupikir makhluk halus!! Apakah... eh! Kulihat kau terluka dalam, Dewi! Kenapa" Kejedot pintu dadamu"! Makanya, punya dada itu jangan terlalu besar!!" Terdengar suara rahang dikertakkan.
"Kendati aku terluka dalam... aku masih bisa membunuhmu, Pendekar Slebor!!" Sambil menggigit ayam bakarnya Andika menyahut, "Bagaimana dengan ninja yang mengalahkanmu" Kupikir kau seorang perempuan yang hebat! Tidak tahunya bisa dikalahkan oleh ninja itu! Nah, bagaimana kau bisa mengalahkan aku?" Sesaat Dewi Permata Biru terkejut juga mendengar kata-kata Andika. Diam-diam dia berkata dalam hati, "Memang hebat dia tahu kalau aku sedang terluka dalam.
Tetapi bagaimana dia bisa tahu kalau aku dikalahkan oleh seorang ninja"!" Selagi Dewi Permata Biru membatin, Andika berkata, "Nampaknya kau kok keheranan sih" Heran aku tahu kalau kau terluka dalam" Ya jelas saja aku tahu! Kan aku ini pemuda yang tak terkalahkan di segenap penjuru dunia. Belum lama aku berjumpa dengan Mishima Nobu dan mengatakan semuanya, kok!!"
"Andika-san!" terdengar suara Hiedha Ogawa he-ran.
"Apa maksudmu kau bertemu dengan Mishima-san?"
"Wah! Kau ini kenapa" Kebanyakan makan tempe bacem?"
"Mereka mengatakan... Mishima Nobu sudah mati!!" sahut Hiedha Ogawa tak pedulikan selorohan Andika.
"Busyet!! Bagaimana bisa.... Eh, sebentar! Tanggung nih!!" lalu dengan enaknya dia menghabisi sisa-sisa dagmg ayam bakar. Lalu dengan tangan kirinya diusap mulutnya dengan kain bercorak catur. Kejap berikutnya, sambil melanjutkan katakata pada Hiedha Ogawa, dengan sikap seperti membuang, Andika melempar potonganpotongan tulang ayam pada Nomuro Shasuke, "Kau kena dikelabui olehnya! Mishima Nobu masih dalam keadaan segar bugar!!"Sementara itu lemparan tulang-tulang ayam yang dilakukan oleh Andika ke arah Nomuro Shasuke, bukanlah lemparan pada umumnya. Lima buah tulang ayam itu melunc ur deras ke arah Nomuro Shasuke yang segera menggerakkan samurainya.
Trak! Trak! Trak!! Tiga kali terdengar suara cukup keras saat samurainya menghantam kclima tulang ayam itu yang menjadi potongan kecil. Dan seperti tak tahu apa yang dilakukan oleh Nomuro Shasuke, Pendekar Slebor berkata, "Hiedha-san! Seperti janjiku padamu, biar kutangkap pembunuh celaka yang juga telah membunuh seorang kakek dan memperkosa cucunya!!" Lagi dengan santainya dia mengusap mulut dengan kain bercorak catur, bersamaan terdengar bentakan Nomuro Shasuke, "Sejak lama aku ingin merasakan kehebatan Pendekar Slebor!!"
"Wah! Kau pasli terkejut! Ngomong-ngomong... apakah kau ingin makan tempura (udang goreng) dan sashimi (irisan ikan mentah) sebelum mampus"!"
"Tutup mulutmu!!" menggeram Nomuro Shasuke.
Namun sebelum dia lancarkan serangan, Dewi Permata Biru sudah menerjang di ringi teriakan keras, "Nomuro-san! Biar pemuda ini bagianku!!" Menyusul melabraknya dua gelombang angin warna biru ke arah Pendekar Slebor yang cuma geleng-gelengkan kepala. Begitu dua gelombang angin tadi mendekat, Andika segera angkat kedua tangannya.
Pukulan yang mengandung tenaga 'Inti Petir' tingkat kesepuluh sudah memupus gelombang angin tadi. Namun pemuda dari Lembah Kutukan ini harus segera melompat karena Dewi Permata Biru sudah meluruk ke depan dengan tendangan berputar.
Saat hindari serangan lawan, Andika berseru, "Dewi! Kau telah terluka dalam! Pantang bagiku untuk menghadapi orang yang terluka dalam! Apalagi... ya kau cuma seorang perempuan yang seharusnya mencuci pakaianku di sungai!!" Mendengar ejekan Pendekar Slebor, perempuan berpakaian merah ini bertambah kalap. Mendadak kembali didorong kedua tangannya. Menghampar kembali angin biru yang hebat dan kali ini mengandung hawa panas yang tinggi. Belum lagi labrakan itu mengenai sasarannya, mendadak saja satu sinar biru yang juga mengandung hawa panas meiesat dari permata di keningnya.
Kali ini Andika tak bermaksud untuk memapaki.
Dengan andalkan ilmu peringan tubuhnya yang kesohor, pemuda urakan ini membuang tubuh ke kanan.
Blaarrrr!! Letupan keras terdengar. Ranggasan semak belukar yang terkena angin biru, langsung pecah berantakan hingga akarnya. Tidak hanya sampai di sana saja yang terjadi, karena sinar biru yang terpancar dari permata di kening si perempuan, menghantam sebuah pohon yang langsung bolong keluarkan asap. Menyusul pohon itu bergetar dengan gugurkan dedaunannya. Kejap berikutnya ambruk menggemuruh.
Sementara itu, Nomuro Shasuke tak mau membuang waktu lagi. Dia kembai teruskan serangannya pada Hiedha Ogawa. Hiedha sendiri berusaha keras untuk imuangi setiap serangan ganas yang dilakukan oleh Nomuro. Kalau setiap kali serangan yang dilancarkan Dewi Permata Biru pada Pendekar Slebor mengandung hawa panas menggidikkan, serangan Nomuro Shasuke pada Hiedha Ogawa justru mengandung hawa dingin.
Hingga saat itu pula, hutan yang mulai dirambati sinar matahari pagi seolah dibuncah oleh hawa panas dan dingin yang saling tindih.
Sementara itu Dewi Permata Biru terus gerakkan kedua tangannya berulang kali, menyusul sinar biru yang mengandung hawa panas terus mencelat dari permata di keningnya.
Andika memaki-maki tak karuan sambil terus hindari serangan yang ganas itu.
"Hmmm... akan kupancing dia...." Memutuskan demikian, mendadak saja Andika mencelat ke depan seolah menyongsong serangan yan dilancarkan oleh Dewi Permata Biru. Sudah tentu perbuatannya memancing nafsu Dewi Permata Biru untuk terus menyerang. Akan tetapi, tiba-tiba saja Andika memutar tubuh hingga serangan yang dilancarkan lawan lolos begitu saja.
Saat berputar itu tubuhnya melewati sosok Dewi Permata Biru. Kejap itu pula tangannya yang telah di-alirkan tenaga 'Inti Petir' tingkat kelima menghantam telak dada si perempuan.
Terdengar suara laksana salakan petir yang kuat.
Melengak perempuan ini laksana terhantam petir.
Tubuhnya agak limbung dengan napas terengah-engah.
Sejenak dia berusaha untuk kuasai keseimbangannya.
Saat berhasil dilakukan, justru keningnya yang nampak berkerut.
"Aneh! Pukulan yang dilakukan pemuda ini, sama dengan pukulan yang dilakukan ninja yang menyerangku! Sama-sama seperti mengandung kekuatan listrik yang kuduga tentunya mengandung tenaga petir! Apakah sesungguhnya pemuda ini ada hubungannya dengan ninja itu" Atau jangan-jangan... mereka satu perguruan" Pemuda ini yang pernah belajar ke Jepang, atau ninja keparat itu yang pernah belajar ke tanah Jawa?" Sementara itu Andika yang telah berdiri kembali di atas tanah berkata, "Nan! Apa kubilang" Mengalahkanmu sangat mudah, kan" Sudah deh... lebih baik kau menyingkir dari sini! Apa yang ada ini bukanlah urusanmu!" Dewi Permata Biru segera putar tubuhnya dengan wajah mengkelap.
"Jangan sesumbar! Aku akan mengadu jiwa denganmu!!" maki Dewi Permata Biru sambil alirkan tenaga dalamnya, terutama pada punggungnya yang terasa ngilu.
"Wah! Benar-benar keras kepala ya" T adi kan kubilang, aku tidak mau menghadapi orang yang telah...."
"Tutup mulutmu!!" putus Dewi Permata Biru.
Menyusul dia segera lancarkan serangan lagi.
"Kutu monyet!" maki Andika dalam hati.
"Perempuan ini harus diberi pelajaran!!" Sambil menghindari serangan itu dia berseru, "Ayo, kau minggat dari sini! Nanti kubikin benjol kepalamu ya"!" Akan tetapi sudah tentu Dewi Permata Biru tak mau melakukannya, apalagi dilihatnya saat ini bagaimana Nomuro Shasuke sedang mengurung Hiedha Ogawa dengan serangan samurainya. Awan-awan kecil berwarna hitam yang keluar setiap kali samurainya digerakkan, bukan hanya meletup-letup, tetapi juga halangi pandangan Hiedha Ogawa.
Andika yang juga melihat bagaimana lelaki berkumis tipis itu sedang terdesak, akhirnya memutuskan untuk memberi pelajaran pada Dewi Permata Biru. Di saat perempuan berpakaian merah menyala ini lancarkan semrangannya, mendadak saja Andika melompat ke samping kanan. Lalu meluruk dengan tangan kanan yang telah dialirkan tenaga 'Inti Petir' tingkat keempat.
Pemuda yang memiliki hati lembut ini tak mengarahkan serangannya pada dada maupun perut Dewi Permata Biru, padahal itu dapat dilakukannya dengan mudah. Serangannya justru diarahkan pada tangan kanan Dewi Permata Biru.
Terhenyak mendapati serangan itu, Dewi Permata Biru berusaha memapaki dengan tangan kirinya. Hanya dengan memiringkan tubuhnya sedikit, Andika berhasil lolos dan terus melancarkan jotosannya pada bagian yang dituju. Terdengar suara salakan petir yang cukup keras saat menghantam tangan kanan Dewi Permata Biru yang melengak kaget. Saat itu pula terdengar suara 'krak' tanda tulang tangan kanannya patah. Menyusul tubuhnya terhuyung ke belakang disertai jeritan keras.
Nomuro Shasuke yang mendengar teriakan itu tak peduli. Sesungguhnya dia memang hanya memanfaatkan Dewi Permata Biru belaka.
Terus diserangnya Hiedha Ogawa yang kian terdesak. Kaki kanan dan kiri Hiedha telah terkena ujung samurainya.
Seketika Hiedha merasakan seluruh tubuhnya direjam hawa dingin.
Kedudukannya semakin bertambah goyah dan terdesak. Bahkan samurainya sudah terlepas begitu terhan-tam samurai lawan.
"Mampuslah kau!!" menggelegar suara Nomuro Shasuke seraya ayunkan samurainya dari atas ke bawah, siap rnembelah kepala Hiedha Ogawa.
Namun mendadak saja satu sentakan telah membuat ayunan samurai Nomuro Shas uke melenceng.
Lalu dirasakan tendangan telak menghantam dadanya.
Terhuyung lelaki berahang persegi itu ke belakang.
Belum lagi dia berdiri tegak terdengar suara diiringi tawa mengejek, "Waduh! Maaf! Tadi maksudku ingin menjitak kepalamu! Kok yang bergerak malah kakiku!! Maaf,ya"!!" Mengkelap Nomuro Shasuke begitu mengetahui siapa orang yang halangi maksudnya. Diam-diam diliriknya Dewi Permata Biru yang sedang berlutut menahan sakit dengan keringat aliri sekujur tubuhnya.
"Celaka! Perempuan itu sudah tak berdaya! Dan rasanya... tak mungkin aku bisa menghadapi pemuda ini! Aku tidak boleh mati sebelum menduduki takhta Kekaisaran di Jepang!!"
"Lho, kok malah bengong" Apakah sudah ciut nyalimu sekarang" Kalau sudah, itu lebih baik! Jadi aku tidak perlu ngos-ngosan kayak begini?" kata Andika lagi sambil garuk-garuk kepalanya.
Tatapan Nomuro Shasuke seolah kilatkan bara yang sangat panas. Perlahan-lahan dia maju satu langkah sambil mengangkat samurainya.
"Pendekar Slebor! Ini urusanku dengan Hiedha Ogawa! Kau tak pantas mencampurinya"!"
"Waduh! Betul juga, ya" Aku jadi tidak enak nih! Ngomong-ngomong... bagaimana dengan perbuatanmu yang menyebabkan beberapa orang nelayan tewas" Juga perbuatanmu di desa Bojong T unggal" Bahkan... kau telah membunuh seorang kakek dan memperkosa cucunya yang juga kemudian kau bunuh! Nah... apakah aku akan berdiam diri" Tetapi ya... kayaknya mcmang begitu ya" Iya deh, aku diam saja!!" Sadar kalau pemuda berpakaian hijau pupus itu sedang mengejeknya, Nomuro S hasuke menggeram dalam hati. Mendadak dia melompat mendekati Dewi Permata Biru.
"Dewi-san! Bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan tatapan bersiaga pada Andika.
"Aku... baik-baik saja...."
"Bagus! Kita bunuh keduanya! Dewi-san... kau telah berkorban banyak untukku! Maka, aku pun rela mengorbankan nyawa untukmu! Kita maju bersama!!" Dewi Permata Biru yang tidak tahu kalau sesungguhnya Nomuro S hasuke mempunyai maksud lain kembangkan senyum. Hati perempuan ini terasa berbunga-bunga hingga semangatnya muncul kembali.
"Kau begitu baik padaku... kau penuh perhatian padaku...," desisnya bahagia.
"Karena aku mencintaimu...," sahut Nomuro Shasuke pasti. Tetapi diam-diam dia menyambung dalam hati, "Aku punya maksud Iain padamu, Dewi-san...." Lamat-lamat Dewi Permata Biru bangkit. Ngilu di tangan kanannya seolah tak dirasakan lagi. Dia berkata pada Nomuro Shasuke, "Aku pun mencintaimu...."
"Kita bunuh mereka!!" Sementara itu, Hiedha Ogawa yang telah terluka mundur perlahan-lahan. Andika sendiri maju tiga langkah ke depan. Dia juga mendengar apa yang dikatakan oleh Nomuro Shasuke. Lalu dia berkata, "Dewi Permata Biru! Kau telah dibutakan oleh segala cinta palsu lelaki itu! Hatimu kosong dari cinta dan sangat membutuhkan nya setelah cintamu ditolak oleh Pendekar Bayangan yang justru kemudian kau bunuh! Kesadaran memang selalu datang belakangan! Tetapi kau belum terlambat untuk memperbaiki segala perbuatanmu sekarang!"
"Iangan dengarkan kata-katanya, Dewi! Aku sangat mencintaimu...," bisik Nomuro Shasuke. Dewi Permata Biru sesaat melirik lelaki bengis itu.
Lalu dengan suara dingin dia berseru pada Andika, "Jangan halangi seliap keinginanku, Pendekar Slebor! Dan jangan merasa kau telah menang kendati aku telah kau kalahkan!!" Andika mengeluh dalam hati.
"Dia benar-benar membutuhkan perhatian seseorang.
Sayangnya, perhatian itu datang dari Nomuro S hasuke yang hanya memperalatnya belaka." Sebelum Andika buka mulut, Dewi Permata Biru sudah menerjang ganas di ringi teriakan mengguntur. Dua gelombang angin dan sinar biru yang memancar dari permatanya menggebrak ganas ke arah Andika.
Melihat kebodohan Dewi Permata Biru, Andika mendengus. Dan mau tak mau dia memang harus menghindari serangan lawan. Namun bersamaan dengan itu, Nomuro Shasuke yang sudah melompat ke depan, telah mengayunkan samurainya pula.
"Kutu monyetM" maki Andika sambil memutar tubuh.
Namun lagi-lagi dia harus bergerak cepat karena Dewi Permata Biru sudah menerjang kembali.
Kali ini tak ada jalan lain bagi Andika, selain memapaki dan membalas. Kendati demikian, dia tetap menjadikan diri Nomuro Shasuke sebagai sasarannya.
Begitu berhasil membalas gebrakan Dewi Permata Biru hingga perempuan itu harus surut tiga tindak ke belakang, pemuda urakan ini melompat ke depan. Ayunan samurai Nomuro Shasuke dihindari hanya dengan memiringkan tubuh. Kejap kemudian tangan kanannya menangkap tangan lelaki bengis itu. Memutarnya dengan cepat hingga mau tak mau Nomuro Shasuke harus melepaskan samurainya. Di saat Andika hendak menotoknya, Dewi Permata Biru sudah menerjang ke arahnya.
"Kau harus mampus di tanganku, Pendekar Slebor! Kau bukan hanya mengacaukan seluruh rencana Nomuro-san! Tetapi juga membuatku murka karena berani lancang melukai kekasihku!!" Terpaksa Andika harus melepaskan pegangannya pada Nomuro Shasuke untuk hindari serangan Dewi Permata Biru.
"Kadal buntung! Perempuan ini benar-benar keras kepala! Terpaksa aku harus memberinya pelajaran! Tetapi, jelas-jelas pembunuh dari Jepang ini akan memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri. Hhhh!! Baiknya...." Belum lagi Andika memutuskan apa yang hendak dilakukannya, Nomuro Shasuke sudah menerjang dengan jotosannya bersamaan sosok Dewi Permata Biru yang menggebrak ganas ke arahnya juga.
Cepat Andika putar tubuh untuk hindari serangan keduanya. Menyusul dia menggebrak cepat ke arah Dewi Permata Biru. Bersamaan dengan itu, Hiedha Ogawa yang keadaannya sebagian telah pulih, menerjang dengan samurainya ke arah Nomuro Shasuke. Di sinilah terlihat kekejaman Nomuro Shasuke.
Sadar kalau dia tak akan mampu hindari serangan Hiedha Ogawa, mendadak saja dia menarik tubuh Dewi Permata Biru yang bam saja hindari serangan Andika.
"Heeii i!!" terkejut Dewi Permata Biru merasa dirinya ditarik. Belum lagi dia sadar apa yang terjadi, mendadak saja dirasakan goresan tajam pada dadanya.
Craaatt!! "Aaakhhhhh!!" Darah menyembur keluar akibat dadanya luka besar terbabat samurai Hiedha Ogawa.
Rupanya dengan licik, Nomuro Shasuke menjadikan diri Dewi Permata Biru sebagai tameng dirinya sendiri.
Kejap itu pula laksana kelinci yang terperangkap langkah serigala, Nomuro S hasuke berlari meninggalkan tempat itu. Yang terdengar hanya suara Dewi Permata Biru tertahan, "Nomuro-san! Kau... kau.. laknat!!" Lalu tubuh perempuan berpakaian merah menyala ini pun ambruk ke tanah dengan bersimbah darah.
Andika sendiri sama sekali tak menyangka Nomuro Shasuke akan menjadikan diri Dewi Permata Biru sebagai tameng.
Tatkala dilihatnya Hiedha Ogawa hendak menyusul pembunuh dari Jepang itu, Andika sudah berseru, "Kau tetap di sini! Kuburkan mayat perempuan itu! Biar kutangkap Nomuro Shasuke!!" Kejap berikutnya, pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan ini sudah berkelebat dengan ilmu peringan tubuhnya. Hiedha Ogawa sendiri hanya terpaku di tempatnya. Dia juga tidak menyangka kalau samurainya justru mencabut nyawa Dewi Permata Biru.
Setelah menarik napas berkali-kali, lelaki berkumis tipis ini mulai menggali tanah untuk mcnguburkan mayat Dewi Permata Biru.

***

↕₪↕ ┌ 10 ┐ ↕₪↕

Widarti hanya bisa menahan napas tatkala melihat Indrajit masih terpaku di tempatnya tanpa berbuat apa-apa. Sementara itu, sosok Dedemit Tapak Akhirat semakin mendekat.
Namun sebelum maut menerkam pemuda nelayan ini, mendadak saja terdengar suara angin membeset dari samping kanan.
Wuuuttt! Cukup merigejutkan Dedemit Tapak Akhirat yang dengan segera mengurungkan maksud.
Bersamaan tubuhnya melompat kembali ke belakang, tangan kanannya mengibas.
Wusss!! Serangkum angin menderu ke arah orang yang barusan muncul. Ganti orang ini yang melompat dengan gerakan menakjubkan. Saat berdiri tegak di atas tanah, terlihat sepasang matanya yang sipit bertambah menyipit. Wajahnya agak tegang dan di tangannya tergenggam samurai yang tadi diayunkan hingga terdengar suara besetan.
Indrajit yang tak menyangka kalau akan selamat dan melihat siapa Orang yang telah menyelamatkannya berseru, "Mishima-san!!" Orang yang menyelamatkannya dan tak lain Mishima Nobu adanya hanya anggukkan kepala. Pandangan nya tetap lurus pada Dedemit Tapak Akhirat yang kian mengkelap.
"Jahanam busuk!! Tentunya kau salah seorang dari utusan Kaisar Jepang yang sedang memburu Nomuro Shasuke! Bagus! Kau telah masuk kalangan, berarti harus mampus!!" Mishima Nobu yang kehilangan jejak saat mencoba mengikuti langkah ninja bernama Akiko Arashi yang sedang mengejar Dewi Permata Biru tak keluarkan sahut-an.
Pandangannya kian angker tak berkedip.
Keheningan melanda tempat itu. Sementara Widarti bergegas mendekati Indrajit.
"Kau mengenai orang itu?" tanya murid mendiang Pendekar Bayangan ini.
Indrajit mengangguk-angguk. Kendati dia cukup tenang, namun napasnya masih memburu. Siapa yang bisa langsung tenang bila sebelumnya menghadapi bahaya mengerikan yang dapat mencabut nyawanya saat itu ju ga"
"Indrajit... kali ini kuminta padamu, agar jangan bertindak gegabah. Agak menyingkir dari sini. Aku akan membantu orang itu menghadapi Dedemit Tapak Akhirat."
"Widarti... biarkan dia yang menghadapinya."
"Tidak! Dia telah menyelamatkanmu...."
"Aku tak ingin kau mendapat celaka."
"Begitu pula denganku. Aku tak ingin kau mendapat celaka. Lebih baik kau...." Memutus kata-katanya sendiri, Widarti tolehkan kepala pada Indrajit. Sesaat kedua remaja itu saling pandang. Tanpa mereka sadari, satu sama lain telah meng-ungkap perhatian yang sangat besar.
Ditatap seperti itu Indrajit justru tundukkan kepalanya. Dia memang tak dapat melakukan tatap muka lama-lama dengan Widarti.
Sementara itu, si gadis justru terdiam agak lama. Diam-diam dirasakan sesuatu mulai merasuki hatinya. Sesuatu yang sama sekali tak pernah dirasakan sebelumnya. Namun masing-masing orang segera arahkan pandangan lagi ke depan tatkala terdengar bentakan Dedemit Tapak Akhirat, "Manusia celaka!! Nyawamu sangat berharga untuk Dewi Permata Biru yang hendak membantu kambratnya yang bernama Nomuro Shasuke! Bagus Dengan begitu, aku dapat memberikan jalan termudah bagi Nomuro Shasuke guna mengadakan pemberontakan kembali di Jepang!!" Mendengar kata-kata itu, lamat-lamat Mishima Nobu semakin erat menggenggam samurainya. Pandangannya tetap tak berkedip ke depan.
"Menilik keadaannya, jelas kalau lelaki ini bukan orang sembarangan. Tatapannya yang seperti pancarkan sinar kelabu begitu mengerikan sekali. Dan jelas kalau dia sahabat Dewi Permata Biru, yang menurut Pendekar Slebor membantu Nomuro Shasuke! Hhhh.. Apa pun yang terjadi, aku tak akan mundur menghadapinya! Tetapi... di mana ninja bernama Akiko Arashi sekarang?" Di seberang, Dedemit Tapak Akhirat kertakkan rahangnya. Sepasang pelipisnya bergerak-gerak. Lalu tanpa keluarkan suara, dia sudah menerjang ke depan dengan ganas.
Dua gelombang angin panas melabrak ke arah Mishima Nobu, yang serta-merta melompat hindari serangan itu. Belum lagi dia berdiri tegak, Dedemit Tapak Akhirat sudah melompat ke depan dengan jotosan tangan kanan kiri siap menghantam dada dan wajahnya.
Mishima Nobu segera putar samurainya. Dengan pergunakan jurus 'Menjerat Matahari' lelaki bertubuh pendek ini balas menyerang.
Sesaat dia memang berhasil membuat serangan Dedemit Tapak Akhirat seperti tak berguna. Namun dua gebrakan berikutnya, justru dia yang dibuat pontang-panting dengan keganasan serangan Dedemit Tapak Akhirat yang sambil tertawa-tawa terus mencecar.
"Sungguh mengherankan bila Dewi Permata Biru meminta bantuanku untuk mengatasi orang-orang seperti kau"! Mungkin dia yang terlalu bodoh, atau kau yang memang tak memiliki kepandaian apa-apa"!!" Sementara itu, Widarti yang melihat bagaimana Mishima Nobu harus tunggang-langgang, segera masukmke kancah pertarungan. Indrajit yang kini duduk menjauh menahan kegelisahan di hatinya. Sungguh dia merasa sedih dan malu karena tak bisa membantu sementara gadis itu begitu gigih.
Merasakan deru angin mengarah padanya, Dedemit Tapak Akhirat segera putar tubuh, bersamaan tangan kanannya bergerak. Widarti yang sudah memperhitungkan soal itu, segera menghindar. Sementara itu, Mishima Nobu yang merasa diselamatkan, sudah melompat dengan tusukan samurai ke arah perut.
"Keparat!!" maki Dedemit Tapak Akhirat keras.
Dengan tendangan kaki kirinya, dia berhasil gagalkan tusukan samurai Mishima Nobu, Namun mau tak mau dia juga harus hindari serangan Widarti.
Dengan teriakan mengguntur, Dedemit Tapak Akhirat lancarkan jotosan tangan kanan kirinya sekaligus.
Deru angin mendahului gerakannya.
Masing-masing orang segera berjumpalitan menghindar. Dedemit Tapak Akhirat rupanya tak mau bertindak ayal. Masih felap berdiri di tempatnya, dia terus menerus lancarkan serangan ganasnya ke arah Mishima Nobu dan Widarti.
Kali ini keduanya berlompatan seperti monyet kebakaran ekornya.
Di tempatnya, Indrajit yang sejak tadi mencemaskan keadaan Widarti, diam-diam mengambil pasir dengan dua genggamannya. Lamat-lamat dipaksanya untuk berdiri.
Dengan kerahkan sisa-sisa tenaganya, dia memburu ke arah Dedemit Tapak Akhirat.
"Manusia celaka!! Mampuslah kau!!" Mendapati kalau dirirrya akan diserang oleh Indrajit, Dedemit Tapak Akhirat langsung hentikan serangannya pada Mishima Nobu dan Widarti. Ganti diarahkan serangannya pada Indrajit.
Terdengar seruan Widarti tertahan, Indraji itt! Jangan bertindak!!" Akan tetapi sudah tentu Indrajit sukar untuk hentikan gerakannya sendiri. Bahkan untuk menghindari serangan yang telah dilancarkan oleh Dedemit Tapak Akhirat saja sudah tidak mungkin dilakukannya.
Seperti menyongsong ikan yang terkena jala, tubuh Indrajit telah terhantam dua gelombang angin yang dilepaskan oleh Dedemit Tapak Akhirat.
Indrajii tttttt!!" teriak Widarti dengan hati terbelah rentak.Sosok Indrajit melengak dan terlempar deras dengan darah menyembur dari mulut. Namun sosok Dedemit Tapak Akhirat pun nampak terhuyung ke belakang dengan tangan kanan kiri mengucak-ucak matanya.
Rupanya, sebelum terkena serangan lawan, Indrajit masih sempat melemparkan pasir-pasir yang digenggamnya. Dedemit Tapak Akhirat yang tak menyangka kalau pasir-pasir itu yang justru akan mencelakakannya, tak segera menghindar. Maka mau tak mau pasir-pasir itu pun masuk ke kedua matanya.
Dari ucakan kedua tangan pada matanya, terdengar suara raungannya yang keras.
Semakin diucak, kedua matanya terasa semakin pedih. Gerakan tubuhnya pun mulai limbung ke kanan ke kiri.
Widarti yang melihat nasib malang menimpa Indrajit dan begitu melihat apa yang terjadi pada Dedemit Tapak Akhirat, segera menerjang ke depan dengan jotosan tangan kanan yang mengandung tenaga dalam.
Namun kendati gerakannya semakin limbung sementara matanya sudah tidak bisa melihat lagi, Dedemit Tapak Akhirat masih bisa hindari jotosan Widarti. Bahkan bukan hanya sekali, tiga kali dia berhasil melakukannya. Widarti sendiri tak mau hentikan serangannya. Hati gadis ini marah dan kalap.
Apalagi melihat sosok Indrajit yang sudah terbaring tak berdaya dengan napas megap-megap dan mata sesekali membuka dan menutup.
Dengan teriakan-teriakan keras, Widarti terus menyerang. Mishima Nobu juga bertindak. Kalau Widarti menyerang dari depan, Mishima Nobu menyerang dari belakang dengan pergunakan samurainya.
Dalam keadaan mata yang tidak lagi dapat berfungsi dan terasa sangat menyakitkan, lama kelamaan Dedemit Tapak Akhirat tak dapat melindungi dirinya lagi. Bermula dari sabetan samurai Mishima Nobu pada kaki kanannya hingga mau tak mau lelaki berparas tengkorak itu jatuh berlutut. Menyusul tendangan Widarti pada kaki kirinya yang membuat Dedemit Tapak Akhirat agak tersungkur. Lalu ujung samurai Mishima Nobu kembai menghantam punggung Dedemit Tapak Akhirat yang melengak serta memekik tertahan. Menyusul tendangan keras Widarti pada dadanya.
Hingga akhirnya, lelaki berpakaian hitam-hitam terbuka di bagian dada yang perlihatkan tonjolan lutang-tulangnya, kini jadi bulan-bulanan serangan keduanya.
Widarti yang sudah murka melihat nasib malang yang dialami Indrajit, terus menghantam tubuh Dedemit Tapak Akhirat disertai teriakan-teriakan kalap. Secara bersamaan pula samurai Mis hima Nobu menggores bagian-bagian tubuh lawan.
Darah yang keluar sudah sedemikian banyak, Tubuh yang telah luka parah itu limbung ke sana kemari laksana bola. Dua kejapan mata berikutnya, tubuh itu ambruk bersimbah darah. Meregang sesaat sebelum nyawanya merat entah ke mana.
Sementara Mishima Nobu masih berdiri tegak dengan napas agak terengah, Widarti segera memburu Indrajit. Hatinya pilu melihat keadaan pemuda nelayan ini.
Segera dipangku kepala dengan lututnya.
"Indrajit...." Perlahan-lahan Indrajit membuka kedua matanya.
Ada derita yang berat di sana, namun bibirnya tersenyum.
"Mengapa kau lakukan hal itu, Indrajit?" tanya Widarti sambil berusaha tindih kesedihannya.
"Aku tidak apa-apa...," sahut Indrajit dengan suara serak. Hati Widarti bertambah pilu. Baru disadarinya kalau dia telah mencintai pemuda berkulit agak hitam itu. Walaupun gadis ini berusaha untuk tindih segala sedihnya, namun dia mengisak pula. Indrajit tersenyum lemah.
"Jangan menangis, Widarti... aku tidak apa-apa...." Widarti mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau... tak perlu melakukan seperti itu, Indrajit?"
"Aku senang melakukannya... aku senang.. ."
"Tetapi...."
"Widarti... jangan bersedih. Semuanya sudah terjadi, bukan?" kata Indrajit tetap tersenyum. Tangannya lemah menggenggam tangan Widarti yang balas menggenggam erat. Kembali Widarti mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hatinya justru bertambah pilu saat Indrajit berkata, "Aku senang... bila kau tak bersedih."
"Kau...."
"Widarti... ada.. ada yang ingin... kukatakan padamu...."
"Katakanlah...." Dada Widarti kian dibuncah kepedihan. Indrajit menahan napas sejenak, karena rasa sakit pada dadanya semakin menjadi-jadi.
Lalu dengan pandangan yang bertambah meredup dia berkata, "Widarti... aku.. aku mencintaimu...." Widarti menggenggam lebih erat tangan Indrajit.
"Aku juga mencintaimu, Indrajit.... Kau akan sembuh.... Kita akan bersama-sama hidup bahagia selamanya...." Indrajit menatapnya, bertambah lemah, begitu pula dengan genggaman tangannya.
"Aku... gembira mendengarnya...." Habis kata-katanya, kepala pemuda gagah itu pun terkulai. Widarti terhenyak kaget. Diguncangnya tubuh Indrajit dengan teriakan-teriakan memanggil.
Tetapi pemuda gagah itu telah tewas dalam pangkuannya.
Mishima Nobu yang melihat keadaan itu, menarik napas pendek. Perlahan-lahan didekatinya gadis yang di rambutnya terdapat ronce bunga melati.
"Dia sudah meninggal, Widarti-san...." Widarti takmenjawab, tak bergerak. Pandangannya tertuju pada wajah Indrajit yang teduh. Bibirnya tersenyum.
Matanya merapat.
"Indrajit... aku mencintaimu... aku mencintaimu...," desisnya pilu. Mishima Nobu tak mau menegur kembai , khawatir gadis itu akan semakin bertambah pilu.
Dia justru melangkah tiga tombak dari tempat Widarti. Dengan pergunakan samurainya, digalinya dua buah lubang. Setelah jadi, ditendangnya sosok Dedemit Tapak Akhirat yang langsung jatuh ke salah satu lubang itu. Lalu dikuburnya.
Setelah itu dia mendekati Widarti.
"Widarti-san... biarkan kekasihmu tenang di alamnya...," katanya pelan.
Widarti mengangkat kepalanya, lalu menganggukangguk.
"Ya, biarkan dia tenang...." Perlahan-lahan dia bangkit sambil membopong jenazah Indrajit. Dengan langkah agak tertatih dibawanya jenazah Indrajit ke lubang yang telah dibuat Mishima Nobu.
Dengan hati-hati diletakkannya jenazah Indrajit. Lalu dia melompat kembai . Di sisi kanan lubang itu, pandangannya diarahkan pada jenazah Indrajit.
Kemudian tanpa berkata apa-apa, Widarti mulai mendorong tanah dengan kedua tangannya untuk menutup jenazah Indrajit. Mishima Nobu pun membantunya. Setelah selesai, Mishima Nobu berkata, "Relakan dia, Widarti-san...." Widarti cuma menganggukkan kepalanya. Lalu berkata, "Aku hendak mencari Pendekar Slebor...." Habis kata-katanya, dia sudah melangkah, agak terhuyung. Mishima Nobu segera mengikutinya. Dia berpikir kalau Widarti membutuhkan bantuannya. Apalagi gadis itu juga hendak mencari Pendekar Slebor.

***

↕₪↕ ┌ 11 ┐ ↕₪↕

1 Lelaki bertubuh jangkung itu hentikan langkahnya tepat ketika hari telah memasuki rembang senja. Lelaki berkulit kuning yang tak lain Ayothomori sejenak perhatikan sekelilingnya. Tanah yang dipijaknya cukup luas.
"Huh! Ke mana perhatikan sekelilingnya. Tanah yang dipijaknya cukup luas.
"Huh! Ke mana perginya pemuda bernama Indrajit dan gadis bernama Widarti itu! Sikap mereka sungguh menjengkelkan! Mereka memang harus dihajar karena telah merendahkan martabat seorang samurail" Sesaat lelaki ini terdiam. Kemudian terdengar lagi kata-katanya, "Jahanam!! Mengapa aku justru mengurus masalah sepasang remaja itu" Urusanku adalah menangkap Nomuro Shasuke! Huh! Apakah Hiedha-san dan Mishima-san sudah berhasil menangkapnya" Bila sudah, memang tak ada persoalan denganku! Tetapi kuharap, mereka belum menangkapnya! Karena, bila aku lebih dulu menangkap pembunuh celaka itu, maka aku akan langsung membawanya ke Jepang!" Mendadak lelaki ini tersenyum, "Sangat menyenangkan, membayangkan hadiah apa yang akan kuterima. Sebaiknya...." Tiba-tiba saja Ayothomori memutus kata-katanya sendiri tatkala didengar suara gerakan di belakangnya.
Cepat dia putar tubuh. Dua kejapan mata kemudian, muncul satu sosok tubuh bersorban putih dengan sepasang alis legam dan hidung mancung agak bengkok.
Pada kedua telinga lelaki yang baru muncul ini, terdapat anting berwarna biru.
Orang yang baru muncul ini sejenak terkejut melihat sosok Ayothomori. Namun kejap kemudian dia tersenyum seraya rangkapkan kedua tangannya di depan dada.
"Ayothomori-san... apa kabarmu?" Bukannya sahuti sapaan orang, Ayothomori cuma mendengus.
"Hhh! Lelaki ini pernah menjengkelkanku! Tetapi, dia juga mencari Nomuro Shasuke!" Kemudian.katanya, "Pucha-san! Bagaimana deganmu sendiri"!" Orang yang tak lain Pucha Kumar adanya tersenyum.
"Baik-baik saja. Apakah kau sudah menemukan jejak pembunuh bernama Nomuro Shasuke?"
"Belum!" sahut Ayothomori dan menyambung dalam hati, "Kalaupun sudah... tak akan kuberi tahudi mana dia berada! Aku harus mendapatkan hadiah dari Kaisar Tokugawa lesyasumoto."
"Ah, sungguh licin pembunuh celaka itu! Aku juga belum mendapatkan jejak yang berarti darinya, Ayothomori-san! O ya, aku sempat berjumpa dengan Hiedha-san."
"Oh! Bagaimana" Apakah dia sudah berhasil menangkap manusia celaka itu?" suara Ayothomori nampak begitu memaksa.
Sesaat Pucha Kumar kerutkan keningnya menangkap nada bernafsu pada suara Ayothomori. Lalu dia menggeleng, Tidak! Dia juga belum berhasil menangkap pembunuh celaka itu! Memang sungguh hebat Nomuro Shasuke!!"
"Jangan memuji pembunuh laknat itu!!" sengat Ayothomori keras.
Seperti menyadari kesalahan bicaranya, Pucha Kumar buru-buru berkata, "Maksudku...."
"Ayothomori-san!!" terdengar suara memutus kata-kata Pucha Kumar.
Masing-masing orang tolehkan kepala. Hiedha Ogawa muncul dengan wajah agak berkeringat. Melihat kehadirannya, Ayothomori mendengus. Nampak kalau dia tidak suka.
Hiedha Ogawa menyapa Pucha Kumar, "Pucha-san... kita bertemu lagi...."
"Hiedha-san... nampaknya kau tengah mengejar sesuatu. Apakah kau sedang mengejar Nomuro Shasuke?" Sesaat Hieda Ogawa menatap lelaki dari India itu.
Sambil mengangkat kepalanya, segera diceritakan apa yang dialaminya. Mendengar cerita itu, Pucha Kumar berseru agak mendesak, "Ke mana larinya pembunuh celaka itu?"
"Aku tak bisa mengetahuinya. Kupikir Pendekar Slebor telah berhasil menangkapnya...." Sementara Pucha Kumar nampak tak sabar, wajah Ayothomori mengkelap.
"Lagi-lagi Pendekar Slebor! Sungguh sial bila dia lebih dulu berhasil menangkap Nomuro Shasuke!!" Habis membatin begitu dia berkata, "Sekarang... di mana Pendekar Slebor berada?" Walau menangkap nada tidak senang dari pertanyaan itu, Hiedha Ogawa menggeleng, "Aku tidak tahu di mana dia berada."
"Kalau begitu, kita segera mencarinya. Jelas dia tak akan sanggup menghadapi Nomuro Shasuke!!"
"Ayothomori-san masih menganggap remeh Pendekar Slebor," kata Hiedha Ogawa dalam hati. Lalu berkata, "Kalau begitu kita segera berangkat. Bagaimana dengan kau, Pucha-san?" Lelaki yang di pinggangnya melilit selendang warna biru dan terselip sebilah golok tajam menjawab, "Kalian pergi berdua, sementara aku akan mencarinya sendiri. Ingat, bila kita berpencar, kemungkinan akan lebih mudah mendapatkannya...." Hiedha Ogawa langsung menganggukkan kepalanya dan berkata pada Ayothomori, "Ayothomori-san... sekarang juga kita berangkat...." Kejap berikutnya, dua orang utusan Kaisar Tokugawa Iesyasumoto itu sudah bergerak. Namun baru lima langkah, mendadak saja suara angin membeset udara mengarah pada masing-masing orang. Hiedha Ogawa masih sempat. membalikkan tubuh kendati tangan kirinya terkena sabetan benda tajam, sementara Ayothomori langsung tersungkur karena punggungnya tersabet.
Sementara Ayothomori mengeluh tertahan sambil berusaha balikkan tubuh, Hiedha Ogawa yang melengak kaget sambil menekap tangannya berseru, "Pucha-san!! Apa yang kau lakukan"!"

*****

Di hadapan masing-masing orang, Pucha Kumar berdiri tegak dengan golok di tangan. Pada ujung golok itu menetes darah segar! Bibirnya menyeringai lebar dengan tatapan kejam.
"Manusia-manusia bodoh! Menginginkan nyawa Nomuro Shasuke harus berhadapan dulu denganku!!" katanya bengis.
Hiedha Ogawa berkata lagi, "Apa maksudmu?"
"Hiedha-san! Tak kusangka kalau kau begitu bodoh, mempercayai ceritaku tentang kedua adikku yang tewas dibunuh oleh Nomuro Shasuke! Ketahuilah... aku adalah salah seorang kaki tangan Nomuro Shasuke!!" Melengak kaget Hiedha Ogawa mendengar kata-kata orang. Sementara Ayothomori yang sudah duduk bersila, agak goyah. Parasnya menekuk menahan sakit. Kegeramannya menjadi-jadi mengetahui siapa Pucha Kumar adanya. Namun nampak dia tak akan sanggup untuk menghadapi lelaki dari India itu.
Sementara itu Hiedha Ogawa sendiri perlahan-lahan mencabut samurainya.
Tatapannya tajam ke depan.
"Tak kusangka sama sekali...," desisnya.
Pucha Kumar terbahak-bahak.
"Siapa pun tak akan pernah menyangkanya! Kalian harus mampus!!" Habis bentakannya, dengan ganas Pucha Kumar menerjang ke arah Hiedha Ogawa yang segera menangkis dengan samurainya. Gebrakan demi gebrakan ganas itu pada akhirnya membuat Hiedha Ogawa kerepotan sendiri, apalagi darah yang mengalir dari tangan kirinya semakin banyak keluar.
Dia memang berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan selembar nyawanya. Namun keganasan Pucha Kumar tak dapat dibendung lagi. Tangan kanannya pun terkena sabetan ujung goloknya hingga mau tak mau samurainya harus terlepas.
Menyusul dengan teriakan mengguntur, Pucha Kumar menerjang dengan ayunan golok dari atas ke bawah.Akan tetapi, sesuatu telah menghantam goloknya hingga melenceng dari sasarannya.
"Keparat terkutuk! Siapa yang berani lancang begini"!!" maki lelaki India itu setelah berdiri tegak.
Belum lagi habis teriakannya terdengar, satu sosok tubuh serba hitam telah berdiri berjarak delapan langkah dari hadapannya.
Bukan hanya Pucha Kumar yang terkejut. Hiedha Ogawa yang kini jatuh berlutut dan Ayothomori pun tersentak kaget. Dan sama-sama mendesis, "Ninja...." Lalu dengan pandangan masih tak berkedip, keduanya memperhatikan bagaimana ninja itu mendekati mereka. Lalu menotok beberapa tubuh bagian masing masing orang yang sejenak melengak. Rupanya ninja itu telah menotok jalan darah, hingga darah yang keluar terhambat.
"Siapa kau?" tanya Hiedha Ogawa.
"Hiedha-san... namaku Akiko Arashi. Aku utusan dari Kaisar Tokugawa Iesyasumoto untuk menangkap Nomuro Shasuke." Lalu dengan suara dingin, orang berpakaian serba hitam itu merandek pada Pucha Kumar, 'Tak disangka lautan memang terlalu dalam hingga sulit diketahui siapa adanya orang! Orang bersorban putih, lebih baik menyerah ketimbang mampus di tanganku!!" Di tempatnya Pucha Kumar menggeram, "Justru kau yang harus menyingkir dari sini sebelum mampus di ujung golokku"!!"
"Mengapa tidak kau katakan kalau aku akan mampus di ujung samuraimu, hah"! Nomuro Shasuke... penyamaranmu sebagai Pucha Kumar telah berakhir sampai di sini!" Sampai surut satu tindak ke belakang Pucha Kumar mendengar kata-kala orang. Dia bersuara keras, "Jangan membadut!!"
"Nomuro Shasuke... sepengetahuanku... tak pernah orang India dapat memainkan golok seperti seorang samurai! Gerakan yang dimiliki para pendekar India memang lincah, namun tak dapat lakukan gerakan laksana seorang samurai! Dan lagi tiga orang dari utusan Kaisar Tokugawa Isyasimoto tak memiliki kepandaian menyamar! Nah! Siapa lagi orangnya kalau bukan...." Memutus kata-katanya sendiri, orang berpakaian serba hitam itu mendadak melesat ke depan. Tangan kirinya kirimkan jotosan pada Pucha Kumar yang segera gerakkan goloknya menyabet ke atas. Bersamaan dengan sambutan golok ganas itu, ninja ini melenting ke atas.
Tangan kanannya bergerak diiringi hawa panas menerpa wajah Pucha Kumar. Tap! Sorban yang dikenakan Pucha Kumar terlepas. Seketika nampak rambut yang cukup panjang. Menyusul hawa panas yang tadi menerpa wajah Pucha Kumar telah mengakibatkan sesuatu yang mengejutkan. Sepasang alis, hidung bengkok dan pipi yang agak cekung, nampak meleleh. Rupanya itu hanyalah getah-getah yang dipakai untuk menyamarkan wajah.
Tatkala semuanya sirna jatuh dan mengering, nampak seraut wajah berahang persegi yang sangat dikenal Hiedha Ogawa dan Ayothomori.
"Nomuro Shasuke!!" Bertepatan dengan munculnya Mishima Nobu dan Widarti.

*****

Pucha Kumar yang sesungguhnya adalah Nomuro Shasuke adanya, nampak terperanjat. Wajahnya begitu tegang dengan tatapan liar pada orang berpakaian serba hitam yang sedang lipat kedua tangannya di depan dada.
"Jahanam terkutuk! Siapa kau, hah"!!"
"Aku adalah orang yang akan menangkapmu!!" Nomuro Shasuke mengibaskan pakaian panjangnya.
Lalu nampaklah samurainya yang disembunyikan di balik pakaiannya. Dengan kegeraman tinggi, pembunuh dari Jepang ini langsung menerjang ke arah orang berpakaian serba hitam. Serangannya ganas dan mematikan.
Awan-awan kecil warna hitam meletup-letup dan halangi pandangan, disusul dengan hawa dingin menusuk tulang. Namun agaknya, ninja ini juga punya kelebihan yang lebih dari Nomuro Shasuke.
Karena dengan mudahnya dia hindari serangan demi serangan yang dilancarkan Pucha Kumar.
Mishima Nobu yang baru datang dan tak menyangka kalau orang yang bernama Pucha Kumar adalah orang yang mereka cari, segera mendekati Hiedha Ogawa dan Ayothomori. Sementara Widarti hanya memperhatikan.
Pertarungan sengit Nomuro Shasuke dengan ninja itu semakin lama bertambah mengerikan. Terutama dari serangan-serangan Nomuro Shasuke yang kejam.
Menilik setiap balasan yang dilakukan oleh orang berpakaian serba hitam, jelas kalau ninja ini tak bermaksud menurunkan tangan. Dia mencoba untuk menekan dan menangkap Nomuro Shasuke hidup-hidup.
Serangan yang dilakukannya pun tak kalah mengerikan. Karena setiap kali tangannya bergerak, seperti terdengar salakan petir berulang-ulang yang mengandung hawa panas. Bahkan hawa panas itu menindih hawa dingin yang keluar dari serangan Nomuro Shasuke yang semakin lama nampak semakin kewalahan.
Dua gebrakan berikutnya, Nomuro Shasuke sudah terhuyung ke belakang tatkala kedua kakinya terhantam tendangan si ninja sekaligus. Menyusul dadanya terhantam telak hingga tubuhnya ambruk.
Si ninja justru hentikan serangannya. Pandangannya tak berkedip pada Nomuro Shasuke yang sedang berusaha bangkit. Dari hidung dan mulut lelaki bengis itu, nampak darah segar mengalir.
Pandangannya tetap tajam menusuk.
"Celaka! Ninja ini terlalu tangguh untukku! Jelas kalau aku tak akan dapat mengalahkannya. Apalagi meneruskan semua maksud yang telah kus usun. Tak ada jalan lain, ketimbang ditangkap dan dihukum, lebih baik aku membunuh diri!" Memutuskan demikian, mendadak saja Nomuro Shasuke melompat ke depan dengan ayunan samurai dari atas ke bawah. Orang berpakaian serba hitam ini mendengus jengkel. Dia segera miringkan tubuh dengan lepaskan jotosan dari bawah ke atas.
Terdengar suara seperti petir menyambar. Nomuro Shasuke yang memang merasa lebih baik mati, tak menghindar. Justru si ninja yang urungkan serangannya.
Bersamaan dengan itu, Nomuro Shasuke sudah mengangkat samurainya tinggi-tinggi, siap ditusukkan pada dadanya sendiri. Namun sebelum dilakukannya, si ninja sudah bergerak cepat. Menepak tangan Nomuro Shasuke dan menyepak kakinya.
Samurai itu terlepas bersamaan sosok Nomuro Shasuke yang ambruk ke alas tanah. Lalu dengan gerakan yang sangat cepat si ninja menotok beberapa bagian tubuh pembunuh dari Jepang ini hingga kaku tak bergerak. Hanya mulutnya yang berseru-seru keras, "Bunuh aku! Bunuh aku!!" Si ninja cuma berkata, "Membunuhmu tak ada gunanya sama sekali. Kau akan mendapatkan hukuman dari Kaisar Tokugawa lesyasumoto." Sementara Nomuro Shasuke masih berteriak-teriak, Hiedha Ogawa berkata, "Akikosan... terima kasih atas bantuanmu...." Ninja itu membungkuk.
"Hiedha-san... sudah sepatutnya kita saling membantu. O ya, kalian bisa membawa manusia celaka ini ke hadapan Kaisar Tokugawa lesyas umoto untuk mendapatkan hukuman yang setimpal. Sampaikan salamku pada Kaisar... juga sampaikan salamku pada Saburo-san."
"Oh! Kau mengenalnya?" Ninja itu mengangguk.
"Bahkan aku pernah membantunya. O ya, Ayothomori-san... berjalanlah lurus sebagaimana mestinya.
Jangan terlalu cepat panasan hingga merusak beberapa rencana dan merusak dirimu sendiri...." Habis berkata begitu, si ninja membalikkan tubuh.
Namun karena tergesa-gesa dia tidak melihat sebuah batu di hadapannya. Mau tak mau dia langsung tersungkur ke atas tanah. Menyusul terdengar makiannya, "Kutu monyet! Kura-kura bau! Susah amat sih jadi ninja betulan"!" Orang-orang yang berada di sana terheran-heran.
Karena sejak tadi ninja itu berkata-kata penuh wibawa sekarang malah memaki-maki tidak karuan. Tiba-tiba terdengar suara Hiedha Ogawa, "Pendekar Slebor!!" Ninja yang telah bangkit itu tertawa pelan. Lalu dengan santai ditarik penutup wajahnya. Dan nampaklah seraut wajah tampan berambut goridrong acak-acakan yang sedang nyengir.
"Wah! Ternyata susah ya jadi ninja!!" . Terdengar suara Widarti keras, "Paradita!!" Si ninja yang ternyata Andika yang menyamar palingkan kepalanya. Dia kembali nyengir.
"Widarti... orang yang kau cari, Dewi Permata Biru telah tewas! Nah! Semuanya sudah beres, kan" Yuk, ah! Aku pcrgi dulu!!" Lalu dengan langkah santai anak muda urakan dari Lembah Kutukan ini segera meninggalkan mereka yang masih terbengong-bengong.
Angin senja bertiup semilir.

SELESAI
PENDEKAR SLEBOR

Segera menyusul:
MANUSIA MUKA KUCING


INDEX PENDEKAR SLEBOR
Pembunuh Dari Jepang --oo0oo-- Manusia Muka Kucing


Copyright@tanztj.2010. Powered by Blogger.