Payung Pelindung Dewa
INDEX JOKO SABLENG | |
Rahasia Kitab Hitam --oo0oo-- Pengemis Kayangan |
Pendekar Pedang Tumpul 131
Karya: Zhaenal Fanani
Hak cipta dan copyright pada penerbit dibawah lindungan undang-undang
Joko Sableng teiah
Terdattar pada Dept. Kehakiman R. l.
Direktorat Jenderal Hak Cipta, paten dan
Merek dibawah nomor 012875
SATU
------------------------------------------------------
Aneh.... Milik slapa payung Ini?!" Joko membatln. Lalu memandang ke bawah. Terllhat Sindang Kuning, Sindang Merah, Slndang Hitam, dan Slndang Putih tegak di hadapan seorang gadis cantik berbaju hljau. Gadis Inl tegak dengan dengan tangan kanan dan kirl membopong sosok Dewi Kembang Maut.
Pendekar 131 alihkan pandangan ke arah tandu berbentuk kull. "Hem.... Gara-gara terkesima dan memlkirkan Dewl Kembang Maut aku jadl tertimpa malapetaka! Untungnya ada payung Inl! Kaiau tidak, mungkin nasibku tambah burukl Lalu siapa pemilik payung Ini? Dari gerakannya, jelas ini bukan payung sembarangan!" Lalu murid Pendeta Sinting lepas pandangan berkeliling. Tapi sejauh Ini dia tidak melihat siapa-siapa.
Seperti diketahui, ketika Pendekar 131 terlibat bentrok dengan orang dalam tandu, pada satu kesempatan dia terkesima dan dilanda kebimbangan saat mengetahui Dewi Kembang Maut mendapat serangan dari Sindang Hitam dan Sindang Putih yang saat itu sudah sama lepas tendangan, di iain pihak Sindang Kuning dan Sindang Merah Juga tengah lepas pukuian jarak jauh bertenaga daiam tinggi.
Rasa terkesima dan bimbang membuat murid Pendeta Sinting lengah. Hingga begitu dart daiam tandu terdengar deruan berkiblatnya pukulan, terlambat baginya menghadang. Hingga tanpa ampun lagi sosoknya mencelat ke udara dengan mulut semburkan darah.
Ketika terpental melayang, mendadak dia melihat sesuatu yang berputar mendekatinya. Karena yang terpikir saat itu adalah bagaimana menyelamatkan diri agar tidak jatuh terjengkang di atas tanah, tanpa pikir panjang lagi Joko segera gapaikan kedua tangannya lalu pegang erat-erat sesuatu yang berputar mendekatinya seraya pejamkan sepasang matanya.
"Hem .... Jangan-jangan pemlllk payung Ini adalah gadis yang membopong Dew Kembang Maut. DI sekltar tempat ini tidak ada orang yang baru muncul kecuall dlal" Joko kembali membatln setelah beberapa kali edarkan pandangan ke bawah tidak melihat adanya orang yang baru muncul selaln gadls cantlk berbaju hljau yang tegak dengan dua tangan membopong sosok Dewl Kembang Maut.
"Aku harus segera turun. Sangat berbahaya kalau sampal orang dalam tandu itu lepas pukulan lagi. Sementara aku maslh teriuka dalam dan berada di atas udaral Tapl.... Bagaimana aku harus turun?!"
Baru saja Joko membatin begitu, mendadak payung yang dipegangnya berputar cepat laksana dihantam gelombang angin luar biasa. Lalu membubung tinggi ke angkasa!
"Busyetl Apa yang terjadl?!" gumam Joko seraya pejamkan mata. Menangkap gelagat buruk, dia buru buru kerahkan tenaga dalam meski sekujur tubuhnya maslh terasa saklt. Lalu berusaha tarik kuat-kuat gagang payung yang dlpegangnya.
Namun meski murid Pendeta Sinting sudah berusaha menarlk gagang payung agar melayang turun, payung itu tldak juga bergerak turun. Malah putarannya makln kencang. Membuat sosok mu rid Pendeta Sintlng jadl panas dlngln.
"Apa hendak dikatal Aku harus memlnta pada pemillknya!" Akhlrnya Joko memutuskan setelah merasa tidak mampu menarlk payung agar melayang turun......
"Gadls baju hijau! Harap .... " Ucapan Pendekar 131 terputus karena mendadak darl atas udara dia meiihat satu sosok tubuh muncul darl bailk batangan pohon seraya dongakkan kepala dan gerakkan tangan kanan melambal ke atas. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Hebatnya, bersamaan dengan lambaian tangan sosok dari balik pohon, payung bercorak warna-warni menukik deras!
Begitu payung berada lima tombak di atas udara, sosok yang muncui dari ballk batangan pohon berlari ke arah tempat terjadlnya bentrok. Anehnya, payung yang masih dlgelayutl Pendekar 131 bergerak lurus laiu berputar-putar mengikutl gerakan orang yang beriari seolah melindungl orang darl sengatan slnar matahari!
KIra-kira dua puluh langkah darl tandu tertutup kain merah, sosok yang berlarl dlikutl bayangan payung bercorak warna-warnl berhenti. Gerakan payung di atas udara ikut terhenti tepat di atasnyal
"Hem .... Jelas inllah pemillknya!" Joko bergumam seraya memandang ke bawah. Lalu buka mulut hendak berteriak tanpa meilhat dulu slapa adanya orang di bawah payung. Yang jelas bagl murid Pendeta Sinting, orang Inl adalah seorang perempuan.
Namun belum sampai suara Pendekar 131 terdengar, orang di bawah payung mendongak. Lalu sekall membuat gerakan, sosoknya melesat ke udara.
Joko terkeslap. Khawatlr orang akan bertlndak bu ruk, dla cepat slapkan hadangan. Tapl beium sampal dia berbuat sesuatu, mendadak dia merasakan sambaran angin keras. Saat lain pegangan kedua tangannya pada gagang payung lepas! Sosoknya meluncur ke bawah. Tapl maslh ada kesempatan baginya untuk membuat gerakan, hlngga bisa tegak dl atas tanah meski sesaat masih tergontai-gontal.
Murld Pendeta SIinting cepat arahkan pandang matanya pada tandu. Lalu duduk bersila untuk kerahkan hawa murnl mengatasi Iuka dalam yang mendera.
Begitu merasa dapat kuasal dlrl, Pendekar 131 segera berpallng ke samplng kanan. Tujuh langkah darl tempatnya dla mellhat seorang gadis berparas cantlk. Rambutnya yang hltam sebahu dlblarkan jatuh bergeral pada pundak dan sebaglan menutupl parasnya. Sep@sang matanya bundar dan tajam. Kulitnya kunlng ditingkah pakalan warna biru. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj)Gadls Inl tegak dengan tangan kanan memegang gagang payung bercorak warna-warni.
Dllaln pihak, begitu gadls baju biru meluncur turun dengan tangan kanan memegang payung, Sindang Kunlng, Sindang Merah, Sindang Hltam, dan Sindang Putlh yang tegak dl hadapan gadls baju hljau sentakkan wajah maslng-maslng ke arah gadis baju blru. Begitu juga gadls cantik berbaju hijau yang membopong sosok Dewl Kembang Maut.
Hem.... Dlsengaja atau tidak, dia telah menolongkul" Joko bergumam. Lalu buka mulut. "Terlma kasih atas pinjaman payungnya...-"
Gadis baju blru hanya tersenyum tanpa menyahut. Lalu lepas pandangan berkellllng. Pandang matanya jeias menyelldik.
Aku tadi maslh melihat bayangannya di sekitar kawasan Inl.... Tapl dla lenyap lagl laksana dlteian buml!
Hem.... Ke mana lagl dla? Sepertlnya dla menghindarikul" Gadis baju blru membatin. Setelah edarkan pandangan sekall lagl, dengan tetap kancingkan mulut dia ballkkan tubuh. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Lalu melangkah tinggalkan tempat itu.
"Kau boleh tinggalkan tempat ini! Tapi tinggalkan Payung Pelindung Dewa dl tanganmu!" Mendadak terdengar suara keras dari dalam tandu. Gadla baju blru tahan gerakan kaklnya. Tanpa berpailng dia buka suara.
"Mau keiuar tunjukkan diri?l"
Tldak terdengar suara sahutan. Yang membuncah justru suara tawa bergelak dari dalam tandu. Sementara Slndang Kuning, SIndang Merah, Sindang Hitam, dan SIndang Putlh serta murld Pendeta SInting sama arahkan pandang mata maslng-masing pada payung dl gah gadis baju biru.
"Payung Pellndung Dewal" Hamplr bersamaan SIndang Kuning dan ketlga temannya mendesis.
Yang tampak tldak tertarlk adaiah gadis baju hljau yang membopong sosok Dewl Kembang Maut. Selagl semua mata tertuju pada payung bercorak warna-warnl dl tangan gadis baju biru yang disebut dengan Payung Pellndung Dewa, gadls baju hijau inl tundukkan kepaia memperhatikan sosok Dewi Kembang Maut.
"Luka dalamnya cukup parah.... Aku harus segera membawanya dari tempat inl! Urusan dengan keempat gadis di depan itu persoalan nanti!"
Baru saja gadls baju hijau membatin begltu, mendadak Dewi Kembang Maut yang sedari tadl pejamkan sepasang matanya membuat gerakan menggeliat. Lalu buka sepasang matanya.
Memandang ke atas, sepasang mata sipit Dewi Kembang Maut alias Pang Bing Nio makin menyipit lalu membelalak. Mulutnya membuka.
"Kau...!"
Gadls baju hljau anggukkan kepala dengan paras berubah. Mulutnya bergerak membuka. Tapi tldak ada suara yang keluar.
"Kau tldak lakukan pesanku, LI LI Chenl" Dewi Kembang Maut buka suara lagi setengah membentak.
Lalu begitu sadar dia dalam bopongan gadls baju hijau yang dipanggil Li Li Chen, dla berusaha turun. Tapl gerakan Dewi Kembang Maut tertahan ketlka mendadak dla merasakan sentakan-sentakan keras pada dadanya. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dia cepat gerakkan kedua tangannya mendekap dada. Hampir bersamaan dengan gerakan kedua tangannya mulut perempuan Inl mengembung. Lalu terbuka muncratkan darah.
"Bu.... Kau terluka dalam.... Klta harus segera pergi dari tempat inl...." LI Li Chen berkata lirih.
Sambll usap muncratan darah di sekitar mulutnya, Dewl Kembang Maut buka mulut.
"Dengar, Li Li Chenl Bukan kita yang harus pergl dari tempat Inl! Tapl kau!" Pang Bing Nlo allas Dewl Kembang Maul dekap dadanya lagi. Lalu teruskan blcara. "Malah kau bukan saja harus segera tlnggalkan tempat Inll Tapl cepat tinggalkan neger! Inll"
Bu.... Itu urusan mudah.... Sekarang yang pentlng kau harus selamat dahulu...," ujar Li LI Chen seraya melirlk pada Slndang Kuning dan ketiga temannya yang maslh sama arahkan perhatlannya pada Payung Pellndung Dewa.
"Kau plkir ibumu Inl tidak blsa seiamatkan dlri?I"
"Aku percaya.... Tapl keadaanmu kurasa...."
"Li LI Chen I Aku tahu kemampuankul Kau tak usah menggurulkuf Cepat turunkan akul Dan cepat tlnggalkan negerl lnil"
Li LI Chen bukan segera turutl permintaan Dewl Kembang Maut yang ternyata adalah lbunya. Melainkan berkelebat menjauhl Sindang Kuning dan ketiga temannya.
Sejarak sepuluh langkah, LI LI Chen turunkan PangBing Nlo allas Dewl Kembang Maul dari bopongannya. Lalu ailhkan pandangan dari sengatan sepasang mata lbunya yang terus melotot angker.
Begltu diturunkan dl atas tanah, Dewi Kembang Maut duduk bersiia. Lalu sepasang matanya yang sedari tadl pandangi LI LI Chen dlallhkan pada tubuhnya. Tapl cuma sesaat. DI lain kejap dla tengadah. Kedua tangannya membuka pakalan putlh yang dlkenakannya yang bukan laln adalah pakalan millk Uwe Ladaml, salah seorang utusan Dew Atas Angln yang sempat berkunjung ke daratan Tibet bersama Uwe Kasuml.
Begitu baglan atas pakaiannya terbuka, terllhatlah untalan kembang berwarna merah menutupl kulit perut dan dadanya, hlngga kulit perut dan dada perempuan darl daratan Tibet Ini tidak kelihatan.
Tanpa memandang, (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dewi Kembang Maul mengambil salah satu untaian kembang dl dadanya. Laiu dimssukkan ke dalam muiutnya. Sementara tangan satunya segera tutupkan kemball pakalannya yang terbuka.
Begltu salah satu kembang terteian, perlahan terjadl perubahan pada dlri DewlKembang Maut. Wajahnya yang plas karena terhajar Sindang Kuning dan ketlga temannya laksana lenyap. Bayangan luka daiam yang dlderltanya pun slrna!
"LI Li Chen!" kata Dewi Kembang Maut seraya bergerak bangkit. Sepasang matanya kemball mendelik angker pada gadis di hadapannya. "Kau dengar ucapankul Dan kau tahu jaian untuk kembaii ke Tibet!"
"Bu •... Kita harus pulang bersama-sama.... Aku...."
Cukupl Aku tak mau dengar lagl ucapanmu! Aku tak ingin melihatmu lagl di negeri inil"
"Bu.... Sebenarnya Ini bukan kehendakku. Aku hanya turuti ucapan Kakek...."
"Keparatl Beraninya kau turuti ucapannya dan tldak dengar ucapanku!"
Tapi, Bu .... Kali lni kurasa ucapan Kakek ada benarnya...."
Dewi Kembang Maul tegak diam dengan dagu terangkat. Dla berusaha menlndlh hawa panas pada dadanya. Sedang Li Li Chen basahl biblrnya beberapa saat. Lalu leruskan bicara.
"Kakek mengatakan, dugaanmu tentang negerl Ini salah besarl Mungkin kau tldak akan mampu menguasal dahsyatnya badai dunla persllatan negerl inil Negerl Inl maslh terlalu ganas buatmuf Leblh dari itu.... Pedang...."
Tutup mulutmu atau tanganku akan melakukannyal" sentak Dewi Kembang Maut memotong ucapan Li Li Chen.
Enlah karena apa, kali ini LI Li Chen tidak takut dengan ancaman Dewl Kembang Maut. Dia buka mulut lagl.
Bu.... Aku sekadar mengatakan ucapan Kakekl Dla mengatakan, kalau kau berslkeras mendapatkan Pedang Keabadlan, bukan keberhasilan yang akan kau peroleh, melalnkan malapetakal"
Persetanl" bentak Dewl Kembang Maut dengan sosok bergetar keras.
"Sebalknya kita kemball dan meiupakan urusan pedang itu...."
Pang Bing Nio pantang surutkan langkahl Tanganku menyimpan kekuatan untuk selesalkan urusan di negeri inil"
LILI Chen mengheia napas panjang. Dia tahu bagaimana tablat lbunya. Sekaii dia punya kemauan, pantang slapa pun menghalangi.
"Li LI Chenl Sekali lagl kuminta kau segera angkat kaki dari negeri Inll" kata Dewl Kembang Maut seteiah keduanya sama terdlam beberapa saat. "Jangan percaya pada ucapan kakekmu! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dan tak lama lagl aku akan membuktikan hal itu! Aku segera puiang dengan Pedang Keabadian!"
Sekali lagl LI LI Chen menghela napas panjang seraya berkata dalam hatl.
"Kau mengatakan tanganmu menyimpan kekuatan untuk selesalkan urusan dl negeri inl. Kau akan segera puiang dengan Pedang Keabadian.... Kau tak sadar apa yang baru saja terjadl menlmpa dirimul Kau blsa dlbuat terluka dalam cukup parah hanya oleh gadis-gadls mudal Selama inl kau hanya malang meilntang di daratan Tibet tanpa tahu bagaimana daratan lain.... Seandainya kau mau maklum dengan apa yang baru saja kau alaml, kau pasti dengar ucapankul Kesadaranmu tertutup dengan kelnginan besarmu untuk mendapatkan Pedang Keabadian!"
"Li Li Chenl Apa lagi yang kau tunggu?l Tlba-tlba Dewi Kembang Maut membentak.
"Rasanya percuma berdebat dengannya. Aku akan pergi dari tempat Inl. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Tapi tldak untuk kembali ke daratan Tibet! Aku akan terus mengawasinya hlngga dla sadar sendiril" LI LI Chen membatln. Lalu karena sudah merasa jengkel dengan slkap lbunya, tanpa buka mulut lagl dia balikkan tubuh dan meiangkah tlnggalkan tempat itu.
"Ingat, LiLI Chen! Kaiau aku masih mellhatmu berkeilaran di negeri ini, jangan pikir aku tak tega membunuhmu!" teriak Dewi Kembang Maut meski sebenarnya ancaman itu dlucapkan dengan maksud agar LI LI Chen benar-benar turutl permlntaannya.
Begltu sosok Li LI Chen berlalu, Dewl Kembang Maut sentakkan kepala ke arah Slndang Kuning, Sindang Merah, SIndang Hitam, dan SIndang Putlh yang maslh tegak dengan kepala berpaling ke arah Payung Pelindung Dewa, gadls baju blru dan murid Pendeta Sinting. Rasa keslma gadis-gadls ini membuat mereka tldak peduli apa yang terjadl dengan pemblcaraan LILI Chen dengan Dewl Kembang Maut.
"Gadls-gadls jahanam itu perlu tahu slapa yang dlhadapil" desls Dewi Kembang Maut. Sekail dia berkelebat sosoknya sudah tegak beberapa langkah dl hadapan SIndang Kuning dan ketlga temannya.
*
* *
------------------------------------------------------DUA
------------------------------------------------------
KARENA sahutan yang terdengar darl dalam tandu adalah gelakan tawa, gadls baju biru tengadahkan kepala pandangi Payung Pelindung Dewa dl tangannya. Tanpa berkata lagl dla lanjutkan iangkah.
Tunggu!" Terdengar suara menahan. Kall Ini yang buka mulut Pendekar 131. Lalu melangkah mendekatl gadls baju blru.
"Jangan bergerak dari tempatmul" Dar! daiam tandu terdengar suara.
Murld Pendeta Sintlng tldak pedull. Malah dia segera melompat lalu tegak IIma tindak dl hadapan gadis baju biru.
"Apa lagl maumu?!" sentak si gadls tanpa memandang.
"Orang dalam tandu mengenall payungmu. Berartl dia juga mengenaiimul Tapl itu tak pentlng. Yang lngln kutanyakan. Kau tahu slapa orang di dalamnya?l"
Yang ditanya gerakkan kepala. Sepasang matanya yang bundar simak balk-balk sosok Pendekar 131. Lalu berkata.
"Sepertinya kau baru bentrok dengannya. Aneh kalau kau tldak mengenaii orang yang punya urusan denganmu!"
Kellhatannya memang aneh.... Tapl begitulah kenyataannyal"
"Maksudmu?1"
"Aku tidak mengenalinyal"
"Hem.... Begltu?l Lalu urusannya?!"
"Dia minta senjatakul" kata Joko seraya tundukkan kepala memandang ke bagian bawah perutnya.
Gadis baju blru lkutl arah ke mana murid Pendeta Slntlng memandang. Sepasang matanya kontan mendellk.
Pendekar 131 angkat wajahnya. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dla terkeslap kaget melihat perubahan paras wajah gadls dl hadapannya. Dia buru-buru berucap.
"Maksudku.... Dla mlnta.... Pokoknya benda sepertl payungmu itu!" Joko batalkan nlat untuk mengatakan terus terang Pedang Tumpul 131 dan Pedang Keabadian.
Gadls baju biru anggukkan kepala. Pendekar 131 pandangl Payung Pelindung Dewa beberapa saat. Lalu buka mulut lagl.
"Kau tahu siapa adanya orang dalam tandu?l Yang ditanya geleng kepala.
"Aneh.... Kau tldak mengenallnya. Bagalmana dla blsa tahu payungmu adalah Payung Pellndung Dewa?l"
"Kedengarannya memang aneh.... Tapi begitulah kenyataannya!" sahut gadis baju biru seoiah menlrukan jawaban murld Pendeta Sintlng tadi. Aku tldak kenal slapa orang di dalamnyal Aku harus segera pergi. Harap tldak menghadangl"
Untuk sementara waktu aku akan menghlndar seraya menyelidlk slapa sebenarnya orang dalam tandu sekallgus apa maksud tujuannyal" kata Joko dalam hatl. Lalu dengan tersenyum dla berkata.
"Boleh aku ikut denganmu?l"
Gadls baju blru mendellk dengan dahlberkerut. Lalu berucap.
"DI slnl banyak orangl Kurasa kau blsa minta pada salah satu dl antara merekal Sekarang aku belum butuh teman! Ada lagi yang ingin kau katakan?l"
Pendekar 131 terdiam dengan lepas pandangan berkeliling. Saat itulah dia baru sadar jika gadls baju hijau yang tadl membopong sosok Dewi Kembang Maut sudah tldak kellhatan lagl. Dan dla malah tampak terkejut mellhat Dew Kembang Maut yang sudah tegak di hadapan SIndang Kuning dan ketlga lemannya seolah tldak baru saja terluka dalam cukup parahl
"Ke mana gadis ltu?I Aku tadi hanya mellhat sekiiasl Tapl aku bisa menduga.... Gadis itu masih ada hubungannya dengan Dewl Kembang Mautl Dan satu hal yang pastl, dla Juga berasal darl negerl yang sama dengan Dewl Kembang Mautl Tampaknya makln banya ksaja pendatang dari negerl seberang .... Apa yang mereka earl?! Mungklnkah punya maksud yang sama dengan Dewl Kembang Maut?i Anehnya lagi.... Bagalmana mungkin secepat ltu (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dewl Kembang Maut mampu pullhkan dlrl?I Padahal luka dalam dan luar yang dideritanya cukup parah .... Kall inl tampaknya aku harus
berhadapan dengan orang yang selaln berslkap aneh tak mau unjuk tampang, juga aneh dalam IImunya...."
Selagl murid Pendata SInting membatln begitu, gadls baju blru berkata.
"Harap tldak menghalangl langkahku!"
"Kau keberatan aku ikut. Tak apa. Tapi aku tetap akan lkuti" kata Joko.
Kau tldak akan pergl darl tempat Ini, Pendekar 131!°
"Selan sekallpun tak akan kublarkan pergl darl tempat Inll"
Terdengar dua suara keras membahana. Yang pertama dlucapkan Dewl Kembang Maut. Suara kedua dlperdengarkan orang darl dalam tandu.
Slndang Kuning dan ketiga temannya terlengak. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Buru-buru mereka menoleh. Mereka terkeslap mendapatl Dew Kembang Maut telah tegak dengan sungglngkan senyum seringal dan seolah tidak mengalaml cedera apa-apal Dan mereka makln terkejut begitu tldak melihat gadls baju hljau yang tadl menyelamatkan dan membopong Dewl Kembang Maut.
Sikap kaget empat gadls dl hadapannya membuat Dewi Kembang Maut tertawa panjang. Lalu berkata.
"Kallan plklr mudah membunuhku?l" Kepala Dewi Kembang Maut menggeleng. "Percuma aku menyeberang samudera jlka harus terbunuh di tangan manusia manusla kecll sepertl kallanl"
"Slndang Kuning! Merahl Hitaml Pulihl Tinggalkan manusla itul Kallan tahu apa yang harus kallan lakukan sekarangl" Tiba-tiba terdengar suara keras darl daiam tandu.
Tanpa ada yang buka mulut, Slndang Kuning dan kstlga temannya melompat mundur.
Tampaknya Dew Kembang Maut bisa menangkap mak sud ucapan orang di dalam tandu. Dla tak mau menunggu lagl. Begltu empat gadls dl hadapannya melompat mundur, dia cepat sentakkan kedua tangannya lepas pukulan jarak jauhi Begltu iepas pukulan, dla segera gullngkan dlrl dengan tangan kanan dan kiri menyellnap ke ballk pakalannya. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Sepasang matanya memperhatlkan baik-balk gerakan empat gadls dl depan.
Slndang Kuning dan ketlga temannya sempat terkeslma begitu mellhat dua gelombang dahsyat melesat ke arah mereka. Mereka buru-buru tahan gerakan yang hendak balikkan tubuh. Dan serentak mereka hantamkan tangan maslng-masing menghadang gelombang pukulan yang datang.
Blummm! Blumml
Dua gelombang pukulan Dewl Kembang Maut bertemu dengan gelombang warna kunlng, merah, hitam, dan putih yang dllepas SIndang Kuning dan ketlga temannya aklbatkan dua iedakan keras.
Slndang Kuning dan ketiga temannya terhuyung beberapa tindak. Saat itulah tiba-tlba dl antara semburan tanah aklbat bentroknya pukulan, melesat empat kembang berwarna merah perdengarkan desingan tajaml
Cepatnya kiblatan kembang warna merah dan belum slapnya Slndang Kuning dan ketiga temannya membuat keempat gadls cantlk Ini tersentak kagat dan terlambat selamatkan dirlI Hingga tanpa ampun lagl empat kembang yang ternyata dllepas oleh Dewl Kembang Maut menderu tanpa haiangan berartl.
"Jahanaml" Mendadak terdengar maklan dari dalam tandu. Saat bersamaan berklblat satu cahaya putlh kekunlngan ke arah empat kembang merah.
Kembang merah yang menderu ke arah Slndang Kuning dan SIndang Putlh mencelat bertaburan terhantam cahaya putih kekunlngan. Tapl tldak demlklan hainya dengan dua kembang merah yang menderu ke arah Slndang Merah dan SIndang Hitam, karena dua kembang itu sudah menghujam sebelum dllabrak cahaya putlh kekunlngan.
Slndang Merah dan Sindang Hitam terpeklk. Sosok keduanya tersentak menceiat dengan perut kucurkan darah! Lalu terbanting dl atas tanah dengan tubuh mengejangl
SIndang Kuning dan SIndang Putih yang selamat segera bergerak gullngkan dlrl mengejar sosok Sindang Merah dan Sindang Hitam. Tapi kedua gadls inl segera melolong laksana merobek langit begltu mendapatl SIndang Merah dan Slndang Hilam sudah tldak bernyawa lagi dengan perut mengembung besar dan terus kucurkan darahl
Slndang Kuning dan Slndang Putlh bangkit dan langsung hujamkan mata maslng-masing pada sosok Dewl Kembang Maut yang sudah tegak dengan kacak plnggang dan kepala mendongak di seberang depan.
Slndang Kuning dan Sindang Putlh saiing pandang beberapa saat dengan mata berkaca-kaca. Saat laln keduanya berkelebat ke arah Dewi Kembang Maut. Namun belum sampal keduanya bergerak, terdengar suara dari dalam tandu.
"Sindang Kunlngl Sindang Putlh! Lupakan manusla Tibet itul Ada yang lebih penting darlpada jahanam keparat itul"
SIndang Kuning dan Sindang Putlh tahan gerakan. Keduanya kemball sallng pandang. Kall Ini jeias pandangan mereka dlslrati kebimbangan.
Kita tldak boleh berdiam diri. Kematlan Sindang Merah dan Slndang Hitam harus kita balasl Sekarang jugal" blslk SIndang Kuning.
Tapi...."
"Urusan merebut Payung Peiindung Dewa bisa kita tundal Tapl tldak demlklan halnya dengan urusan nyawa SIndang Merah dan SIndang Hitami Apa pun yang terjadl, kita harus iakukan pembalasan sekarangl" SIndang Kuning sudah menukas sebeium Slndang Putlh teruskan blcara.
Sejenak SIndang Putlh tampa'ragu-ragu. Tapi saat lain dla anggukkan kepaianya.
SIndang Kunlngl Putihi Kailan dengar ucapanku?1
"Terpaksa kail lnl kita langgar aturannyal Inl karena menyangkut urusan nyawa Sindang Merah dan Sindang Hltaml" kata Sindang Kuning. Sindang Putlh kemball anggukkan kepala. Kejap kemudlan kedua gadls Ini teruskan kelebatan ke arah Dewl Kembang Maut.
"Kallan langgar perlntahl" Terdengar suara bentakan keras darl dalam tandu. "Kalian tahu aklbatnyal"
Walau jeias dengar suara dari dalam tandu, namun kematlan SIndang Merah dan Sindang Hitam membuat Slndang Kuning dan Slndang Putlh nekat lanjutkan kelebatan.
Bersamaan dengan terusnya gerakan Sindang Kuning dan Slndang Putlh, mendadak terdengar tawa bergelak darl daiam tandu. Namun saat laln tlba-tlba berklblat cahaya putlh kekuningan ke arah SIndang Kuning dan Slndang Putlhl Berpallng, (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) SIndang Kuning dan SIndang Putlh terpana. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Apa pun gerakan yang mereka lakukan untuk menghadang, tldak akan bisa menyelamatkan merekal
Hingga mereka hanya memandang tanpa membuat gerakan apa-apal
Pendekar 131 terlonjak kaget. Dla cepat berkelebat. Lalu dorong kedua tangannya dlarahkan langsung pada sosok Slndang Kuning dan Slndang Putlh.
Wuutt! Wuutt!
Dua gelombang angin menderu. Sindang Kuning dan Slndang Putih makln terpana begitu mendengar gelombang darl arah belakangnya.
Desssl
Gelombang angln yang menderu dari tangan murid Pendeta Slntlng mendahulul cahaya putlh kekunlngan darl dalam tandu menghantam sosok Sindang Kuning. Sementara Slndang Putih lolos darl sambaran gelombang angln dorongan tangan Joke.
Slndang Kuning terdorong deras ke depan sebelum akhirnya jatuh terjungkal dl atas tanah. Namun terdorongnya sosok gadis baju kunlng tlpls dan ketat lnl membuatnya selamat darl hajaran cahaya putlh kekuningan.
Sementara lolosnya Sindang Putih dari geiombang angin dorongan tangan Joko membuat gadis berbaju putih ini tak mampu lagi terhajar cahaya putih kekuningan dari daiam tandu.
Desssi
Sindang Putih tak sempat iagi keiuarkan seruan tertahan. Sosoknya terpentai beberapa tombak ke samping iaiu menghujam tanah dengan nyawa meiayangl
Waiau sempat terjungkai, namun karena dorongan tangan mu rid Pendeta Sinting tidak dialiri tenaga dalam tinggl, maka Sindang Kuning tldak menderita luka daiam berarti. Gadis baju kuning ini cepat berpaling dengan sosok masih telungkup di atas tanah.
"Sindang Putih...," seru Sindang Kuning dengan suara tertahan-tahan. Tanpa mendekat, gadis ini sudah tahu apa yang terjadi menimpa Sindang Putih. Dan saat itu pula dia sadar kalau dirinya diseiamatkan orang. Maka diasegerateruskan gerakan kepaianya berpaling ke arah beiakang. Saat itu murid Pendeta Sinting tarik kedua tangannya yang baru saja mendorong.
"Hem.... Dia teiah menyeiamatkan aku.... Pendekar 131 Joko Sabieng...!" gumam Sindang Kuning. Lalu alihkan pandang matanya pada tandu berbentuk bangunan kuii dari man a tadi cahaya putih kekuningan yang membuat Sindang Putih tewas melesat keluar.
"Dewi Angkaranii Seiama ini aku teiah mengabdl padamu tanpa peduiikan apa pun! Tapi nyatanya kau tldak mau mengertii Bahkan kau telah tega membunuh Sindang Putih yang banyak berjasa padamui Aku tak bisa menerima semua ini! Tak bisal"
Dengan darah mendidih, (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Sindang Kuning bergerak bangklt. Saat ituiah dia mellhat gerakan tangan murld Pendeta Sinting yang meiambai-iambai. Terpakaa Sindang Kuning aiihkan perhatiannya pada Joko meski sesaat tadi dia hendak arahkan pandang matanya pada tandu.
Begitu diiihatnya Sindang Kuning memandang kearahnya, Pendekar 131 memberi isyarat dengan tangannya agar Sindang Kuning segera tinggaikan ternpat itu.
Sebenarnya Slndang Kuning sudah memutuskan untuk menghadapi orang daiam tandu. Tapi seteiah berpiklr beberapa saat, akhirnya dia memutuskan.
Aku bukan tandingannya.... Apa pun yang akan kulakukan, aku tetap akan mampus di tangannyal Hem.... Mungkin sebaiknya aku menuruti isyarat Pendekar 131 untuk pergl dari tempat inii Siapa tahu keiak kemudian harl aku bisa membaiasi Dengan pergi dari silnl aku masih punya kesempatani"
Berpiklr sampai ke sana, akhirnya Sindang Kuning bailkkan tubuh dan serta-merta berkeiebat tinggaikan tempat itu.
Dewi Kembang Maut yang masih menaruh dendam pada Sindang Kuning tidak tlnggal diam begltu mellhat kelebatan orang. Dia segera hantamkan tangan kanan dan kirinya iepas pukuian jarak jauh.
Di iain plhak, begitu sosok Sindang Kuning berkelebat, dari daiam tandu meiesat cahaya putih kekuningan.
Karena sudah memperhitungkan, kaii ini Sindang Kuning sengaja berke!ebat dengan membuat gerakan menyamping ke kiri dan kanan.
Biamm! Blammi
Terdengar iedakan keras dua kaii berturut-turut ketika geiombang pukuian yang diiepas Dewi Kembang Maut dan cahaya putih kekuningan menghantam tanah gagai menghajar sosok Sindang Kuning.
Tanah di tempat itu bergetar keras dan semburat haiangi pemandangan.
Sesaat Sindang Kuning rasakan sosoknya terhuyung akibat pukuian Dewi Kembang Maut dan orang daiam tandu yang menghajar tanah. Begitu dia dapat kuasai diri dari huyungan, gadis cantik berbaju kuning ini kerahkan seiuruh ilmu peringan tubuhnya. Laiu laksana terbang dia teruskan keiebatan hingga sosoknya lenyap di kejauhan sana.
*
* *
------------------------------------------------------TIGA
------------------------------------------------------
BEGITU Slndang Kuning beriaiu, Pendekar 131
berkeiebat ke arah gadis baju biru pembawa Payung Peiindung Dewa. Lalu berkata.
"Kita harus segera pergi dari tempat Ini!
SI gadis hanya memandang tanpa berucap atau membuat gerakan. Joko jadi tidak sabar. Tanpa berkata
iagi dia segera pegang iengan kiri si gadis.
Gad is baju biru sesaat diam aaja. Namun begltu
murid Pendeta Sinting hendak meiangkah, dia sentakkan tangan kirinya hingga pegangan tangan Joko lepas.
Aku memang akan pergi. Tapi bukan bersamamul
Aku tak mau teriibat daiam urusanmu!"
Habis berkata begitu, enak saja gadis berbaju biru
gerakkan kaki.
Pendekar 131 angkat bahu. Laiu ikut
meiangkah menjajari si gadis seraya diam-diam membatin.
"Aku akan mengejar Sindang Kuning .... Mungkln
dari dia aku akan mendapat keterangan tentang orang
daiam tandu!"
Baru saja Joko membatin begitu, mendadak dari
arah beiakang menderu geiombang angin menggidikkan. Saal kemudian terdengar iagi deruan dahsyat menyusuli!
Pendekar 131 cepat baiikkan tubuh. Dia meiihat
dua geiombang dahsyat berkibiat lurus ke arahnya. Di
beiakang geiombang pukuian ini meiesat cahaya putih
kekuningan ke arah gadis baju biru!
Karena sudah memutuskan untuk mengejar Sindang Kuning, tanpa pikir panjang iagi Joko cepat
hadang dua gelombang yang berkiblat ke arahnya dengan
iepas pukuian 'Lembur Kuning'.
(tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Namun dia jadi terkejut
demi melihat gadis baju biru tidak hentikan langkah
atau menghadang kibiatan cahaya putih kekuningan
yang tldak lain dllepas orang daiam tandu.
Maka seraya iepaskan pukuian 'Lembur-Kuning', murid Pendeta Slntlng berteriak.
"Awas pukuian di beiakangmui"
Blammml Blamm!
Dua gelegar keras terdengar begitu pukuian yang mengarah pada Joko dan tidak iain diiepas Deyi Kembang Maut bentrok dengan pukuian 'Lembur Kuning'.
Dewi Kembang Maut terbungkuk-bungkuk mundur dengan tubuh bergetar keras. Joko sendiri terhuyung.
DI iain pihak, beberapa iangkah iagi cahaya putih
kekuningan menghantam teiak gadis baju biru, mendadak tanpa putar tubuh iagi, gadis ini sentakkan kaki
kanan kirlnya. Payung Peiindung Dewa di tangan kanannya berputar keras perdengarkan deruan dahsyat.
Sosok gadls baju biru iaksana terbang melesal ke
udara. Cahaya putih kekuningan menghajar udara kosong sebeium akhirnya menabrak tanah lima tombak di
depan mana tadl gadis baju biru tegak.
Tanah ltu langsung muncrat ke udara meninggaikan iobang besar. Pemandangan di tempat itu beberapa saat terhaiang semburatan tanah.
DI atas udara gadis baju biru membuat putaran satu kali.
Tangan kanannya disentakkan iurus ke depan. Laiu Payung Peiindung Dewa diputar tiga kali.
Werrl Werr! Werrr!
Tlga gelombang luar biasa dahsyat berkiblat. Tanah di tempal ltu langsung semburat meninggaikan jalur panjang sedaiam sepuiuh jengkai. Pemandangan di tempat itu makin pekat.
Ketika semburatan tanah iuruh kembali, terdengar makian panjang pendek keiuar dari muiut Dewi Kembang Maut. Karena sepasang matanya tidak iagi melihat sosok Pendekar 131 atau gadis baju birui Yang terlihat tinggal tandu berbentuk bangunan kuil tertutup kain iobang-lobang warna merah.
Waiau maslh menaruh marah pada sosok di dalam
tandu, namun karena dla lebih tertarik pada Payung Pelindung Dewa yang berada di tangan murid Pendeta
Sinting, maka tanpa buang waktu iagi perempuan darl
Tibet ini segera berkelebat tinggaikan tempat itu.
Sementara itu entah karena apa, sosok di daiam
tandu tidak perdengarkan ucapan atau iepas pukulan
ketika sosok Dewl Kembang Maut berkeiebat tinggaikan tempat ltu. Dia hanya terdengar bergumam lirih.
"Aku tak tahu pasti .... Mana yang cocok antara Pedang Tumpul 131, Pedang Keabadian, atau Payung Pelindung Dewai Tapi.... Tampaknya aku iebih tertarik dengan Payung Peiindung Dewa! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Sudah iama payung itu
tidak muncui ke rimba persiiatan.... Hem .... Tidak tahunya berada di tangan seorang gadis cantiki Siapa dla
adanya tak pentlngl Yang jeias aku harus mendapatkannya!'
Begitu terdengar gumaman iirih, tandu berbentuk
bangunan kuii itu bergerak memutar di atas dua batangan pohon di bawahnya. Laiu terdengar gumaman
lagi.
"Aku tahu.... Perempuan dari daratan Tibet ltu
memburu Pedang Keabadian. Sementara ini dia memang kubiarkan hidup dan mendapatkan Pedang Keabadian. Aku akan memburu Payung Peiindung Dewa!
Begitu Payung Peiindung Dewa kudapatkan, aku akan
mencari perempuan itu atau Pendekar 131 !"
Bersamaan
(tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) habisnya gumaman darl dalam tandu,
tandu itu bergerak terangkat beberapa jengkai dari tanah. Saal lain iaksana terbang tandu berbentuk bangunan kuii tertutup kain merah itu meiayang di atas
udara!
Begitu tandu ienyap di kejauhan, satu sosok bayangan berkeiebat di tempat itu. Lalu tegak tidak jauh
dari tempat tegaknya Dewi Kembang Maut tadi. Sepasang matanya iurus memandang ke arah lenyapnya
tandu. Laiu terdengar iirih ucapannya.
"Dia pasti mengejar pemuda yang dipanggiinya dengan Pendekar 131i Dia tampaknya belum sadar juga
akan tingginya iimu orangi Hem... Urusan dunia persliatan di negerl ini rupanya rumit dan membingungkan! Aku harus terus mengawasinya.... Keteriibatannya
daiam urusan di negeri ini membuatku khawatiri"
Seteiah berucap begitu, sosok ini yang ternyata
adaiah seorang gadis cantik mengenakan baju hijau
dan bukan iain adaiah Li Li Chen, putar pandangan
berkeiiiing. Kejap kemudian dia sudah beriari tinggalkan tempat itu, mengambii arah ke mana tadi dia blsa
menangkap keiebatan Pang Bing Nio alias Dewi Kembang Maut yang tidak iain adaiah ibunya sendiri.
*
* *
Seteiah beriari iima puiuh tombak dan tidak iagi melihat gadis baju biru di atas udara, murid Pendeta Sinting menyeiinap sembunyi dengan rebahkan diri sejajar tanah di antara ranggasan semak beiukar. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Telinga dan sepasang matanya dipasang baik-baik.
Begitu yakin keadaan aman, Pendekar 131 segera bangkit. Saat iain dla sudah berkelebat iagi ke jurusan mana dia tadi datang dengan mengambii jalan berputar untuk menghindari pertemuan dengan Dewi Kembang Maul dan orang daiam tandu yang diyakininya akan mengejar.
Kekhawatiran akan hiiangnya jejak Sindang Kuning membuat murid Pendeta Sinting berkeiebat laksana orang kesetanan. Dia kerahkan segenap iimu peringan tubuhnya tanpa peduiikan iagi dadanya yang muiai sesak.
Setelah benar-benar merasakan dadanya tak bisa iagi untuk bernapas, baru Joko hentikan iarinya. Saat itu dia berada di kawasan agak terbuka yang hanya ditumbuhi beberapa pohon.
Sambii sandarkan punggung pada satu batangan pohon, murid Pendeta Sinting iepas pandangan berkeliling. "Bagaimanapunjuga Sindang Kuning tadi sempat mendapat hajaran dari Dewi Kembang Maut! Aku yakin, sekuat-kuatnya dia beriari, pasti tidak iebih jauh dari tempat inii Tapi.... Hingga sampai tempat ini aku belum juga meiihat sosoknya! Jangan-jangan aku saiah mengambii arah! Atau dia sengaja berbelok agar tidak mudah dikejar! Hem.... Kaiau dia tidak kutemukan, ke mana aku harus mencari keterangan tentang orang daiam tandu itu?! Padahai Sindang Kuning adaiah orang
satu-satunya yang kuketahui bisa memberi keterangan yang kuinginkan!"
Pendekar 131 mengheia napas panjang begitu seteiah beberapa kaii putar kepaia dan iepas pandangan beium juga menemukan orang yang tengah dikejar.
"Terpaksa aku mencari sambii jaian...." Akhirnya murid Pendeta Sinting memutuskan seteiah yakin di sekitar tempat itu tidak bisa menemukan Sindang Kuning.
Namun baru saja Joko meiangkah beberapa tindak dari batangan pohon di mana dia bersandar, mendadak di seberang depan sana dia menangkap berkeiebatnya satu sosok tubuh yang baru saja keiuar dari baiik batangan pohon.
Pendekar 131 memperhatikan beberapa saat. Kejap !ain dia berteriak.
Tunggu!"
Sosok di seberang depan tampak tersentak kaget hingga berhenti. Namun cuma sekejap. Kejap iain dia malah berkelebat makin cepat tanpa berpaiing.
Pendekar 131 segera berkeiebat mengejar seraya berteriak.
"Sindang Kuning! Tunggu!"
Sosok di seberang depan bukannya berhenti. Tapi maiah iari iaksana dikejar setan di siang boiong. Dan seoiah tak acuh dengan jaianan yang diiewati.
"Sindang Kuningi Aku Joko Sabieng!" Murid Pendeta Sinting kembaii berteriak sambii terus berkeiebat begitu bisa menangkap sikap orang yang lari ketakutan.
Begitu murid Pendeta Slnting berteriak sebutkan diri, sosok di seberang depan memperiambat iarinya. Tapi saat iain dia meiompat dan di beiakang sana, Joko tidak iagi melihat sosok di seberang depan.
Pendekar 131 berhenti dan tegak di tempat mana tadi sosok di depan berhenti dan meiompat ienyap. Joko putar pandangan. Di tempat mana dia tegak saat itu banyak diranggasi semak beiukar dan ilalang.
Karena tak mau mencari-carl dan yakin sosok tadl berada di seberang depan adaiah Sindang Kuning, murid Pendeta .Sintlng berteriak.
"Sindang Kuningi Harap tidak takuti Aku Joko Sablengi"
Semak beiukar pada saiah satu tempat bergerak menyibak. Joko berpaiing. Dia meiihat satu sosok tubuh muncu! dengan mata menatap tajam. Dia adaiah seorang gadis berparas cantik. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Rambutnya hltam lebat menutupi sebagian pundaknya yang putih muius dan terbuka karena gadis ini mengenakan pakaian terusan pendek warna kuning yang baglan pundak hingga dada dan pahanya terbuka. Hingga murid Pendeta Sinting jeias bisa meiihat sebagian dada dan sepasang pahanya yang padat.
'Mengapa kau mengejarku?i ingin meneruskan masalah?!" Gadis cantik baju kuning yang bukan lain adalah Sindang Kuning, satu-satunya gadis yang selamat dari empat gadls pembawa tandu, buka muiut dengan mata terus memperhatikan ke arah murid Pendeta Sinting. Parasnya tegang.
Pendekar 131 tersenyum dan gelengkan kepaia seraya berucap.
Kau jangan saiah sangka, Sindang Kuning.... Diantara kita tidak ada masaiah! Kalaupun kita sempat bentrok, itu bukan karena kelnglnanmui"
Ketegangan yang sesaat membayangi paras Sindang Kuning sirna. Dia mengheia napas panjang sambli melangkah keluar dari ranggasan semak belukar mencari tempat agak terbuka. Lalu berkata seraya usap keringat yang membasahi leher dan wajahnya.
'Hem .... Baru kali ini aku bisa melihatnya dengan jeias.... Ternyata dia iebih cantik dari yang kuiihat sebelumnya...," Joko membatin sambil pandangi sosok Sindang Kuning muiai ufung rambut hingga ujung kaki.
"Harap segera katakan apa maksudmu mengejarku!" Sindang Kuning berkata seraya aiihkan pandang matanya dari tubuh murid Pendeta Sinting ke seantero tempat itu.
Terus terang saja .... Aku ingin beberapa keterangan. Kuharap kau tidak keberatan!"
"Benar kau adaiah Pendekar 131?!"
"Apakah orang daiam tandu ltu pernah saiah sebutkan nama orang?!" Joko baiik bertanya.
Sindang Kuning gelengkan kepaia. Laiu berkata pelan.
"Pendekar 131.... Hasanya aku beium bisa memberi keterangan saat ini! Kematian ketiga temanku...."
Hanya sampai di situ ucapan yang terdengar dari mulut Sindang Kuning. Saat kemudian gadis ini kancingkan muiut dengan bahu berguncang dan sepasang mata berkaca-kaca. Kepalanya beberapa kaii menggeieng.
Pendekar 131 mengheia napas. Laiu mendekati Sindang Kuning dan pegang lengan si gadis sambii berucap lirih.
"Aku tahu bagaimana perasaanmu.... Kalau kau belum bisa memberi keterangan saat ini aku tidak memaksa! Sekarang kau hendak ke mana?l
Sindang Kuning terdiam beberapa saat. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Laiu setelah menyeka air matanya yang jatuh membasahi ke dua pipinya, dia berkata.
"Sebenarnya aku ingin menguburkan ketiga temanku itu dengan iayak .... Tapi rasanya itu tak mungkini Aku khawatir...."
"Kau harus bisa menahan dirl, Sindang Kuning...."
Joko menyahut ucapan si gadis sebeium kata-katanya habis. "Saat ini yang harus kau pikirkan adaiah keselamatanmu! Bukan tak mungkin orang daiam tandu masih mencarimui"
Sindang Kuning anggukkan kepaia. "Aku sudah memperhitungkan apa yang keiak akan terjadi menimpa dlriku dan teman-temanku.... Tapi aku sama sekall tidak menduga kaiau akhirnya begini mengenaskan!
Pengorbanan, pengabdian beberapa tahun Sindang Putlh sia-sia beiaka!"
Pendekar 131 pandangi wajah gadis di hadapannya beberapa saat. Laiu berkata.
"Sudahiah.... Semuanya sudah terjadi. Sekarang ke mana tujuanmu?"
Sindang Kuning geiengkan kepaia. "Aku tak punya tujuan pasti .... Dosa yang kuiakukan tampaknya sudah tidak mungkin terampuni.... Kalaupun aku sekarang punya tujuan, itu adaiah membaias kematian Sindang Putih, Sindang Merah, dan Sindang Hitam!"
"Sindang Kuning.... itu hanya akan memperburuk keadaan...."
Sindang Kuning sentakkan wajah memandang tajam pada murid Pendeta Sinting.
"Sindang Merah dan Sindang Hitam terbunuh di depan mataku! Sindang Putih ieblh mengenaskan iagii
Dia terbunuh di tangan orang yang ke mana seiama ini dia berkorban dan mengabdi! Apa aku harus diam saja?! Hanya manusia pengecut yang meiakukan hai itui Sedang aku bukan manusia pengecut!" kata Sindang Kuning dengan suara keras.
Tapi kita harus memperhitungkan iangkah sebeium bertindak! JIka tidak, bukan tujuan yang akan tercapai, namun ceiaka yang justru kita dapat!"
"Aku tidak peduii apa yang nanti akan kudapat!
Yang jeias aku sudah berbuat sesuatu! Itu iebih berarti daripada berdiam diri!"
"Hem.... Dalam keadaan seperti sekarang ini, jelas rasa emosi yang paiing berperan daiam pikirannya Aku harus menunggu sampai hawa marahnya reda. Kalau tidak, apa yang kuminta pun jadi berantakan!" Joko membatin. Laiu lepas pegangan pada iengan Sindang Kuning dan meiangkah mondar-mandir.
*
* *
------------------------------------------------------EMPAT
------------------------------------------------------
PENDEKAR 131 mendekati Sindang Kuning lagi.
"Aku hendak ke tempat seorang sahabat. Kalau kau beium punya tujuan ke mana, bagaimana kalau kau ikut denganku?"
Sindang Kuning pandangi wajah murid Pendeta
Sinting tanpa menyahut. Joko tersenyum. "Kau tak perlu menaruh curiga padaku. Bahkan meski aku tidak berbekai ilmu tinggi, aku akan berusaha meiindungimu!"
Sindang Kuning masih diam. Tapi jeias pandangan
dan parasnya berubah mendengar
ucapan murid Pendeta Sinting. Tak lama kemudian baru
gadls cantlk baju
kuning inl buka muiut.
"Di
mana tempat sahabatmu itu?!"
"Lembah Hijau...."
Sindang Kuning sipitkan sepasang matanya. "Kau
hendak bertemu Maiaikat Lembah Hijau?!"
Joko terkesiap kaget namun juga senang. Diam
diam dia berkata
daiam hati.
Kaiau dia bisa
sebut
dengan benar penghunl Lembah Hijau, berarti dia tahu di mana letak lembah itu!"
Habis membatin begitu, Joko berucap. "Ada yang
periu kubicarakan dengan Maiaikat Lembah Hijau. itulah mengapa aku hendak ke Lembah Hijau. Sekarang
bagaimana...? Mau ikut?!"
Sateiah berpikir agak iama Sindang Kuning menyahut. 'Baikiah.... Aku ikut denganmu. Tapi kau jangan kecewa seandainya di tengah jaian nanti
aku berubah niat!"
"Aku tidak punya hak untuk mencegahmu seandainya kau nanti
berbelok
jaian!
Beberapa saat kemudian Pendekar 131 dan Sindang Kuning sudah jaian bersama. Pada satu tempat,
murid Pendeta Sintlng buka pembicaraan setelah agak
lama keduanya sama berdiam diri.
"Kau seorang gadis cantik. ilmumu tinggi.... Selama ini pasti banyak pemuda yang tertarik padamu, di antara mereka ada yang kau sambut?!"
SIndang Kuning mendeiik dengan pasang tampang cemberut. Tapi saat iain mendadak dia tertawa
panjang. Laiu berkata.
"Kau sendiri bagaimana? Namamu sudah banyak
dikenal! dunia persliatan! Malah mungkin sampal daratan Tlbet! Sudah ada yang menarik hatimu?!"
'Hem.... Pengetahuan gadis ini luas!" Joko berkata
dalam hati. Lalu menyahut.
"Yang menarik hatiku memang banyak.... Tapi rasanya beium ada yang cocok! Bukan karena aku yang tidak mau, tapi justru mereka yang menolak! Pada seorang pemuda tanpa juntrungan begini rupa siapa yang
mau?! Kau tahu... ? Baru pertama kali ini ajakanku tidak
ditolak oleh seorang gadis cantlk!"
Pujlan Joko membuat Sindang Kuning pailngkan
wajah sembunyikan warna merah yang merona! parasnya. Joko sendiri melirik lalu cengengesan dan berkata,
"Kau tadi beium jawab pertanyaanku...."
Sindang Kuning luruskan wajah ke depan. Kali ini
tatapannya tampak kosong saat mulutnya membuka.
"Hampir seluruh usiaku habis bersama Sindang
"Hampir seiuruh usiaku habis bersama Sindang Merah, Sindang Hitam, Sindang Putih dalam pengabdian! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Malah kaulah satu-satunya pemuda yang bisa bicara banyak denganku! Kau juga pemuda yang pertama kali jalan bersamaku... seandainya aku tahu akan begini akhir dari pengabdianku selama ini..." Kepala Sindang Kuning menggeleng. Wajahnya kembali dibayangi rasa kecewa dan penyesalan.
"Jadi selama ini kau tidak pernah..."
Belum habis ucapan murid Pendeta Sinting, Sindang Kuning sudah menukas.
"Sejak usia delapan tahun, yang kutahu hanya
mengabdi dan mengabdi! ltulah hldupkul
Bahkan
sampai aku tidak tahu siapa ayah-lbuku, dl mana mereka
dan siapa puia sanak saudarakul
Maka dari itu aku
sangat kehilangan dengan terbunuhnya Sindang Merah, Sindang Hitam, dan Sindang Putihl Merekaiah
yang kuanggap saudara! Pada mereka puia semua
beban kutumpahkan! Begitu puia dengan mereka bertigal Mereka tidak jauh berbeda denganku...."
Sejak usia
delapan tahun kau telah mengabdl.
Lalu apa sebenarnya hubunganmu dengan orang yang
kau abdi ltu?i Bukankah dia orang di dalam tandu?!" ujar Joko.
Kepala Sindang Kuning mengangguk. Dia bernama Dewi Angkarani.... Apa hubunganku dengannya
aku sendiri tak tahu pastil Yang jelas, sejak usia delapan tahun aku sudah berada daiam asuhannyai Aku
sendirl tak habis pikir. Mengapa aku bisa begitu serahkan hldupku untuk mengabdi padanya! Malah kau boieh percaya atau tldak, selama Ini tidak terpikir oiehku
untuk mencari tahu siapa ayah-ibuku! Justru plklran ltu
terlintas begitu aku bicara denganmu saat ini! Tapl....
Rasanya semua itu sudah terlambat ... ."
"Sindang Kuning .... Dalam masaiahmu, tidak ada
kata terlambat! Saat ini kau punya banyak waktu dan
kesempatan! Kalau kau tidak keberatan, aku bersedia
membantumu...."
Sindang Kuning berhenti sesaat. Laiu tlba-tlba melompat ke arah murid Pendeta Sinting. Entah sadar atau
tidak, karena ingin meyakinkan diri, tangan gadis cantik
Ini genggam erat tangan Joko seraya berkata.
"Kau.... Kau tidak bercanda?!"
Walau dadanya muiai berdebar karena genggaman
tangan Sindang Kuning, tapi Joko tidak berusaha lepaskan genggaman si gadis. Dia hanya tersenyum lalu
berkata.
"Kalau kau mau, kita bataikan perjalanan ke Lembah Hijau. Kita sekarang mencari tahu siapa kedua
orangtuamu ...."
Sindang Kuning makin eratkan genggaman tangannya. Maiah kIni tubuhnya sedlkit disandarkan pada tubuh murid Pendeta Sinting sambii berkata lirih.
Jeias suara itu diperdengarkan tidak jauh dari teiinga
Joko.
Tapi.... Aku tak mau rencanamu jadi tertunda.... "
Jangan plkirkan itu.... Lembah Hijau sudah jelas
tempatnyal Sementara di mana beradanya kedua
orangtuamu masih jadi tanda tanya besar!"
Entah karena apa, begitu mendengar kata-kata
Pendekar 131, Sindang Kuning dongakkan kepaia dengan tangan makin erat genggam tangan Joko. Sementara tubuhnya makin merapat pada bagian samping
tubuh murid Pendeta Sinting, hingga Joko harus menahan diri agar jalannya tidak oleng! Lebih dari itu dia
berusaha menindih dadanya yang makin berdegub
kencang karena sentuhan tubuh Sindang Kuning yang
baju bagian atas dan bawahnya terbuka!
"Sindang Kuning...," kata Joko dengan suara sedikit serak sambil terus melangkah. "Karena kau sendiri
tidak tahu asai-usuimu, sementara tahu-tahu kau sudah
ada dalam asuhan Dewi Angkarani, maka jalan satusatunya untuk mulai menyelidiki adalah mencari tahu
siapa Dewi Angkarani sebenamnya! Dari sana barangkaii kita akan mendapat titik terang...."
Sindang Kuning terdengar mengeiuh. Laiu bergumam, "Tampaknya pencarian kita ini sia-sia...."
Murid Pendeta Sinting hentikan langkah seraya
berpaiing. Karena gerakannya tanpa disengaja, sementara saat itu wajah Sindang Kuning tidak jauh dari
sampingnya, maka begitu berpaling tak ampun wajah
keduanya saiing bersentuhan!
Berubahiah paras wajah Sindang Kuning. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Buruburu dia tarik pulang wajahnya meski entah karena apa
dia tidak lepaskan genggaman tangannya. Joko sendiri
tersentak kaget. Tapi dia tidak berusaha tarik wajahnya.
Maiah saat lain dia cengar-cengiri
"Mengapa kau bilang pencarian ini sia-sia?!" Joko buka mulut seteiah keduanya sama terdiam beberapa
saat.
Dengan arahkan pandangan ke jurusan lain, Sindang Kuning menyahut.
"Sampai saat ini tidak akan pernah ada yang tahu
slapa sebenarnya Dewl Angkaranil"
"Setiap manusia yang diiahirkan pasti punya asal
usul! Termasuk Dewi Angkaranii Kecuaii kaiau dia bukan bangsa manusiai" Joko menyahut.
itulah maksudku...!"
Aku tidak mengerti ucapanmu!" kata murid Pendeta Sinting dengan kening berkerut.
"Mungkin dia bukan bangsa manusia!"
Kerutan di kening bertambah. Tapi saat iain tawanya meledak. Sindang Kuning menoieh. Lalu berkata.
Kau boieh tertawa! Tapi yang jeias suiit mengetahui asai-usui Dewi Angkarani! Dia sudah hidup beratus-ratus tahun tanpa ada perubahan pada tubuhnyal"
Laksana direnggut setan, ledakan tawa Joko terputus. Dia pandangl wajah gadis dl sampingnya dengan tatapan tak percaya.
Sindang Kuning tertawa peian. Lalu berkata iagi.
Kau mungkin tidak percaya.... Tapi aku percaya karena
aku meiihat dengan mata kepala sendiri."
"Tidak percaya apa?!
"Kau sempat melihat wajah dan sosoknya?i" Sindang Kuning bailk bertanya.
Murid Pendeta Sinting anggukkan kepaia. "Aku hanya sempat meiihat sekiias. Tapi aku yakin.... Dia
seorang gadis muda berparas cantik jeiita meski suaranya jeias suara orang iaki-iaki!"
"Dia memang seorang gadis cantik jeiita!" kata Sindang Kuning dengan suara agak keras sambil berpaling.
"Eh.... Ada apa dengan gadis ini?! Nada suaranya
lain! Ah.... Pastl karena aku menyebut Dewi Angkarani
seorang gadis cantik jelita!" Joko menduga-duga. Lalu
sambii tersenyum dia buka mulut.
"Dia merang gadis cantik jelita.... Tapi kau lebih cantik!"
Joko dapat merasakan getaran keras pada tangan
Sindang Kuning yang tergenggam tangannya. Dia juga
bisa menangkap warna merah dadu pada pipl Sindang Kuning
"Harap kau teruskan bicara...." Murid Pendeta Sinting angkat suara begitu ditunggu agak lama Sindang
Kuning beium juga buka suara.
"Apa yang sempat kau iihat sebenarnya semu...."
Akhirnya Sindang Kuning buka muiut juga meskl tanpa arahkan pandangan pada Pendekar 131.
"Semu bagaimana?!" tanya Joko seraya tarik sedikit tangan Sindang Kuning hingga si gadis berpallng.
Sosok sebenarnya Dewl Angkarani berada di satu tempati Yang ada dalam tandu adalah...." Kepaia Sindang Kuning menggeieng. "Aku tak tahu apa namanya!
Yang jelas sosok yang sempat kau iihat bukan sosok
sebenarnyai"
Murid Pendeta
Slnting tak bisa iagi membendung
rasa kagetnya. Dla mendongak beberapa iama. Entah
apa yangtengah dipikirkan. Hingga akhirnya
dia berkata.
"Katakanlah yang ada dalam tandu adalah bayangannya. Tapi mengapa dia bisa buka suara?! Bisa melihat bahkan bisa mengenaii orang meski aku yakin belum pernah bertemu dengannyai"
"Kau jangan harapkan jawaban dari ucapanmu itu!
Karena aku sendirl tak tahu jawabannyai"
Hem.... Keterangannya tidak jauh beda dengan keterangan Bibi Emban!" kata Joko daiam hati ingat akan keterangan Bibi Emban yang kemudian dibenarkan oleh kakek berhias tujuh obor di punggungnya sehati
belum mereka berpisah beberapa waktu ialu.
Sekarang aku ingin tahu. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Mengapa setiap kali bertemu dengan orang, bayangan Dewi Angkarani minta senjatanya?!"
Dengan muiainya pembicaraan, Sindang
Kuning
mulai iupa dengan apa yang baru saja terjadi yang
membuat dadanya berdebar dan wajahnya merah maiu.
Dia kail ini dekatkan wajahnya kembali pada wajah
murld Pendeta Sintlng seraya menyahut.
Dewi Angkarani tengah mencarl sebuah senjata yang cocok sebagai pamungkas dari deiapan senjata
sakti yang kini teiah dimiiikinyai Karena dia sendiri tidak tahu
senjata apa sebagal pamungkas itu, terpaksa
dia meminta senjata siapa saja yang ditemuinya! Bahkan selama ini dia terus melakukan perjalanan untuk
mencari!"
"Untuk apa sembilan senjata itu?!"
"Untuk mengembalikan kekuatannya! Sekarang ini sosok sebenarnya Dewi Angkaran! diam tak bergerakgerak tldak punya kekuatan sama sekall! Jika sembllan
senjata sakti telah ditemukan semuanya, maka sosok
sebenarnya akan mampu bangkit lag! maiah akan membuat dlrlnya sebagal tokoh yang mungkin sullt dicari tandingannya!"
Saking kagetnya, sosok Pendekar 131
sempat terlonjak. Sementara Sindang Kuning hanya tersenyum
lalu lanjutkan ucapan.
"Pencarlan sembiian senjata sakti itu sudah berlangsung beratus-ratus tahun! Dan kini tinggal pamungkasnya yang belum ditemukan!"
"Bagaimana dla bisa tidak tahu apa senjata sebagai
pamungkas dari delapan senjata sakti yang sudah ada?!"
SIndang Kuning mendongak dahutu sebelum menjawab. "Delapan dart sembflan senjata sakti yang dicari memang sudah ditentukan oleh seorang tokoh yang hidup pada zamannya dahulu kala. Tapl sl tokoh itu tidak
mampu member! penjelasan apa senjata kesembllan
itul Dan mungkin dia putus asa, dia beberapa kalf berkunjung ke sebuah tempat yang dihuni seorang tokoh
yang namanya jarang dikenal kalangan dunia persllatan meskl aku yakin dia adalah tokoh berilmu sangat
tinggi! Terakhir kali dla ke sana belum lama berselang
sebelum akhirya bertemu denganmu di dekat danau!"
"Dari tokoh yang dikunjungi bersamamu, apakah
orang Ilu sebutkan senjata kesembllan yang harus dicari?!"
Sindang Kuning geleng kepaia. "Aku tak tahu....
Aku dan Slndang Merah, Slndang Hitam, dan SIndang
Putih menunggu df luar. Jadl kaml tldak tahu apa yang
mereka bicarakan! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Tapl dart bayangan wajahnya, aku
blsa menebak kalau dia tldak mendapat katerangan
yang dilnginkan! JIka dla mendapat kepaatlan, pasti dla
tldak akan meminta senjata mlllkmu sekaligus Payung
Pellndung Dewa yang dlbawa gadds baju blru beberapa
saat berselangl"
Hem.... Selaln cantlk, dla pandal juga mendugal
kata Joko dalam hatl. Lalu berkata.
"Kau masih ingat jalan menuju tempat yang dlkunjungl Dewal Angkarani terakhlr kall?I"
SIndang Kuning mengangguk. Murld Pendeta SInting tersenyum. Laiu berucap.
Kita sekarang ke sanal"
Tapl...."
Walau tokoh yang dikunjungl Dewal Angkaranl tldak blsa member! keterangan pasti, namun dillhat dari
kunjungan Dew Angkaran jelas tokoh itu tahu banyak
tontang dewimu itu! Siapa tahu dart tokoh itu nant! kita blea mendapat keterangan tentang slapa sebenarnya
Dewl
Angkarani. Dengan begitu kita mungkin bisa mendapat ttlk terang tentang asal-usulmul" Joko memolong ucapan SIndang Kuning.
Habls berkata karena tldak sabar, Joko segera
mnarlk tangan Sindang Kuning dan dlajaknya untuk
berkelebat.
Namun SIndang Kuning menahan dir! seraya tarik
tangannya yang masih tergenggam tangan Joko. Joko
tahan
gerakannya seraya berpaling. Belum sempat buka muiut, Sindang Kuning sudah mendahulul.
Jatannya bukan ke sanai" SIndang Kuning angkat
tangnn kirinya yang
bebas.
Lalu putar
diri hingga sosok murid Pendeta Sinting ikut berputar. "Tapi ke sana!"
Tangan kiri Sindang Kuning menunjuk pada satu arah.
Pendekar 131 mengangguk. Kejap kemudlan kedua orang Inl sudah berkelebat. Mereka tak sadar, seraya berkelebat tangan keduanya tetap sallng bergenggaman!
*
* *
------------------------------------------------------LIMA
------------------------------------------------------
DUA sosok bayangan itu berkelebat laksana terbang di bawah rintikan hujan dl sebuah kawasan
berbatasan dengan hutan kecil. Lalu keduanya berteduh dl bawah sebuah batu agak besar yang membuat jorokan pada bagian atasnya.
"Sudah beberapa hari kita berjalan. Tapl belum
juga menemukan satu titik terangf Mungkinkah kall Inf
kita akan gagai lagi?!" Salah satu dari dua sosok di bawah jorokan batu berkata seraya usap wajahnya yang
basah. Dla adalah seorang gadis cantlk dengan mata
bundar dan bulu mata ientik. Gadis ini mengenakan pakaian warna putih yang baglan bawahnya dlbuat membelah panjang hingga sepasang pahanya yang putih
dan padat terlihat jelas. Sedang bagian dadanya juga
dibuat rendah hingga orang blsa melihat sebaglan dadanya yang mencuat kencang.
Yang dlajak bicara dongakkan kepala pandangl
tetesan air huan dard jorokan batu dl atasnya. Lalu buka mufut.
"Uwe Kasumi...! Jangan blcara soal kegagalanl itu
bukan urusan kita! Yang jelas klta sudah berusahai
Akhlr dart usaha ini bukan lagi hak kita!"
Yang menyahut adalah seorang gadis yang parasnya juga cantlk bahkan tidak jauh berbeda dengan gadis baju putih. Yang membedakan keduanya adalah tahl
iniat
dan pakaian mereka. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Gadis yang menyahut ucapan gadis baju putih yang tadi dipanggii dengan Uwe Kasum! memiliki tahi ialat pada pipl kanannya. Sedang pakaian yang dikenakan gadis bertahi lalat berwarna merah. Siapa pun orang dari tanah Jawa bisa memastikan kalau pakaian warna merah yang dlkenakan bukan pakalan yang blasa dikenakan gadis dari Jawa. Yang
membuat orang sedikit merasa aneh dengan kedua gadls Inf adalah rambut mereka. Rambut kedua gadls [nl
berwarna putih!
Gadls baju putih dan bukan lain memang Lwe
Kasuml adanya berpalling. "Kau percaya dengan keterangan pemuda yang bertemu kita beberapa harl yang
latu?!"
Gadis baju merah dan bukan laln adalah Uwe Ladaml, saudara Uwe Kasuml kerutkan kenlng mengingat.
"Ada beberapa pemuda yang kita temui dalam perjaianan Ini. Pemuda mana yang kau maksud?"
"Pemuda yang mengatakan pernah hidup dl daratan Tibet saat masih kecil hingga dla tahu banyak tentang Pedang Keabadian!"
Uwe Ladaml yang saat [tu
masih mengenakan pakalan milk DewI Kembang Maut kibaskan rambutnya
yang basah seraya berkata.
"Kau I[hat sendir. Sikap dan tingkahnya mtrip manusla gila! Begitu pula nenek yang bersamanyal Untuk
apa percaya dengan keterangan pemuda sepertl itu?!
Percayalahl Pedang Keabadlan sudah berada dl tanah
Jawa dan kini dl tangan Pendekar 131 Joko Sableng!"
Yang dimaksud Uwe Kasumi dan Uwe Ladaml tldak
iain adalah Pendekar 131 Joko Sableng dan BIbi Em
ban. Mereka berdua sempat bertemu dan berblncang
dengan murid Pendeta SInting yang saat itu bersama Bib[ Emban. Ket[ka [tu Joko tldak percaya dengan keterangan Uwe Ladaml dan Uwe Kasumi yang mengatakan
jika Pedang Keabadian sudah berada di tanah Jawa
dan dl tangan Pendekar 131 Joko Sableng.
"Uwe Ladam[.... Sebenarnya aku merasa curlga..." ujar Uwe Kasuml.
"Curlga apa...?"
Uwe Kasuml mendadak kancIngkan mulutnya yang sudah terbuka hendak menjawab tanya Uwe Ladami.
Saat yang sama wajahnya disentakkan ke samping.
Uwe Ladaml sendlrl usap sepasang matanya lalu berpaling ke arah mana kepala Uwe Kasum! menyentak.
DI bawah rint[kan alr hujan, kedua orang anak buah
DewI Atas Angln dan Nyal Sekarpatl Inl meiihat satu
sosok tubuh berkelebat ke arah mereka. Dan belum
sempat dl antara keduanya ada yang buka suara atau
membuat gerakan, tahu-tahu sejarak sepuluh langkah
dl hadapan mereka sudah tegak seorang pemuda!
Uwe Ladaml dan Uwe Kasumi simak baik-balk tampang si pemuda dengan tatapan dingin. Di lain plhak,
pemuda yang baru muncul balas memandang dengan
seringal. Pemuda In! mengenakan baju warna putfh ditingkah celana panjang warna hltam. Wajahnya tampan
dengan rahang kokoh dan memilikl mata tajam. Rambutnya yang basah dan panjang dlkuncir ekor kuda.
"Hem.... Potongan baju salah satu dari dua gadls
Inl sama dengan dua gadls yang bertemu denganku
beberapa harl berselang meski warnanya berbeda! Aku
hamplr yakin kedua gadis Ini masih ada hubungannya
dengan dua gadls tempo haril Rambutnya yang putth
aatu
bukti!" Dlam-dlam si pemuda berkata daiam hatl.
Tempo har dua gadis itu beranl unjuk Ilmu di hadapanku! Sekarang mereka harus tahu! Aku bukan manusia sepert! tempo hari!"
Habis membatin begitu, sl pemuda melangkah maju. Namun gerakannya tertahan saat Uwe Ladaml buka
mulut setengah membentak.
"Jangan berani teruskan langkah! Kalau ingin bicara
katakan dart tempatmu tegakl"
St pemuda slslr dengan tangan rambutnya yang
basah. Lalu berkata dengan al[hkan pandangan.
"Apa hubungan kaiian dengan dua gadis berambut putfh berbaju hitam dan kuning?l"
Uwe Ladam! dan Uwe Kasumi saling pandang.
"Jangan-jangan yang dia maksud adalah Um! Karanl
dan Uda Kalami!" blsik Uwe Ladaml.
"Siapa pun yang dimaksud, jangan cepat percaya
atau member! keterangan apa-apal Kita bel[um tahu
slapa pemuda Ilni sebenarnya!" Uwe Kasuml menyahut.
Uwe Ladaml anggukkan kepala. Laiu berkata tanpa
memandang pada sl pemuda.
"Siapa kau sebonarnya?l"
"AkKu sl Utusan dar! Masa Latu! Sekarang jawab
tanyaku!"
Jangan beri keterangan apa-apa! Tanyakan dulu
apa urusannya bertanya!" Uwe Kasumi kemball berbislk.
"Mengapa kau bertanya tentang mereka?l Uwe
Ladaml bertanya pada sl pemuda yang sebutkan sebagai sl Utusan dart Masa Lalu dan tldak lain adalah Rambu Basa, murid tunggal Nenek Ken Cemara Wangl.
"Au bertanya! Kailan balik bertanya! Hem .... Kalian tak akan dengar jawaban! Yang past! kalian masih
punya hubungan kerabat dengan dua gadis jahanam
[tu! Sekarang untuk sementara kaiian iayak mendapat
ganjaran atas ulah mereka!"
Hem.... Tampaknya ada sllang masalah antara pemuda Inf dengan Uda Kaiaml dan Uml Karanl! Past! mereka berdua pernah menduga jika pemuda inl adalah
Pendekar 131 Joko Sablengi" bis[k Uwe Kasuml.
Sepertl diketahui, ketlka Rambu Basa yang kini sudah berubah karena mendapal Kltab Tanpa Aksara,
pernah bertemu dengan Uda Kalaml dan Um! Karani
setelah peristlwa bentrok dengan Pendekar 131. Rambu Basa yang saat itu membopong sosok mayat
Nenek Ken Cemara Wangl harus menjawab beberapa pertanyaan Uda Kalaml dan Um! Karanl. Karena Ilmunya tidak tinggl dan dl lain pihak Uda Kalaml sudah unjuk ketingglan lmunya, terpaksa Rambu Basa menjawab semua pertanyaan Uda Kalami dan Um! Karani.
"Bagaimana sekarang?! Kita hadapf dla atau...." Ucapan Uwe Ladam! belum habls, Uwe Kasuml sudah menyahut.
"Kita sudah bertekad untuk melenyapkan semua
rintangan! Untuk apa harus berplkIr dua kalf?I Lag! pula
belum tentu dla benar-benar punya masalah dengan
Uda Kalam! dan Uml Karanl! Mungkin In! alasannya sajai"
"Tapl.... Perjalanan kIta masih panjang dan belum
tentu. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) LebIh baik kita hindarkan dulu membuat urusan
dengan orang lain!" ujar Uwe Ladaml.
Selagl Uwe Ladami dan Uwe Kasuml berbincang
dengan blsik-blsk, Rambu Basa berucap lantang.
"Dua kerabatmu sudah membuat urusan maut dengankuf Sebenarnya kallan iayak untuk Ikut menerima
ganjaran Tapl melihat wa]ah kallan...." Rambu Basa
engaja putuskan ucapan seraya tertawa pendek dan
menatapl sosok Uwe Ladami dan Uwe Kasuml dengan
tatapan nafsu sebelum akhirnya lanjutkan blcara.
"Bagaimana kalau kita lupakan urusan itu! KIta ganti
dengan bersenang-senang barang semalam atau dua
maiam?l"
Mendengar kata-kata Rambu Basa allas sl Utusan
dart Maaa Laiu, sepasang mata Uwe Ladaml melotot
angker. Kaiau pada awainya gadis in! coba hindarkan
ilri dart urusan dengan orang, kinl dadanya sudah tak
blaa lagl membendung rasa marah. Begitu habls ucapan Rambu Basa, dla segera membentak.
"Jangan mimpl bersenang-senang barang semalam atau dua malam! Bahkan untuk hidup sampal malam In! saja tak ada harapan bagimu!"
"Hem.... Begitu?! Aku jadi tak sabar ingin malam segera datang! Kita buktikan nanti, aku yang sudah tldak
punya harapan untuk hidup atau aku yang akan menlkmat[ nlkmatnya hidup! Bersenang-senang dengan dua
gadis cantik! Ha.... Ha .... Ha...!"
Keparat!" makl Uwe Ladami. Saking marahnya gadts Inl angkat kedua tangannya dan !angsung iepas pukulan bertenaga dalam tinggi! Uwe Kasumi tidak tlnggal
dlam. Hampir bersamaan dengan lepasnya pukulan
Uwe Ladaml, dla sentakkan pula kedua tangannya lepas pukulan jarak jauh bertenaga daiam tinggl.
Di seberang depan Rambu Basa putuskan gelakan
lawanya. Dla memandang sesaat pada empat gelombang pukulan yang berkiblat ke arahnya. Saat laln dla
mundur beberapa iangkah. Laiu kedua tangannya dldorong.
Wuutt! Wuutt!
Dorongan kedua tangan Rambu Basa tldak keluarkan suara deruan atau berkiblatnya ge!ombang angin.
Namun kejap lain tiba-tlba geiombang pukulan yang
dllepas Uwe Ladami dan Uwe Kasumi bertaburan ke
udara keluarkan ietusan keras.
Uwe Ladami dan Uwe Kasumi terkesiap kaget. Belum sempat keduanya membuat gerakan apa-apa, mendadak sosok keduanya sudah tersentak mental ke belakang. Karena di belakang mereka adalah batu besar,
Tak ampun sosok keduanya tersenlak menghantam
batu lalu melorot terduduk!
Rambu Basa tertawa panjang. Sekaii membuat gerakan sosoknya sudah tegak hanya empat tindak dl hadapan Uwe Ladami dan Uwe Kasuml.
"Aku tanya! Acara klta in! dimulai sekarang atau
menunggu hingga menjelang maiam?I"
Serentak Uwe Ladam! dan Uwe Kasuml bergerak bangkit meski maslh merasakan sekujur tubuhnya sakit karena menghantam batu. Tap! belum sampal sosok
mereka benar-benar tegak, Rambu Basa sudah mendahului dorong kedua tangannya.
Uwe Ladami dan Uwe Kasuml terpekik walau mereka belum merasakan aklbat dari dorongan kedua tangan Rambu Basa.
Saat ituiah mendadak dua bayangan berkelebat.
Terdengar dua deruan keras. Sosok Rambu Basa terjajar ke samping beberapa iangkah dengan tangan tersentak ke atas.
Brakkk!
Batu besar dl mana Uwe Ladaml dan Uwe Kasumi
bertlndung tiba-tlba laksana terhantam pukulan dahsyat hingga pecah laiu mental berkeping-keping! Inf bukan iain karena terhantam pukulan Rambu Basa yang
meienceng karena kedua tangannya tersentak mental
aklbat terhajar deruan geiombang yang meiesat tiba-tlba dard arah samping.
Dengan menyeringai marah, Rambu Basa berpaling. Uwe Ladaml dan Uwe Kasuml yang seiamat dart
hajaran Rambu Basa ikut menoleh. Dar! tempat tegaknya masing-masing mereka meiihat dua orang tegak
berjajar .
Sebeiah kanan adaiah seorang gadis muda berparns iuar biasa cantik. Dla mengenakan pakaian kem
bang-kembang yang dilapis dengan jubah sebatas utut
berwama
putlh. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Pada kepaia gadis ini meiingkar untaian bunga yang berpangkai pada sebuah batu putih
lepat di keningnya.
DI samping sl gadis adalah seorang perempuan
berusla cukup ianjut. Rambutnya yang putlh dlblarkan
bergeral pada sebagian dua pundaknya. Sepasang matanya besar. Kullt wajahnya tlpis hingga yang terllhat
jelas adalah tonjolan tulang-tulang wajahnya. Nenek Inf
memakai pakalan warna putih dllapls dengan jubah
panjang berwarna hitam.
"Dewi Atas Angin.... Nyai Sekarpatl...l" Hamplr berbarengan Uwe Ladami dan Uwe Kasumi bergumam mengenali siapa adanya gadls cantik dan nenek yang
bersamanya. Keduanya cepat melompat lalu tegak
menjura di hadapan sl gadis dan sl nenek yang bukan
lain memang Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpati adanya.
"Terima kasih, Dewi.... Nyal...!" Uwe Ladaml kemball buka mulut dengan suara bergetar.
"Slapa dla?!" Yang bertanya Nyal Sekarpati.
"Dla sebutkan dirl si Utusan dari Masa Lalu...," jawab Uwe Kasuml.
"Sebenarnya yang punya urusan bukan kaml. Tapi
Uda Kaiaml dan Umi Karanl. Tapi tampaknya dla hendak
menghubungkan urusannya dengan kaml...." Uwe Ladami menyahut ucapan Uwe Kasuml.
"Apa urusannya...?l" tanya Dewi Atas Angin seraya
terus memandang ke arah Rambu Basa.
"Betum jeias benar apa urusannyal" jawab Uwe Ladami.
"Biar aku yang menyelesaikannya!" kata Dewl Atas
Angin ialu memberi lsyarat pada Uwe Ladami dan Uwe
Kasuml agar ber[alu dari hadapannya.
"Dewi.... Harap berhati-hati.... Dia memlllkI i[mu
aneh dan tinggi!" Uwe Ladami memperingatkan seraya
berialu dart hadapan Dewi Atas Angin.
DewI Atas Angin tersenyum seraya anggukkan kepala. Lalu berkata.
Harap maafkan jlka kedua sahabatku tadl membuat hal yang tldak berkenan...l"
Rambu Basa tidak menyahut. Dla dlam dengan
mata terus menyengat pada Dewl Atas Angin dan Nyal
Sekarpatl.
"Betul dua sahabatku yang iain punya siiang urusan denganmu?!" Kemball Dewi Atas Angin buka mulut.
Rambu Basa tetap kanclngkan mufut. Namun kall
In! dla sudah tengadahkan kepala dengan blbir sungglngkan seringal.
"Dewi.... Kita sudah coba blcara baik-balk! Tapf
tampaknya dia tidak punya selera untuk blcara. Kita
lnggaikan saja tempat ini!" kata Nyal Sekarpatl yang
eudah mulal geram dengan sikap Rambu Basa.
Dewl Atas Angin pandang sekaii lagl sosok Rambu
Basa. Lalu anggukkan kepala seraya meiangkah. Nyai
ekarpati berpaiing pada Uwe Ladami dan Uwe Kasumi
member! Isyarat lalu menglkuti DewI Atas Angin. Uwe
Ladaml dan Uwe Kasum[ tldak menunggu lagi. Mereka
pun egera menyusul meskl dada keduanya masih berlanya-tanya dengan slkap Rambu Basa.
Nyal.... Mungkinkah dia Pendekar 131 Joko Sabtng?!" Dewi Atas Angin berbislk begitu Nyal Sekarpatl berada dl samplngnya.
Kullhat dla memilk! ilmu aneh.... Aku tldak mendengar auara atau meilhat gelombang angin pukulan.
Tapi tahu-tahu batu besar itu sudah terhajar hancurl
Namun, aku tldak melihat tanda-tanda dia membekal
abuah eenjata pedang! Padahai dari keterangan akhir
yang kila dapatkan, Pendekar 131 Joko Sableng membekal sebuah senjata pedang!"
Tapi siapa tahu pedang tu dislmpan di baiik pakaiannya?!"
Benar. Namun menurut Uwe Kasumi dia sebutkan
diri sebagal Utusan dart Masa Lalu!"
"Mengubah nama bukan hal suiit, Nyai ...
Lagl pula
Uda Kalami dan Umi Karani sepertinya pernah berurusan dengan dia!"
"Hem.... (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Tapl aku masih sedikit sangsi, Dewl! Seorang pendekar biasanya tldak akan iepas pukulan pada orang yang sudah tak berdaya! Apalagi merasa ilmu
iawannya jauh di bawahnya!"
"Kau jangan terpaku dengan sebutan pendekar,
Nyal!"
"Jika begitu kita tanya saja terus terang!" ujar Nyal
Sekarpati seraya baiikkan tubuh. DewI Atas Angin lkut
putar dlri. Uwe Ladami dan Uwe Kasuml yang tidak tahu
apa maksud gerakan dua orang di hadapannya sesaat
diam saja. Namun begitu mendapati ke mana mata Dewi
Atas Angin dan Nyai Sekarpatl memandang, keduanya
buru-buru ikut membuat gerakan berputar.
*
* *
------------------------------------------------------ENAM
------------------------------------------------------
HAMPIR bersamaan dengan putaran Uwe Ladaml dan Uwe Kasumi, Rambu Basa berkata.
"Gadis jubah putih! Terangkan slapa dirlmul Katakan ada hubungan apa dl antara kau dan dua gadls yang au selamatkan itu!" Tangan kiri Rambu Basa menunjuk Uwe Ladaml dan Uwe Kasuml.
Dewi Atas Angin sunggingkan senyum. Aku Dewi Atas Angin.... Dua gadls Inf adalah sahabat-sahabatkul Aku memang telah menyelamatkan mereka. Tapl aku [uga telah minta maaf padamu!"
"Hem.... Begitu?I Jadl kau sudah plkIrkan dirt untuk menggantlkan keduanya?l" Rambu Basa tertawa sesaat. Lalu melanjutkan. "Aku berterIma kasih.... Dua dlgantl satu pun tak apa! Karena kau leblh segalanya dlbanding mereka!"
"Jaga mulutmu!" bentak Uwe Ladaml.
"Uwe Ladaml! Jangan ikut campurd" kata DewI Atas Angin setengah membentak. Lalu berkata meskl paras wajahnya berubah.
"Aku memang siap menggantlkan keduanyal ltu soal mudah.... Tapl...."
Tapl apa?!" Rambu Basa sudah menyahut sepertt tidak sabar.
"Kau beium sebutkan dlrll"
"Aku sl Utusan dari Masa Lalul"
Gelar hebat!" puj[ DewI Atas Angin. "Menurut dua sahabatku Inl, sebelumnya kau punya sllang sengketa dengan dua sahabatku yang lain. Benar?l"
Mereka berdua tak lama lagl akan segera kutemukan! Mereka harue bayar mahal tindakannyal"
"Boleh aku tahu mengapa kau bernafsu membunuh mereka?I
"Dla beranl jual llmu dl depan mataku! Mereka juga telah memaksaku untuk blcaral Mereka tahu saat itu aku bukan apa-apal Tapl sekarang aku bukan manusia saat mereka jual iagak di depanku!"
Dewl Atas Angin berpaling pada Nyal Sekarpati.
Dart ucapan Rambu Basa tampaknya Dewi Atas Anglin sudah mendapat gambaran kalau pemuda di seberang depan bukan orang yang dlcari.
Namun belum sampal Dewl Atas Angin buka mufut utarakan apa yang ada dalam benaknya, terdengar Rambu Basa sudah berketa lagi.
Kalian dengar! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Dua sahabatmu itu hanya sebaglan dart beberapa manusia yang kematlannya sudah ditakdlrkan dl tanganku!"
Dewl Atas Angin batalkan niat untuk bicara dengan Nyal Sekarpati. Dia kemball arahkan pandang matanya pada Rambu Basa. Laiu berkata.
"Sepertinya kau memlllkI beberapa musuh...."
"Aku memang harus mengatakan Inl pada kalian! Aku khawatir tangan kallan akan memutus takdir kematlan orang yang sudah ditakdirkan mati dl tangankul Dengan begitu kalian akan mampus dua kall di tangankul Pertama karena kalian ikut campur urusanku! Kedua karena kalian mendahuluiku!"
Coba katakan slapa saja orang yang kematiannya sudah dltakdlrkan dl tanganmu?! tanya Dewi Atas Angin.
Aku tak akan mengatakan semuanya! Yang jelas jangan kallan coba-coba usik selembar nyawa manusia Jahanam bergelar Pendekar 131 Joko Sableng!"
Walau terkesiap kaget, tapi Dewi Atas Angin dan Nyal Sekarpati maslh mampu menahan dirl. Tapf tidak dem[kian halnya dengan Uwe Ladam! dan Uwe Kasumt.
Kedua gadls in! berseru tertahan lalu tekap mulut masing-masing begitu sadar akan slkapnya.
"Semua rasa kaget pasti punya sebab! Mengapa kailan kaget mendengar ucapanku?!" tanya Rambu Basa.
"Kaml dengar belum lama berselang Pendekar 131 Joko Sableng sudah tewas dl tangan seseorang.... itulah sebabnya mengapa kami kagetl Apa kau belum tahu?!" Nyal Sekarpati yang cepat bisa kuasal keadaan segera buka mufut.
KInt gantf Rambu Basa yang terkejut. Malah saking kagetnya dla segera melompat ke depan lalu membentak.
"Kau jangan mengarang cerita bohong! Kapan dla tewas?!"
"Setengah purnama yang talu!" jawab Nyal Sekarpatl dengan cepat takut orang akan curiga.
Rambu Basa pandangl sosok Nyai Sekarpatl beberapa saat. Tlba-tiba pemuda murid Nenek Ken Cemara Wangl ini tertawa bergelak.
"Setlap manusia yang buka mufut tertawa past! ada alasannya!" kata Nyal Sekarpatl.
"Ucapanmu, Nek! Ucapanmu lucu! Bagalmana mungkin dia tewas setengah purnama yang lalu?! Padahal beberapa hart berseiang aku bertemu dengannya!' kata Rambu Basa lalu teruskan gelakan tawanya.
"Aku tak percaya! Aku tak percaya! Mungkin kau salah lihat!"
"Kalau yang melihat matamu, mungkin itu blsa terjadli"
Di mana kau bertemu dengannya?l" Nyal Sekarpat! berusaha memancing.
"Kukatakan pun percuma! Karena dla pastl sudah tidak berada dl tempat mana saat kaml bertemul Tapi bukan berartl dla bisa lolos darl takdlr kematlan tanganku!"
"Tampaknya dendammu setinggl langlt...I Apa pangkal sebabnya...?!" Kall Inf Dewl Atas Anglin yang ajukan tanya.
"Aku tidak punya waktu banyak untuk member[ keterangan! Sekarang bagalmana dengan urusan klta?"
Baru saja Rambu Basa bertanya begitu, Nyal Sekarpatl mendadak sudah sentakkan kedua tangannya lepas pukulanl Tapljelas sengaja dlarahkan pada tanah tepat dl depan Rambu Basa.
Hampir bersamaan dengan bergeraknya tangan lepas pukulan, sl nenek berterlak.
"Tinggalkan tempat Inll"
Blammmi Blammm!
Tanah tepat dl depan Rambu Basa muncrat berantakan membentuk lobang menganga. Pemandangan di tempat ltu terhalang beberapa lama. Sementara Rambu Basa sendlr berseru marah. Karena tidak menduga sosoknya terhuyung-huyung beberapa iangkah. Namun karena lamat-lamat dla tadl sempat mendengar terlakan Nyal Sekarpati, dla tidak mau menunggu lama.
Begitu dapat kuasal huyungan tubuhnya, dla segera dorong kedua tangannya ke depan.
Wuutt! Wuutt!
Hamburan tanah yang menghalangl pemandangan serta-merta laksana dlhajar hantaman gelombang luar biasa hingga langsung tersapu amblas. Pemandangan dl tempat itu terang kemball. Namun Rambu Basa sudah tldak mellhat lagl sosok Dew Atas Angin, Uwe Ladaml, dan Uwe Kasuml.
"Jahanam! Keparat!" Rambu Basa memakal habls-hablsan. Sekall bergerak, sosoknya sudah melesat lenyap dart tempat ltu.
*
* *
Dewl.... Aku yakin keterangan pemuda tadl benar! Berarti Pendekar 131 berada tidak jauh darl kawasan inl! KIta harus mendahulul pemuda itul JIka tidak, klta tahu apa yang akan terjadl! Pemuda itu tadi berkepandaian sangat tinggi!" berkata Nyai Sekarpati seraya edarkan pandangan berkeiiling.
"Dan untuk mencegah agar perhatlan pemuda bernama Utusan dari Masa Lalu itu, kita harus berpencar!"
Nyal Sekarpatl teruskan ucapan. "Uwe Ladaml! Uwe Kasumi! Kailan ke arah selatan! Aku dan Dewi akan mengambll arah utara! Kita nanti bertemu dl kawasan eebelah timur!"
Uwe Ladaml dan Uwe Kasuml anggukkan kepala 'Tapl Ingat! Untuk sementara Inl hindart bertemu dengan pemuda tadl! Kalaupun terpaksa berjumpa, kalian harus gunakan siasat untuk selamatkan dlri sekaligus jlka blsa alihkan perhatlannya!"
Ksmball Uwe Ladam! dan Uwe Kasumi anggukkan k epala. Laiu sama menjura sebeium akhlrnya kedua gadis cantik berambut putih ini berkelebat mengambli juruaan ke aelatan.
Begitu sosok Uwe Ladaml dan Uwe Kasum[ tidak kelihatan, Nyal Sekarpat! kemball berkata.
"Dewl...! Seandalnya kita terpaksa bertemu dengan pemuda tadl, kuharap kau teruskan perjalananl Blar aku yang menghadangnyal"
"Tapl, Nyal.... Aku tak bisa...."
Nyal Sekarpatl pegang lengan Dewi Atas Angin.
"Jangan hlraukan dirtku, Dewi.... Apa yang harus kau lakukan iebih berharga dari sekadar nyawa nenek sepertiku! Aku sudah kenyang dengan asam garam kehidupan! Sedangkan kau baru merasakannyal Bahkan hingga sekarang kurasa kau belum blsa mengecap arti sebuah kebahaglaan! Yang kau rasakan sejak kecif cuma sengsara meski sebenarnya hal itu bukan salahmul Kau hanya korban! Tapi.... Sudahlah! Itu memang takdlrmu! Sekarang yang penting kau turutl ucapanku!"
Habls berkata begitu, Nyal Sekarpat! berkelebat dengan tangan maslh memegang iengan DewI Atas ngin hingga mau tak mau gadis inl harus Ikut berkeiebat.
Pada satu tempat, Nyal Sekarpatl hentlkan larinya seraya memandang pada Dewl Atas Angln yang tegak dl sampingnya, Lalu berblstk.
"Dewl.... Apa yang kau rasakan saat Intl?!"
"Nyal.... Pertanyaanmu aneh.... Aku tak merasakan apa-apa! Kalaupun ada, aku mengkhawatirkan dlrimu!"
"Bukan itu maksudku...." Nyal Sekarpatl memandang berkellllng. "Aku merasa selalu dlawasi orang!"
Dew Atas Angin Ikut edarkan pandangan. "Nyai.... Sebenarnya aku sudah merasakan hal itu sejak kita berpisah dengan pemuda berbaju putih berambut panjang acak-acakan beberapa hari yang lalu.... Tapi aku tldak peduli. Karena kurasa dia tidak berbuat apa-apa pada kIta!"
"Tapl kita harus tahu siapa sebenarnyal Apa pula maksud tujuannya selalu menglkutl langkah kital"
Tanpa sepengetahuanmu, sebenarnya aku sudah sering kall berusaha menjebaknyal Tapl aku selalu gagall DIa tlba-tlba lenyap begltu sajal"
nl satu buktl kalau dla bukan (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) manusla sembaranganl KIta harus leblh berhat-hat[l Dan sekaranglah saatnya kita mengetahui slapa dial"
Baru saja Nyal Sekarpall berucap begitu mendadak slnar matahard di tempat itu terhalang. Lalu terdengar suara deruan pelan di atas udara.
Mendongak ke atas, Nyal Sekarpat! dan DewI Atas Angin melihat seorang gadls berbaju biru tengah bergelantungan dengan tangan kanan berpegangan pada gagang sebuah payung bercorak warna-warnl.
Jangan-jangan dia yang selama In! selalu menglkutf langkah k[ta!" kata sl nenek seraya memperhatlkan balk-balk sosok orang dl atas udara. Lalu pada payung borcorak warna-warnl dl tangan orang yang terus berputar-putar.
"Hanya orang berkepandalan tinggi yang mampu melakukan sepentl itu!" DewI Atas Angin Ikut buka suara.
DI atas udara, gadis baju blru yang pegang payung brcorak warna-wami dan tidak laln adalah Payung Peindung Dewa memperhatikan kawasan di bawahnya. Terdengar dla bergumam pelan.
"Hem.... Aku tidak melihat dia! Yang terllhat seorang gadis dan seorang nenek. Lalu dua gadis berbaju merah dan putih yang berkeiebat ke arah selatan! Dan satu sosok tubuh yang mendekam sembunyi di ballk bLatangan pohon!"
Habis bergumam begltu, gadls dl atas udara memperhatikan Dewi Atas Angln dan Nyai Sekarpati sekali iagi. Saat iain dia sentakkan tangan kanannya. Payung Peiindung Dewa bergerak meiesat.
Tunggui" Nyai Sekarpati berteriak.
Sekaii gadis baju blru sentakkan tangan kanannya ke bawah, Payung Peiindung Dewa berhenti meski terus berputar-putar.
"Aku ingin bicara denganmui" Kaii ini Dewi Atas Angin yang berseru.
"Hem.... Aku akan turun! Siapa tahu dia pernah bertemu dengannyai" kata gadis di atas udara. Lalu enak saja dla iepaskan pegangan tangan kanannya pada gagang payung. Sosoknya meiuncur turun sebeium akhirnya tegak di atas tanah sepuiuh iangkah di hadapan Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpati. Hebatnya, begitu si gadis tegak di atas tanah, payung bercorak warna-warni periahan meiayang turun dan berhenti tepat di atas si gadis.
SI gadis baju biru angkat tangan kanannya memegang gagang payung. Laiu berkata sambil pandang siiih berganti sosok Dewi Ates Angin dan Nyai Sekarpati.
"Apa yang ingin kaiian bicarakan denganku?!
"Mengapa kau selalu mengikuti perjaianan kami?!" tanya Nyai Sekarpati berterus terang, membuat gadis baju blru terkejut sekallgus tertawa. Diam-diam dia ber kata daiam hati.
"Mungkin yang dimaksud nenek ini adaiah orang yang mendekam sembunyi itu!"
"Harap memberi penjeiasan!" Nyai Sekarpati kembaii buka muiut karena gadis baju biru tidak menyahut.
"Aku tidak mengikuti perjaianan kalian.Kalian salah alamatkan tuduhanl"
"Hem.... Begitu?i Laiu mengapa kau berada di tempat ini?!" tanya Nyai Sekarpati.
"Aku mencari seseorangi"
Nyai Sekarpati pandangi orang dengan tatapan curiga. Tampaknya gadis baju biru tidak mau mendapat tuduhan. Maka dia segera saja berucap.
"Kaiau kaiian ingin tahu siapa orang yang mengikuti perjalanan kaiian, siiakan menyeiidik ke sana!" Tengan kanan gadis baju biru menunjuk ke satu arah.
Tanpa pikir panjang iagl Dewl Atas Angin segera berkeiebat ke jurusan mana tangan gadis baju biru menunjuk.
Hampir bersamaan dengan bergeraknya tangan kanan gadis baju biru, dari baiik batangan pohon besar di ujung sane satu sosok tubuh berkeiebat keiuar. Laiu iakaana dikejar setan, (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) sosok lnl berlari sebeium akhirnya ienyap.
Dewi Atas Angin hentikan kelebatan. Dia tidak blsa melihat jeias siapa adanya orang yang baru berkeiebat dari baiik batangan pohon. Yang pasti gadis ini yakin jika sosok itu adaiah seorang perempuan.
"Maaf kaiau kami saiah menuduh...." Dewi Atas Angin berucap begitu tegak kembaii di samping Nyai Sekarpati. Paras Nyai Sekarpati sendiri tampak berubah.
Gadis baju biru hanya tersenyum tanpa buka muiut. Laiu gerakkan tangan kanannya yang memegang Payung Peiindung Dewa
*
* *
------------------------------------------------------TUJUH
------------------------------------------------------
PAYUNG Pellndung Dewa berputar. Lalu bergerak
ke udara.
"Tunggu dulul" Dewi Atas Angin menahan. Gadis
baju biru urungkan niat dan sekaii tangan kanannya
bergerak iagi, gerakan Payung Pelindung Dewa tertahan.
"Kau mencari seseorang. Boieh kami tahu siapa
yang kau cari?!" tanya Dewi Atas Angin.
Gadis baju biru sudah buka mulut. Tapi entah karena apa tiba-tiba dia batalkan bicara. Kepalanya menggeleng. Dewl Atas Angln dan Nyai Sekarpati saling
pandang.
"Kami memang saiah menduga. Tapi bukan berarti
kami orang yang tldak bisa dipercayai Harap katakan
siapa yang tengah kau carii" Dewi Atas Angin kembali
bertanya.
"Kurasa aku bisa mencarinya sendiri! Aku tak mau
menambah beban kalian! Kalian sendiri sedang apa di
tempat ini?1 Gadis baju biru baiik bertanya.
Kembaii Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpati saling
pandang. Lalu sang Dewi berbisik. "Aku ingin mengatakannya. Tapi aku khawatir orang yang tengah dicari
sama dengan orang yang kita cari!"
"Sepertinya kalian keberatan memberi tahu. Tak
apa.... Aku harus segera pergil"
Kami mencari Pendekar 131 Joko Sabieng!" Nyal
Sekarpati bicara terus terang, membuat gadis baju blru
tahan gerakannya.
Mungkin karena tak mau penasaran, Dewl Atas
Angin buru-buru menyambung ucapan Nyai Sekarpati.
"Kau mencari Pendekar 131
juga?!"
Yang dltanya geieng kepaia. Dewi Atas Angin
mengheia napas iega. Nyai Sekarpati tersenyum. Lalu
berkata.
"Kau pernah bertemu dengan Pendekar 131?!" Gadis baju biru pandangi Dewi Atas Angin beberapa lama membuat yang dipandang jadi tidak enak.
"Gadis cantik ini.... Mungkin kekasih pemuda itu!
Untung aku menolak dia lkuti Jika tidak, pasti akan
terjadi urusani Tapi sebaiknya aku bertanya duiu padanya!" Diam-diam gadis baju biru membatin. Lalu berkata.
"Yang mencari kau atau nenek itu?!" Pandangan
gadis baju biru terarah pada Dewi Atas Angin lalu beraiih pada Nyai Sekarpati.
Dua orang yang ditanya terdiam beberapa saat.
Namun diam-diam dada Dewi Atas Angin jadi berdebar
tidak enak mendengar pertanyaan orang.
"Kami berdua yang mencari!" (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Akhirnya Nyai Sekarpati yang buka muiut menjawab.
"Aku tidak iancang ingin tahu urusan kaiian. Tapi
tidak keberatan mengatakan untuk apa kaiian mencarinya?!"
"Dia adaiah kekasih cucuku inii Dia berjanji akan
datang. Tapi hingga batas waktu perjanjian, orangnya
tidak muncui! Kami khawatir dengan keseiamatannya!" kata Nyai Sekarpati membuat Dewi Atas Angin tersentak kaget. Paras wajahnya berubah. Dia sebenarnya
ingin berkata. Namun niatnya dibataikan begitu meiihat
pelototan mata sl nenek.
"Hem .... Sekarang jelas siapa adanya pemuda itu!
Tapi tampaknya dia bukan pemuda yang bisa dipercaya! Sudah punya kekasih masih juga menawarkan diri
untuk ikut dengan gadis lain. Hem.... Pemuda seperti
ini sesekali perlu diberi peiajaran!" kata gadis baju biru
dalam hati. Laiu berkata.
"Aku pernah bertemu dengannya! Dia...."
"Di mana?! Kapan..?!" Seolah tak sabar Dewi Atas
Angin memotong ucapan gadis baju biru.
Gadis baju biru tersenyum. "Beium lama berselang,
Mungkin dia di kawasan sanal" Tangan gadis baju biru
menunjuk satu arah.
"Mengapa mungkin?i tanya Nyai Sekarpati.
"Saat itu dia tengah bentrok dengan beberapa
orang ... ."
"Dia seiamat, bukan?!" Lagi-iagi Dewi Atas Angin
sudah memotong ucapan gadis baju biru.
"Kau tak periu cemas. Dla seiamat dan iari ke arah
sanai ituiah sebabnya mengapa aku mengatakan
mungkin. Karena aku hanya tahu arah mana yang diambilnya ketika lari!"
Terima kasih...," ujar Dewi Atas Angin. Laiu berpaling pada Nyai Sekarpati. "Nyai.... Kita harus segera
mengejar!"
Nyai Sekarpati anggukkan kepaia. Laiu memandang pada gadis baju biru dan berkata. "Kami harus
mencarinya. Tapi sebeium kami pergi, tidak keberatan
untuk sebutkan diri?! Aku Nyai Sekarpati .... Cucuku lni
Dewi Atas Angin...!"
"Aku Sukma Kumala...."
"Sekaii iagi kuucapkan terima kasih atas keterangannyal!" kata Nyai Sekarpati seraya anggukkan kepaia.
Laiu berpaiing pada Dewi Atas Angin. Saat kemudian
kedua orang ini sudah berkelebat meninggaikan gadis
ba]u biru pembawa Payung Pelindung Dewa yang memperkenalkan diri Sukma Kumala.
"Ke mana iagi aku harus mencart?!" Sukma Kumaia
berkata sendiri begitu Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpati berlalu. "Aku yakin dia masih berada di sekitar
kawasan ini! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Saat itu jeias aku bisa menangkap kelebatan sosoknya. Dan jelas pula dia baru saja berpisah dengan pemuda kekasih gadis bernama Dew! Atas Angin
itu! Anehnya.... Aku melihatnya tidak sendirian! Dia
bersama seseorang.... Hem .... Siapa yang bersamanya?! Mengapa puia dia seperti menghindariku?!"
Seteiah agak iama berpikir akhirnya Sukma Kumala memutuskan tinggaikan tempat itu. Namun sebelum
tubuhnya bergerak, mendadak dia ingat sesuatu.
"Mengapa aku tidak bertanya pada pemuda yang
dipanggii dengan Pendekar 131 Joko Sableng...?! Bukankah dia kutemukan di tempat mana tiba-tiba.... Aku
harus bertanya padanyai Sekaiigus ingin tahu apa sebenarnya urusan kedua orang itu tadi! Aku menangkap
hal yang tak beres! Ketika nenek itu mengatakan Pendekar 131 adaiah kekasih cucunya, gadis ltu seperti
tidak senang! Ah.... Mengapa aku memikirkan urusan
itu?! Aku hanya ingin bertanya pada Pendekar 131!
Seteiah membatin begitu, Sukma Kumaia sentakkan tangan kanannya. Payung Pelindung Dewa berputar iaiu membubung ke udara sebeium khirnya meiesat dengan membawa sosok Sukma Kumaia yang
enak saja bergelantungan seraya iepas pandangan ke
bawah.
*
* *
Kita kembaii pada murld Pendeta Slnting. Sepertl dlketahui, begltu mendengar keterangan dari Sindang Kuning, Pendekar 131 mengajak Sindang Kuning menemui tokoh yang terakhir kali sempat dikunjungi Dewi Angkarani.
Memasuki kawasan sebuah hutan iebat, Sindang Kuning hentikan iarinya. Saat itu tangan gadis cantik berbaju terbuka dan ketat berwarna kuning ini masih menggenggam erat tangan murid Pendeta Sinting.
Masih jauh?!" Joko bertanya seraya usap rambutnya dengan sebelah tangannya.
Sindang Kuning geiengkan kepala. "Tapi sebalknya kau nantl masuk sendirlani Aku akan menunggu di luar! Aku khawatir orang yang kita datangl tahu jika aku adaiah salah seorang abdi Dewi Angkarani!"
Mendengar kata-kata Sindang Kuning ganti murid Pendeta Sinting yang geleng kepaia. "Kau harus lkut masuk! Sebagai tokoh, orang yang kita datangi pasti (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) bisa membedakan kepentingan orangi"
"Tapi.... Ah. Sudahiahi Yang penting kau mendapat keterangan yang kau inginkan! Urusanku biar bagaimana nanti!"
"Sindang Kuning... Tujuan utama klta ke tempat ini adaiah untuk minta keterangan asai-usulmu! Soai keterangan yang kuinginkan mungkin aku bisa mendapatkan dari orang lain seandainya orang yang kita datangi ini tidak mau memberi keterangan!"
Slndang Kuning teriihat bimbang. Joko tersenyum.
Kau teiah memberl banyak keterangan padaku. Sekarang saatnya kau mendapat keterangan yang kau inginkan! Sekarang tunjukkan di mana tempat tokoh itu!"
Walau setengah- hati, akhirnya Sindang Kuning mulai melangkah dengan tangan masih memegang erat tangan murid Pendeta Sinting.
Begltu sampai pada sebuah tanah tinggi membentuk bukit kecil di tengah hutan, yang ditumbuhi ilalang dan semak beiukar, Sindang Kuning hentikan langkah.
"Di bag!an tengah itu terdapat sebuah lobang! Sibakkan ilalang dan semaknya!" Sindang Kuning berkata seraya menunjuk ke arah tanah tinggi dua puluh iangkah di hadapannya.
"Kita masuk berSama-samai" ujar murid Pendeta Sinting laiu meiangkah setengah menarik tangan Sindang Kuning hingga terpakaa gadis cantik ini ikut gerakkan kaki.
Tepat di tengah-tengah tanah tinggi, Joko berhenti.
"Kau tahu nama penghuninya?"
Sindang Kuning geieng kepaia. Murid Pendeta Sinting jeias menangkap raut bimbang pada wajah si gadis. Malah dia dapat merasakan getaran keras pada tangannya.
Tanpa banyak pikir iagi murld Pendeta Sinting segera iepaskan genggaman Sindang Kuning. Kedua tangannya bergerak sibakkan iiaiang dan semak beiukar.
Ucapan Sindang Kuning benar. Pendekar 131 meiihat aebuah lobang agak besar. Juga meiihat sebuah cahaya menerobos keiuar. Murid Pendeta Sinting menyiasati keadaan di daiam dengan kedua tangan tahan ilalang dan semak belukar. Dia meiihat sebuah ruangan agak besar. Ruangan itu diterangi sebuah obor. Hem.... Obor itu satu petunjuk kaiau tempat lnl dihuni seseorang!"
Membatin begitu, Joko segera buka mulut. Namun sebeium suaranya terdengar, satu suara mendadak mendahuiui.
"Kaiian berdua...! Masuklah!"
Joko sempat terkejut. Namun tldak sebesar yang diaiami Sindang Kuning. Paras gadis ini serentak berubah. Maiah kaiau tidak segera dicekal murid Pendeta Sinting, gadis ini sudah baiikkan tubuh dan beriari tinggaikan tempat itu.
"Apa pun yang akan terjadi, kita sudah berada di tempat inii" Joko segera tarik tangan Slndang Kuning dan mengajaknya masuk.
Berada di balik iobang, murid Pendeta Sinting segera pentangkan mata edarkan pandangan berkeiiiing. Sementara Sindang Kuning sedikit tengadahkan kepaia. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Tidak beranl iepas pandangan atau membuat gerakan! Sosoknya bergetar. Kuduknya dingin.
"Aneh.... Aku mendengar suarai Tapi tidak meiihat siapa-siapai" Joko bergumam dan iepas pandangan sekaii lagi ke seantero ruangan. Tapi hingga kepalanya berputar tiga kaii, dia tidak juga menemukan siapa-siapal
Saat ituiah mendadak iiaiang dan semak beiukar penutup iobang bergerak menyibak. Terkejut, Joko dan Sindang Kuning berpaiing. Mereka hanya melihat sibakan iiaiang dan semak beiukar. Laiu merasakan gelombang angin.
Waspada, Pendekar 131 cepat menarik tangan Sindang Kuning mundur. Karena terkejut hampir saja Sindang Kuning terhuyung jatuh. Untung Joko cepat menahan. Sementara karena tidak ingin jatuh menghantam tanah, Sindang Kuning cepat gapaikan kedua tangannya memegang pinggang murid Pendeta Sinting.
Hingga untuk beberapa saat kedua orang ini sepertinya tengah berpelukan.
"Seiamat datang di tempatku, Anak-anak Muda...."
Pendekar 131 cepat berpaiing. Sindang Kuning buru-buru lepaskan rangkuian kedua tangannya. Lalu takut-takut gerakkan kepaia ke arah sumber suara. Murid Pendeta Sinting dan Sindang Kuning melihat satu sosok tubuh duduk berslla di bawah obor yang menancap di dindlng ruangan. Dia adaiah seorang laki-lakl berusia sangat lanjut. Rambutnya putlh panjang hingga menjuiai hampir pantat. Sepasang matanya hampir tidak keiihatan karena tertutup julaian panjang dan lebat kedua alis matanya yang juga putih. Raut wajahnya hanya dibalut kuiit tipis dan pucat. Kakek ini
mengenakan pakaian putth-putlh. Tangan kirinya merangkap di depan dada. Tangan kanan terapung di udara sejajar dada memutar tasbih panjang berwarna putih.
Hem.... Berarti dia tadi mempersiiakan masuk darl !uarl Hebat.. .. Padahai jelas aku mendengarnya di daiam! Selain itu, aku tidak mampu menangkap kelebatan sosoknya ketika masuk...."
Seteiah simak baik-baik sosok si kakek, murid Pendeta Sinting bungkukkan tubuh menjura hormat.
Bindang Kuning terdlam beberapa saat. Tapl kejap lain turu-buru dia ikuti gerakan murid Pendeta Sinting.
Mendekatlah, Anak-anak Muda...." Si kakek berkata
Joko memandang pada Sindang Kuning seraya anggukkan kepaia. Lalu keduanya periahan mendekati dan duduk berjajar iima iangkah di hadapan si kakek.
Boieh tahu siapa kaiian adanya?l"
Aku Joko Sabieng.... ini sahabatku Sindang Kuning.
Si kakek hentikan gerakan putaran tasbihnya. Wajahnya sedikit diangkat pandangi wajah dua orang di hadapannya. Joko sunggingkan senyum dan balas memandang. Sementara Sindang Kuning cepat-cepat ailhkan pandangan dengan dada berdebar.
Si kakek tersenyum. Sambii putar tasbihnya kembali dia berkata.
"Kedatangan kaiian pasti bukan satu kebetuian...."
Pendekar 131 anggukkan kepala. "Betul, Kek.... Kami ingin minta beberapa keterangan."
"Kalian yakin tidak salah alamat?!"
Joko meiirik pada Sindang Kuning. Sindang Kuning mengheia napas panjang dengan mata masih terarah pada Jurusan lain.
"Rasanya kami datang ke tempat yang benar, Kek!" Akhirnya Joko berucap.
"Hem.... Keterangan apa yang kaiian inginkan?i"
Aku harus bicara terus terangi" Joko membatin dulu lalu berkata.
"Kau pasti mengenai seorang gadis cantik bernama Dewi Angkarani...." Kepaia Joko berpaling pada Sindang Kuning. "Dia adaiah saiah satu...."
Beium habis ucapan Pendekar 131, Sindang Kuning sudah memotong. "Dia datang ingin menanyakan sesuatu yang ada kaitannya dengan Dewi Angkarani! Aku hanya sekadar mengantar!"
Si kakek tertawa periahan. Joko kembaii menoieh pada Sindang Kuning. SI gadis cepat berbisik. "Urusanmu lebih penting!"
"Kek... ?i" kata Joko seleiah berpikir beberapa saat.
"Terus terang saja.... Aku ingin tahu siapa sebenarnya Dewi Angkarani."
"Mengapa kau bertanya tentang dia?i" Si kakek baiik bertanya.
"Sebenarnya antara aku dan Dewi Angkarani tldak ada masalah apa-apa! Hanya aku merasa aneh. Mendadak saja dia menginginkan senjata miiikku.... Kau bisa memberi sedikit penjeiasan?!"
Si kakek menghela napas panjang dengan sedikit dongakkan kepaia. "Anak muda.... Sebenarnya aku tak ingin membuka rahasia orang. Tapi karena aku sudah ditakdirkan untuk menjawab semua pertanyaan orang, apa boieh buat.... Tapi ingat. Aku hanya bisa menjawab sebatas yang kuketahui...."
*
* *
------------------------------------------------------DELAPAN
------------------------------------------------------
Kek...'?i Keterangan apa yang diinginkannya?!" tanya Joko.
"Dia menanyakan senjata terakhir yang harus didapatkan sebagai penghujung dari deiapan senjata sakti yang teiah dimilikinya! Aku sudah berusaha.... Tapi aku gagal mengetahuinya!"
Untuk apa sembiian senjata sakti itu?!'
Selama ini dia kehiiangan kemampuannya sebagai manusia biasa. Dengan sembilan senjata sakti, kemampuannya sebagai manusia biasa akan puiih
kembal!! Sebenarnya dia sudah hidup pada masa dua generasi di atasku hingga kau bisa hitung sendiri berapa kira-kira usianya!"
Karena sebeiumnya sudah dengar keterangan dari Sindang Kuning, Pendekar 131 tidak begitu terkejut mendengar ucapan si kakek.
"Kek.... Kau mengatakan dia kehiiangan kemarpuannya. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Tapi bagaimana mungkin dia bisa bergerak, bicara bahkan iepaskan pukuian!"
"itu bukan kemampuan manusia biasa, Anak Muda! itu kemampuan di iuar jangkauan kemampuan manus1a biasa!"
Aneh.... Dia sudah memiliki kemampuan di iuar jangkauan kemampuan manusia biasa. Laiu untuk apa dia ingin puiihkan kemampuannya sebagai manusia biasa?i"
Si kakek tertawa dahuiu sebeium berkata. "Kau tahu manusia, Anak Muda?! Dia adaiah kumpuian daging berhias akal yang punya keinginan tak terbatas! Hingga meski sebenarnya dia sudah memiiiki sesuatu yang lebih, dia masih punya keinginan iain! Tak beda halnya dengan Dewi Angkarani. Dia sudah memiiiki kemampuan yang manusia biasa suiit mendapatkannyal Tap! nyatanya dia masih ingin memiilki kemampuan sebagal manusia biasai Teriepas dari itu semua, sebenarnya ada hai utama yang menyebabkan Dewi Angkarani ingin mengembaiikan kemampuannya sebagai manusia biasa .... !"
"Apa hai itu, Kek?l!"
"Manusia adaiah makhiuk paiing sempurna. Diberi akal sekaligus nafsu. Hingga ada lmbangan. Lain halnya dengan makhiuk iain. Kadang-kadang hanya diberi akai tanpa nafsu, dan ada yang diberi nafsu tanpa akal!"
"Hubungannya dengan Dewi Angkarani?!"
"Dewi Angkarani sudah pernah merasakan hidup sebagai manusia. Waiau sekarang dia memiiiki kemampuan di iuar kemampuan manusia biasa, tapi mungkin di daiam dunianya sekarang tidak sama dengan dunia manusia biasa. Dia tidak menemukan lagi perimbangan antara akai dan nafsui Hingga dia merindukan kembaii pulihnya kemampuannya sebagai manusia tanpa harus menghiiangkan kemampuan yang dimiliki saat ini! Jelasnya dia ingin memiiiki kemampuan sebagal manusia biasa yang punya akai dan nafsu, sekaiigus memiiiki kemampuan yang di iuar jangkauan manusia biasai Jika itu berhasil, dapat kau bayangkan .... Seorang manusia biasa tapi sekaiigus memiliki kemampuan di luar manusia!"
Kek...?I Aku tidak berprasangka buruk. Tapi seandainya Dewi Angkarani berhasli dengan keinginannya, apakah tidak mustahii dia akan bertindak di
luar tindakan manusia biasa?i"
"Aku tidak bisa menjawab dengan pasti! Tapi hai tu tidak mustahii akan terjadi! Karena dia sudah memiiiki akal dan nafsu sekaiigus kemampuan di luar manusia!"
Menurutmu, Kek.... Apa tidak sebaiknya hal itu dicegah?! Aku khawatir Dewi Angkarant tidak mampu mengendalikan nafsunya!"
"Sebenarnya hai itu terlintas, Anak Muda.... Tapi apa yang bisa kuperbuat?!" Aku tidak mampu menghadapinyai ltu bukan ahliku...."
"Kau bisa mengatakan apa yang harus diperbuat untuk mencegah keinginan Dewi Angkarani?!"
Kepaia si kakek menggeieng. "Seliagl aku mampu, aku akan jawab seribu pertanyaan dan keterangan yang kauinginkan! Tapi harap jangan bertanya soal bagaimana membuat orang ceiakal"
"Keke...?! Harap tidak saiah paham.... ini hanya 8ebagai pencegahan!"
Si kakek kembaii menggeieng. "Pencegahan it berkaitan erat dengan ceiakanya seseorang! Lagl pula mesti terlintas bahwa kelak Dewi Angkarani tidak akan mampu mengendaiikan hawa nafsunya, namun itu hanya terbatas pada perkiraan kita! Hal sebenarnya kita beium tahui Siapa tahu begitu mendapat yang diinginkan, Dewi Angkarani akan memanfaatkan apa yang dmiiiki untuk kedamaian umat manus1a....
"Tapi, Kek...?! Ketika untuk mendapatkan senjata saja dla sudah berani membunuh orang. Bukankah satu petunjuk bagaimana sifat Dewi Angkarani?!"
"Kau jangan iupa, Anak Muda.... Saat ini Dewi Angkarani masih kehiiangan kemampuannya sebagal manusia biasa! Daiam dirinya saat ini tidak ada perimbangan antara akai dan nafsu! Maka apa yang dilakukannya saat ini tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur siapa dirinya sebenarnyal Kau mungkin baru bisa mengenali bagaimana sifat sebenarnya Dewi Angkarani jika kau mampu menemukan orang yang hidup pada masa Dewi Angkarani dahulu. Dan hal itu kukira mustahil...!"
Sebenarnya murid Pendeta Sinting tidak setuju dengan ucapan si kakek. Tapi dia coba menahan diri Dan seteiah terdiam beberapa saat dia berucap lagi.
"Kek.... Haruskah tindakan Dewi Angkarani saat ini dibiarkan saja?l"
"Anak muda.... Daiam memandang sesuatu, aku meiihat hal baiknya sajal Jadi menurutku.... Biarkan apa yang diiakukan Dewi Angkaranii Mungkin apa yang dimilikinya kelak untuk kebaikan manusia...."
"Berarti akan banyak korban iagi yang jatuh!"
"Hai itu tidak akan terjadi kaiau manusia sling mengerti!"
Aku tidak mengerti maksudmu! Aku jadi bingung dengan ucapanmu!"
Si kakek tertawa. "Seandainya aku memiiiki senjata, dan Dewi Angkarani memintanya, maka aku akan memberikan! Jika tidak, bukankah aku masih blsa menghlndar?I Dengan begitu tidak akan terjadi maiapetaka berkepanjangan!
"Tapi sampai kapan?!"
Anak muda... Segala sesuatu ada batasnya! Dan jangan iupa, masih ada Yang Di Atas Sana!" Tangan kanan si kakek menunjuk ke atas. "Jika yang di atas sudah mnenentukan batas waktu bagi ciptaannya, kekuatan siapa yang mampu mencegah?!"
"Ah... Dunia memang akan damai jika semua orang memiliki sifat seperti orang ini...", Tapi mustahil itu akan terjadi. Joko membatin dalam hati lalu berkata.
"Sekarang mau katakan apa senjata kesembilan yang harus dimiliki Dewi Angkarani?!"
"Seandainya aku tahu, Dewi Angkarani akan tahu lebih dahulu daripada kau!"
"Hem... Akhirnya aku tidak bisa mendapatkan keterangan pasti! Tapi tak apa... Semua ucapannya sedikit banyak membuatku tahu diri!" Akhirnya Joko hanya bisa berkata dalam hati. Lalu berpaling pada Sindang Kuning yang sejak tadi hanya mendengarkan.
"Kalau tidak ada yang kau tanyakan lagi, sebaiknya kita pergi!" bisik Sindang Kuning.
Pendekar 131 (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) menoieh pada si Kakek. Lalu berkata.
"Kek.... Sahabatku ini adalah saiah seorang abdi Dewi Angkarani! Belum lama berselang telah terjadi peristiwa yang membuatnya harus memisahkan diri dari Dewi Angkarani...." Joko lalu menceritakan kejadian yang menimpa Sindang Kuning.
"Sekarang harap kau beri keterangan asal-usul sahabatku ini...!" kata Joko setelah selesaikan cerita.
Kakek berpakaian putih-putih arahkan pandang matanya pada Sindang Kuning. Lalu tengadah diam beberapa saat. Lalu berkata.
"Sepuluh tahun lalu Dewi Angkarani mendatangi sepasang tokoh dunia persilatan di kawasan utara. Maksud tujuannya pasti kalian sudah tahu... Saat itu Dewi Angkarani masih bertindak sendirian. Tanpa beberapa abdi seperti yang akhir-akhir ini...Apa yang selanjutnya terjadi aku tak tahu. Yang jelas sepasang tokoh itu memiliki dua orang anak! Perempuan dan laki-laki..."
"Kau yakin saiah seorang anak itu adaiah sahabatku ini?!" Tanya Joko..
"Kepastian sebenarnya lebih baik kalian selidiki sendiri!"
"Mengapa kau bisa tahu sepasang tokoh itu ada kaitannya dengan sahabatku ini?"
"Penjelasanku tidak akan kalian mengerti! Maka lebih baik kalian selidiki dahulu!"
"Hem... Baiklah.Sekarang katakan siapa sepasang tokoh itu?!"
"Rakai SIkatan dan Arimbi! Mereka berdiam disebuah bukit tidak jauh dari pertemuan dua aliran sungai kawasan utara yang dikenal sebagai Lidah Naga..."
"Masih ada yang ingin kau utarakan ?!" Joko berbisik pada Sindang Kuning.
Yang ditanya gelelng kepala. Joko arahkan pandang matanya kembali pada kakek di bawah obor. Saat itulah dia tiba-tiba ingat pada gadis baju biru yang lolos bersamanya dari Dewi Angkarani.
"Kek..?!" Ucap Joko. "Bisa beri keterangan sedikit tentang Payung Pelindung Dewa?!"
Si Kakek sedikit terkejut tapi segera tersenyum. Sementara mendengar pertanyaan murid Pendeta Sinting entah karena apa mendadak Sindang Kuning kerutkan dahi dengan paras berubah. Jelas gadis ini seperti tak senang dengan pertanyaan murid Pendeta Sinting, karena Sindang Kuning jadi ingat dengan gadis cantik baju biru yang bukan lain adalah Sukma Kumala.
"Payung itu sudah lama tidak terdengar lagi kabar beritanya... Payung Pelindung Dewa adalah sebuah sebuah senjata sakti. Lebih dari itu, keluarnya payung itu memberi satu petunjuk akan terjadinya peristiwa besar! Bukan saja berkaitan dengan darah... tapi juga asmara!"
Kau tahu siapa pemiiiknya, Kek?!
Kepaia si kakek menggeieng. "Untuk yang sekarang lni aku tidak tahu...."
Di iain pihak, mendengar pertanyaan Joko, Sindang Kuning menggumam tak jeias. Wajahnya cemberut dan segera berbisik.
Kaiau masih ada yang ingin kau tanyakan berkaitan dengan payung tu, aku akan menunggumu di luar!"
"Eh .... Ada apa dengan gadis ini?! Dua kaii ini aku dengar nada tak enak daiam bicaranya!" kata murid Pendeta Sinting dalam hati. Mungkin karena tidak ingin berdebat di hadapan orang, Joko segera bangkit seraya berkata.
Kek.... Aku mohon diri! Terima kasih atas keteranganmu!"
Aku juga mengucapkan terima kasih...." Sindang Kuning berkata dan ikut bangkit.
Pendekar 131 dan Slndang Kuning balikkan tubuh. Lalu meiangkah ke arah lobang masuk ruangan yang tertutup iiaiang dan semak beiukar. Namun tiga tindak lagi sampai lobang, (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Joko berhenti. Lalu balikkan tubuh. Sindang Kuning mendelik tak senang.
"Pasti dia akan terus tanya perihai gadis berpayung itu! desis Sindang Kuning dalam hati.
"Kek.... Aku iupa menanyakan siapa dirimu...!"
"Aku tidak memberi nama pada diri sendiri. Cuma orang sering memanggiiku Eyang Agung Reksaluka..." kata kakek yang masih duduk bersila di bawah obor.
"Eyang Agung Reksaluka...." Joko ulangi nama si kakek. Laiu putar diri kembaii sebelum akhirnya keiuar dari ruangan.
Begitu keiuar dari ruangan dan muiai berkeiebat, sebenarnya Joko ingin bertanya tentang sikap Sindang Kuning. Namun begitu diiihatnya si gadis tampak diam saja dan pasang tampang cemberut, murid Pendeta Sinting bataikan niat.
Di iain pihak, sebenarnya Sindang Kuning juga ingln mengatakan ketidaksenangannya dengan pertanyaan Joko yang berkaitan dengan Payung Pelin
dung Dewa. Tapi entah karena apa, dia selaiu urungkan niat mesk! sesaat sudah buka muiut, hingga kaii ini mereka berkelebat tanpa ada yang muiai buka suara.
"Sekarang bagaimana?i" Pada satu tempat, mungkin karena merasa tak enak terus berdiam diri, murid Pendeta Sinting angkat suara.
"Bagaimana apa maksudmu?!" Sindang Kuning baiik bertanya tanpa berusaha menoieh.
"Kita iangsung menuju kawasan utara mencari terusan Lidah Naga atau...." Belum sampai Joko teruskan ucapan, Sindang Kuning sudah menukas. "Kaiau kau maslh punya urusan yang iebih penting, kurasa aku bisa pergi sendlri! lagi puia ini bukan ada kaitannya dengan dirimu!"
"Betui.... Tapi aku sudah berjanji akan...."
"Lupakan soai janjimu yang akan membantuku!"
Lagi-iagi Sindang Kuning sudah memotong kata-kata Pendekar 131. "Aku tahu.... Saat ini ada yang masih membuatmu gelisah .... Beberapa pertanyaanmu pada kakek tadi menunjukkan gelisahnya perasaanmu!"
"Pertanyaanku yang mana?!"
Sindang Kuning berhenti. Saat itu mereka sudah berada di kawasan luar hutan. Murid Pendeta Sinting ikut berhenti dan iangsung memandang ke arah Sindang Kuning. Kaii inl Sindang Kuning balas menatap dengan tanpa senyum. Laiu berkata.
"Bukankah kau tadi bertanya tentang Payung Pelindung Dewa?!"
"Hem.... Sekarang aku tahu! Sekarang aku tahu apa yang menyebabkan sikapnya berubah! Pasti dia tidak senang dengan gadis baju blru pembawa Payung Pelindung Dewa itul" Joko menebak dalam hatl. Lalu berkata.
"Kau jangan tergesa-gesa punya prasangka .... Kalau aku tanya urusan Payung Pelindung Dewa, karena aku masih buta betul dengan payung itu! Baru pertama kaii itu aku meiihatnya."
"Hem.... itu hanya alasanmu sajal Jika tanpa aku, pasti kau tanya juga siapa adanya gadls yang membawanyal"
Murid Pendeta Sinting tertawa. "Terus terang .... Sebenarnya aku ingin menanyakan hal itu! Tapl bukan karena aku tertarik dengan gadlsnya! Karena di sampingku ada gadis yang selain cantik juga menarikl"
Paras Sindang Kuning berubah dengan dada berdebar. Dia sengaja melangkah maju dua tindak agar perubahan wajahnya tidak terlihat murld Pendeta Sinting.
"Sekarang bagaimana?! Mencarl kedua orangtuamu atau .•.. "
Terserah padamu.... Aku akan ikut saja! Yang penting jangan sekali-kaii terlntas piklranmu untuk mencari gadis pembawa payung itu!"
"Hem .... Gadis inl beranl berterus terang! Sikapnya masih apa adanya! Mungkin karena selama ini dia tidak punya waktu untuk jalan bersama seorang pemuda!
Apalagi sampai punya kekasih.... Hingga dia selaiu cemburu pada gadis lain!" Joko membatin. Laiu berkata.
"Seraya mencari keterangan tambahan tentang Dewi Angkarani, kita mencari terusan Lldah Naga.... "
"Bagaimana dengan rencana ke Lambah Hijau?!"tanya Sindang Kuning seraya menoieh dan sunggingkan senyum.
Joke melangkah menjauh "Kurasa urusan kedua orangtuamu lebih pentig. Aku akan membantumu sampai menemukan keduanya..."
Terima kasih... " ujar Sindang Kuning.Saking gembiranya tanpa sadar dia kembali menggenggam sebelah tangan murid Pendeta Sinting. Lalu berlalu dari tempat itu dengan bibir terus sunggingkan senyum.
*
* *
------------------------------------------------------SEMBILAN
------------------------------------------------------
PADA satu tempat Dewi Atas Angin dan Nyal Sekarpati hentikan keiebatan dengan putar kepala
dan pandangan. "Nyal.... Kita sudah hampir rnen
capai kawasan utara. Tapi sejauh ini kita tidak menemukan siapa-siapal Jangan-jangan keterangan gadis
yang sebutkan dir! Sukma Kumala itu dusta! Kita balik
saja ke selatan. Siapa tahu Uwe Ladami dan Uwe Kasumi menemukannyal" berkata Dewi Atas Angin.
Nyai Sekarpati tidak menyahut. Sebailknya terus
menyiasati keadaan sekeiiiing. Dewi Atas Angin tidak
mau menunggu. Dia segera hendak erkelebat iagi
rnengambii arah seiatan.
Tunggu, Dewi!" Nyai Sekarpati menahan. "Aku
dengar suara tawa .... •
Dewi Atas Angin tahan gerakan seraya tajarnkan
pendengaran. Saat lain tanpa ada yang buka mulut, sosok tubuh teriihat berlari-lari kecii. DewiAtas Angin dan
Nyai Sekarpati sama pentangkan mata.
Mendadak Nyai Sekarpati beiaiakkan sepasang
matanya besar-besar. Kepaianya puiang baiik ke depan
ke belakang. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Sikapnya jeias menunjukkan kaiau nenek
Ini terkejut sekaiigus tidak percaya. Namun saat lain dia
mendengus keras, tanda dia tidak senang dengan apa
yang diiihat.
Di iain pihak, DewiAtas Angin bukan saja kaget dan
tidak percaya. Tapi tiba-tiba dia merasakan dadanya
berdebar keras. Aiiran darahnya iaksana sirap. Saat
lain dia buang muka ke samping dengan paras berubah.
"Hem.... Pemuda setengah gila itu!" Nyai Sekarpatai
menggumam seteiah kuasai rasa kagat dan tidak percayanya. Laiu berpaiing pada Dewi Atas Angin. Dia
sudah akan buka mulut. Tapi begitu dliihatnya sang
Dewi berpaiing ke samping, si nenek bataikan niat.
Diam-diam dia berkata daiam hati.
"Dari slkapnya, jeias dia sepertinya cemburul Tapl
aku gembira.... Dengan melihat sendiri beginl, dla
mungkin bisa berpikir dua kalil Dia aksn tahu sendirl
siapa sebenarnya pemuda setengah gila itu!"
Baru saja Nayi Sekarpati membatin begitu, Dewi Atas Angin berbisik tanpa berpaling ke arah si nenek.
"Nayi... sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini!"
"Tapi setidaknya kita harus menunggu sampai mereka jauh! Aku tak mau disangka suka mengintip orang yang tengah bermesraan!" sahut Nayi Sekarpati seraya memandang kembali ke depan.
Di seberang depan, dua sosok yang berlari-iari
kecii sambil tertawa-tawa berhenti. Sosok sebelah depan adalah seorang pemuda berparas tampan mengenakan pakalan putih-putih. Rambutnya panjang sediklt
acak-acakan. Di belakang pemuda ini terlihat seorang
gadis cantik mengenakan pakaian ketat warna kuning
yang baglan atas tubuhnya terbuka. Pakaian yang dikenakan juga dibuat tinggi di atas lutut, hingga kedua pahanya yang putlh dan padat terlihat jeias.
Sosok di depan yang tldak lain adaiah murid Pendeta Sinting menoieh sesaat pada gadis cantik berbaju
kuning terbuka yang bukan iain adalah Sindang Kunlng. Namun cuma sesaat. Di kejap lain Pendekar 131
sudah berlari lagi.
Pendekar 131! Tunggul Aku tak mau lagi mengejarmu!" Sindang Kuning yang berada di belakang bereeru seraya berkelebat.
Karena Joko urungkan nlat beriari, Sindang Kuning tahu-tahu sudah tegak menjajarl murid Pendeta
SInting. Tanpa buka mulut iagi tangan gadis cantik Ini
eegera memegang tangan Joko. Laiu dengan tersenyum dla rebahkan kepalanya ke pundak murld Pendeta SInting dan usap-usapkan kerlngat wajahnya.
Di tempat persembunyiannya, bukan saja Nyal Sekarpati yang terlengak. Dewi Atas Angin tak kuasa lagl
menahan kejutnyal Dia buru-buru paiingkan kepala ke
depan.
"Aku tak percaya semua inil Jangan-jangan teiingaku yang salah dengar! Atau barangkali gadis itu yang
salah ucapkan nama orang!" Nyai Sekarpatl mendesis.
Lalu berpaling pada Dewi Atas Angin.
"Kau dengar seruan gadis itu, Dewi?!" Dewi Atas Angin hanya mengangguk
dengan kepala iurus ke depan. Sepasang matanya memandang tak
berkesip. Saat iain tanpa diduga sama sekaii oieh Nyal
Sekarpati, Dewi Atas Angin bergerak bangkit.
Dewi! Tunggu!" Tahan Nyai Sekarpati seraya tarik
tangan Dewl Atas Angin.
Tapi Dewi Atas Angin seolah tidak dengar seruan
orang. Malah dia cepat sentakkan tangan Nyai Sekarpati hingga iepas. Kejap iain dia berkeiebat keluar!
Nyai Sekarpati tak mau berdiam dirt. Dia buru-buru
bangkit iaiu ikut berkelebat dan menjajari Dewi Atas
Angin yang sudah tegak sepuluh tindak dl hadapan murid Pendeta SInting dan Sindang Kuning dengan kepala
didongakkan dan pasang tampang angker!
DI iain pihak, mendapati dua orang tahu-tahu sudah muncul di hadapannya, murid Pendeta Sinting luruskan kepaia ke depan. Kontan Joko surutkan langkah dengan paras berubah. Sedang Sindang (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Kuning
cepat tarik puiang kepalanya ialu ikut surutkan iangkah
dengan mata simak baik-balk dua orang di hadapannya.
"Kau mengenaii mereka?t!" Sindang Kuning bertanya tanpa aiihkan pandangan pada Dewi Atas Angin
dan Nyal Sekarpati
Periahan Pendekar 131 iepaskan genggaman tangan Sindang Kuning samb!l menyahut.
"Sepertinya aku permah meiihat mereka...."
"Kau punya urusan dengan mereka?!"
"Sepertinya aku tak perah membuat masaiah dengan mereka...!"
Hem.... Tapi sikap mereka iain dengan keteranganmu! Katakan slapa mereka sebenarnyal"
"Sepertinya aku beium tahu siapa nama merekal
Jadl aku sendiri tak tahu slapa mereka sebenarnya...l
Dari tadi jawabanmu dengan sepertinya! Meng@pa?! Kau teriihat bimbang! Nada bicaramu lain!" kata
Sindang Kuning setengah membentak. Kepalanya dipalingkan dengan bola mata menusuk tajam pada wajah murid Pendeta Sinting.
Pendekar 131 tersenyum. "Terus terang.... AkKu
sendiri terkejut dengan sikap mereka. itulah sebabnya
mengapa aku tak yakin...."
"Pastikau punya urusan dengan mereka! Jika tidak
tak bakaian mereka berslkap seperti ltu!" kata Sindang
Kuning. Seoiah tak sabar gadis ini segera berteriak
"Siapa kalian sebenarnya?!"
"Aku yang harus tahu slapa kau sebenarnya!" Yang
menyahut Nyai Sekarpati dengan mata mendelik.
Jawaban Nyal Sekarpati membuat Sindang Kuning
tambah yakin jika sebeium ini ada urusan antara murid
Pendeta SInting dengan dua orang dI hadapannya. Namun jawaban itu juga membuat dadanya agak panas.
Hingga dla segera buka muiut.
"Aku Sindang Kuning! Kalian siapa?!"
"Apa hubunganmu dengan pemuda di sebeiahmu?!" tanya Nyai Sekarpati.
Sebenarnya Joko sudah akan menyahut. Tapi khawatir Sindang Kuning jadi tersinggung dengan jawabannya, terpaksa dia urungkan niat. Tapi dadanya jadu
berdebar tidak enak.
Di ialn pihak, sesaat Sindang Kuning sendirl tampak blmbang. Tapi begitu meithat sikap Dewi Atas
Angin, tanpa pikir panjang lagi dia menjawab.
"Dla kekasihku!"
"Astaga...I Berani betul gad!s ini!" gumam Joko dalam hati dengan paras makin berubah. Kepalanya perlahan dipalingkan kesamping dengan mata lempar lirikan ke arah Dewi Atas Angin.
Mendengar jawaban Sindang Kuning, Nayi Sekarpati tersenyum menyeringai. Sementara Dewi Atas
Angin menghela napas panjang seraya terus mendongak.
"Kaiau benar dia kekasihmu, kau pasti tahu siapa
dia sebenarnyal" kata Nyal Sekarpati.
"Sindang Kuning...." Hanya sampai di situ Joko
sempat keiuarkan suara, karena saat itu juga Sindang
Kuning sudah buka muiut.
"Dia Pendekar 131 Joko Sableng!"
Ceiaka! Ceiaka!" Murid Pendeta Sinting akhirnya
hanya bisa mengeiuh daiam hati. "Apa yang harus kukatakan pada mereka...?l"
Harnpir bersarnaan dengan jawaban Sindang Kuning, Dewi Atas Angin luruskan kepaianya. Bukan memandang pada Sindang Kuning, meiainkan pada Pendekar 131, membuat Sindang
Kuning jadi curiga dan
tak senang.
"Aku teiah jawab (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) pertanyaanmul Sekarang jawab
tanyaku!" kata Sindang Kuning. Sepasang matanya
melirik pada Joko yang rnasih arahkan pandangan kejurusan lain
dengan kepaia menggeieng-geieng.
"Aku Nyal Sekarpati! Dia Dewi Atas Angin!" Tangan
kanan si nenek menunjuk pada Dewi Atas Angin.
"Apa rnaksud kaiian menghadang kami?i"
"Kami punya urusan dengan kekasihmu! Kuminta
agar kau tidak ikut campur!" kata Nyai Sekarpatl.
"Urusan apa?I
"tu urusan kami dengan kekasihmu! Dalam hai ini
kau orang lain yang
tak punya hak ikut carnpurl"
Habis berkata begitu, Nyai Sekarpati aiihkan pandangan pada murid Pendeta Sinting. Laiu berkata.
Pendekar 131! Kau pasti ingat pada kami!"
Murid Pendeta Sinting menoieh. Sejak tadi Joko merasa curiga dengan ucapan si nenek hingga dia terus menduga-duga dalam hati. Namun karena tidak juga mendapat jawaban pasti, seraya menoleh dia buka mulut.
"Karena kalian pernah menolongku, tak mungkin aku lupa...."
"Bagus! Aku tak ingin diantara kita ada masalah. Tapi.."
""Nyai! Jangan banyak basa-basi!
katakan terus terang maksud tujuan kita" Dewi Atas Angin sudah menukas ucapan Nayi Sekarpati.
"Pendekar 131! Kuminta kau serahkan Pedang Keabadian secara baik-baik pada kami! Juga satu-satunya jalan pemutus masalah antara kita!" kata Nyai Sekarpati lalu ulurkan tangan kanannya dengan telapak terbuka.
Hem .... Ternyata mereka juga inginkan Pedang Keabadian!" Joko membatin. Lalu berkata.
"Nyai!... Kau tidak salah minta pada orang?!"
Nyai Sekarpati mendengus. Jangan pikir kami tak tahu! Belum lama berselang kau berkunjung ke daratan Tibet! Dan kau pulang ke tanah Jawa dengan membawa Pedang Keabadian! Aku tak ingin panjang lebar! Serahkan pedang itu sekarang juga!"
"Pendekar 131! Kami minta dengan baik-baik dan tak inginkan keributan!" Dewi Atas Angin timpali ucapan Nayi Sekarpati.
"Hem... Bisa memberi penjelasan mengapa kalian menginginkan Pedang Keabadian?!"
"Tugasmu hanya menyerahkan!" Tak pertu banyak tanyal! sentak Nyai Sekarpati.
"Pedang itu ada di tanganku!" (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Joko berterus terang. "Sudah layak kalau aku tanya mengapa kalian menginginkannya!"
"Hem.... Begitu?I Katau aku tak mau jawab, kau
mau apa?! Tidak menyerahkan pedang itu?!" ujar Nya
Sekarpati lalu tertawa pendek, "Kuingatkan, Pendekar
131! Kau masih muda. Punya kekasih seorang gadis cantik. Pasti kau tak ingin kekasihmu merana seumur hidup!".
" Hem.... Apa maksudmu, Nyai...?!" tanya Joko dengan suara agak keras.
"Kaiau kau tidak menyerahkan pedang itu, maka
terpaksa kami akan mengambiinya dengan cara kaml"
Dan itu nasib buruk baglmu! Karena hingga hari ini masa berlangsungnya hidupmu!"
"Hem.... Tak kusangka jlka ternyata kaiian adalah
para perampok keparat! Minta barang miiik orang dengan paksa!" Sindang Kuning berteriak.
"Jaga ucapan kotormu! Kami sudah minta baik-baik!" Dewi Atas Angin balas berteriak.
"Minta baik-baik dengan ancamanl Apa itu namanya, hah?! Kau berparas cantik... Sayang... Kau perampok jalanan!"
"Kuperingatkan untuk tidak bicara campuri urusan inil" bentak Dewi Atas Angin.
Sindang Kuning tertawa panjang. "Jika itu maumu cepat angkat kaki dari hadapanku!"
Dewi Atas Angin angkat kedua tangannya. Dadanya bukan saja panas mendengar ucapan Sindang
Kuning, namun juga tidak senang dengan keberadaan si gadis bersama murid Pendeta Sinting.
Mendapati gerakan kedua tangan Dewi Atas Angin, Sindang Kuning tak tinggai diam. Dia segera pula angkat kedua tangannya. Untuk beberapa saat mata mereka berperang pandang.
"Tunggu!" teriak Pendekar 131. Memandang silih berganti pada Nyai Sekarpati dan Dewi Atas Angin lalu lanjutkan bicara. "Kalian lakukan ini atas suruhan seseorang?!"
"Kami bukan pesuruhl" jawab Nyai Sekarpat.
"Kallan masih kerabatnya Dewi Kembang Maut?!"
"Dia salah seorang musuh kami!"
Murid Pendeta Sinting berpaling pada Sindang Kunlng yang masih angkat kedua tangannya. "Mereka bukan anak buah Dewi Angkarani?!"
"Jika anak buahnya, aku pastl rnengenalnyal" Jawab Sindang Kuning tanpa berpaling.
"Pendekar 131l Sebelum semuanya terjadi, turut
permintaan kamil" bentak Nyai Sekarpati.
Pendekar 131 gelengkan kepala. "Aku akan turuti
perrintaanmu, Nyai! Tapi katakan dulu apa alasanmu menginginkan pedang ini! Jika tidak...Mungkin memang harus ada silang sengketa diantara kita!"
Mendengar kata-kata murid Pendeta Sinting, Dewi Atas Angin menoieh. Sebenarnya gadis ini hendak mengatakan apa alasannya hingga tidak terjadi keriburtan. Narnun belurn sarnpai dla buka rnu!ut, Nyal Sekarpati mendahului.
"Aku tidak mau syarat apa pun! Serahkan atau kami mengambilnya dengan paksa!"
"Jika begit ucapanmu, mungkin aku pilih jalan kedua!"
"Bagus! Tldak sulit rnenuruti kehendakrnuf" bentak
Nyai Sekarpati
Suara bentakannya beium habis, sosok Nyai Sekarpati sudah berkelebat ke depan. Kedua tangannya langsung lepaskan pukulan ke arah kepala murid Pendeta Sinting!.
Tahu gerakan si nenek, Sindang Kuning tak berdiam diri. Dia segera meiompat memotong kelebatan
orang. Tapi gerakan Sindang Kuning tertahan, karena
bersamaan dengan itu Dewi Atas Angin sudah melompat dan menghadang.
Tak ada jalan iain bagi Sindang Kuning. Begitu Dewi Atas Angin menghadang, dia cepat hantamkan kedua tangannya. Dewi Atas Angin cepat pula sentakkan
kedua tangannya memapak.
Bukkk! Bukkk!
Dua pasang tangan beradu keras di udara. Slndang Kuning terpekik. Sosoknya sudah beberapa iangkah
dengan dua tangan bergetar keras dan paras berubah
pucat. Dewi Atas Angin sendlrl
terJajar dua tindak. Tapi
gadis berjubah putih sebatas lutut ini maslh bisa kuasai
diri hingga meski rnerasakan saklt pada kedua tangannya, namun masih mampu tahan seruan.
Di seberang samping, hampir bersamaan dengan
bentroknya tangan Sindang Kuning dan Dewi Atas Angin, terdengar pula benturan keras bentroknya tangan Nyai Sekarpati dan Pendekar 131.
Sosok Nyai Sekarpati terguncang beberapa saat lalu terhuyung mundur dengan mata mendelik. Di depannya, Joko tersentak satu langkah dengan paras pias. Tapi bibirnya segera tersenyurn dengan kedua tangan dikibas-kibaskan.
"Nyai! Biar aku yang menghadapinya!" Dewi Atas
Angin berkata begitu rnenangkap sikap
si nenek. Lalu
meiompat dan tegak di depan Pendekar 131.
"Kau takut menghadapl aku?l" seru Sindang Kuning. Dia segera melompat. Namun Nyai Sekarpati
mendahuli berkeiebat memotong seraya membentak.
"Lewati duiu mayatku, Gadis Liar!"
Tidak sukar turuti maumu!" Sindang Kuning balas
membentak. Kakl kanannya diangkat ialu membuat tendangan.
Nyal Sekarpati putar tubuhnya hingga sosoknya
berada beberapa jengkai di atas udara. Saat lain dia
bungkukkan tubuh. Kaki kanannya dlsentakkan lepas
tendangan.
Bukk! Bukkk
Tempat tu kembaii dibuncah benturan keras. Kakl
Sindang Kuning dan Nyai Sekarpati sama terpental.
Sosok keduanya terputar sebelum akhlrnya sama roboh terbanting di atas tanah.
Sindang Kuning cepat memeriksa. Laiu cepat llpat gandakan tenaga daiamnya seraya tarik kakinya dan
duduk bersimpuh. Nyai Sekarpati menyeringai. Sesaat (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj)
tadi sinenek sempat terkejut karena tidak menduga jlka
lawan memiilki tenaga dalam cukup kuat. Hingga saat
lepas tendangan dia hanya kerahkan sedikit tenaga
dalamnya.
Tapi begitu mendapati iawan memillkl tenaga dalam cukup tinggl, Nyai Sekarpati buru-buru duduk bersila seraya slbakkan jubah hitamnya. Lalu fipat gandakan tenaga dalam.
Di bagian samping, walau sudah tegak berhadapan
dengan murld Pendeta Slnting, namun entah karena
apa, Dewi Atas Angin tidak membuat gerakan apa-apa
atau buka mulut. Dla hanya tegak memandang sosok
murld Pendeta SInting dari ujung rambut hingga ujung
kakl!
Di lain plhak, mendapatl sikap Dewi Atas
Angin,
Joko menghela napas panjang. Lalu berucap.
"Kau pernah menolongku.... Kalau kau mau terus
terang, sudah sepantasnya aku balas menolongmul"
Ucapan murld Pendeta Sint!ng sebenarnya membuat dada Dewi Atas Angin luluh. Namun begitu lirikannya menumbuk pada sosok Sindang Kuning yang bersimpuh di atas tanah mendadak dadanya kembali bergolak. Hingga kalau sesaat tadi dia sudah memutuskan untuk mengatakan apa alasannya inginkan Pedang Keabadian jadi berubah. Yang terdengar kali ini adalah suara bentakannya.
"Aku tak butuh pertolongan! Yang kubutuhkan Pedang Keabadian!"
"Menyesal aku memberi keterangan! Tak tahunya kalian penipu!" Tiba-tiba satu suara menggema di tempat itu sahuti bentakan Dewi Atas Angin.
*
* *
------------------------------------------------------SEPULUH
------------------------------------------------------
"Sukma Kumalal" desls Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpati mengenali siapa adanya gadls baju biru.
Gadis baju biru yang bukan iain memang Sukma Kumaia adanya sentakkan tangan kanannya yang memegang payung dan t!dak la!n adaiah Payung Peilndung Dewa. Payung itu berputar cepat dan tahu-tahu sudah berputar-putar dl atas Dewl Atas Angin.
Dewi Atas Angin cepal rundukkan kepala dan lahan sibakan jubah putlhnya yang berkibar-klbar terkena putaran angin di atasnya. Sementara Sukma Kumala memandang tajam dari atas udara tanpa berusaha melayang turunl Malah dia kembali sentakkan tangan kanannya hingga ang!n putaran payung makin deras membuat Dewi Atas Angin jadi tak enak dan segera berteriak.
"Sukma Kumala! Apa yang kau iakukan?l"
"AkKu yang harus lanya! Apa yang kau lakukan dl tempat ini bersama nenekmu itu?!" Dar! atas udara Sukma Kumaia baiik bertanya.
"Hem.... Kemuncuiannya beberapa saat ialu mungkin saja satu kebetulan! Tapi kali Ini tampaknya bukan satu kebetuian lagil Jangan-jangan dla yang selama Ini terus mengikutl perjaianankul Sementara orang yang sempat berkelebat saat itu adaiah temannya!" Dewi Atas Angin membatin lngat akan pertemuannya dengan Sukma Kumaia. Lalu melompat ke samping dan berteriak.
"Sukma Kumaia! Sekarang jelas sudah! Sebenarnya kauiah yang seiama ini selaiu mengikuti iangkahku! Apa maumu sebenarnya?! Turunlah!"
Sukma Kumala gerakkan tangan (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) kanannya yang memegang gagang payung. Payung Pelindung Dewa meiuncur ke bawah. Begitu tegak di alas tanah, langan kanannya diiuruhkan lepas dari gagang payung. Namun hebatnya payung itu terus berada mengapung di alas udara.
"Seiain plntar menuduh, ternyata kau juga pandai men!pul" Sukma Kumala berkata dengan mata memandang angker pada Dewi Atas Angin.
Dewl Atas Angin tergagu diam. Saat itulah Nyai Sekarpati bangkit ialu melompat ke arah Dewi Atas Angln dan iangsung berkata.
"Kami tidak menuduh! Buktinya kau muncui beberapa saat ialul Sekarang kau muncul iagi! Kalau tldak tengah mengikutl langkah kami, untuk apa kau muncul di tempal ini?! Lagi pula siapa yang menipu?!"
"Aku tidak akan jawab pertanyaan toiol begitu! Cepat angkat kaki dar! tempat ini!"
Nyai Sekarpati tertawa bergelak panjang. "Tampaknya kau juga memiiiki hubungan khusus dengan pemuda itu! Apa kau lak tahu slapa gadis baju kuning cekak terbuka itu?!" Jari Nyal Sekarpati menunjuk pada Sindang Kuning yang kini juga sudah bergerak bangkit.
Sukma Kumala iempar pandangan ke arah Slndang Kuning. Beberapa saat mata kedua gadis ini saiing bentrok. Namun Sukma Kumala segera berpaling lagi pada Nyai Sekarpati seraya berkata.
"Nyai Sekarpatil Aku tak heran kaiau kau sudah lupa dengan ucapanmu karena uslamu sudah menjelang ajal! Tapi aku jadi heran jika cucumu yang cantik jelita itu juga tldak Ingatl"
"ingat apa?! Jangan kau bersiiat iidah kalau ingin cari alasan untuk membela pemuda itu!" bentak Nyai Sekarpati.
"Aku tahu kau pura-pura iupa! Tak apa.... Aku akan menglngatkanl Bukankah kau dan cucurnu itu rninta ksterangan padaku di rnana Pendekar 131! Kau biiang Pendekar 131 adalah kekasih cucumu yang cantik jeita itul Kau mengatakan ada yang perlu kau blcarakan dengan Pendekar 131! Kau sekarang ingat?!"
Berubahlah paras Dewl Atas Angln. Dia cepat dongakkan kepala. Sernentara Slndang Kuning terkesiap kagat dan memandang silih berganti pada Nyai Sekarpatl dan Pendekar 131 yang tegak dengan menghela napas panjang tak tahu harus berkata apa. Di lain pihak, Nyai Sekarpati terdiarn.
"Nyatanya ... ," ujar Sukma Kumaia sambungi ucapannya. "Bukannya ada sesuatu yang akan kalian bicarakan dengan Pendekar 131! Sebaiiknya Justru kaiian hendak mlnfa dengan paksa benda rniiiknyal Apa jawabmu, Nyai?!"
"Kuperingatkan kau untuk tidak carnpurl urusan Inil Aku membutuhkan benda itu! Apa salah kalau aku memintanya?I Kalau dla keras kepala, apa keliru pula aku memaksanya?I Jika dla tetap membandel, apa salahnya kalau aku menghablsinya?! Sekarang katakan apa maurnu sebenarnya?! Apa pula hubunganmu dengan pemuda itu?! Kekaslhnya juga?l"
"Apa hubunganku dengannya tidak pantas dlketahu! seorang nenek penlpu sepertlmu! Sekarang kurninta kaiian berdua menyingkir dari tempat Ini!" bentak Sukma Kumaia.
Nyai Sekarpati tertawa panjang. Sementara Sindang Kuning diam-dlam merasa tak enak dengan ucapan Sukrna Kurnala yang tidak rnau berterus terang rnengatakan apa hubungannya dengan Pendekar 131. Tapi yang paling teriihat gei!sah adalah murid Pendeta Sinting dan Dewi Atas Angin.
Tampaknya urusan d! tempat inl akan makin ruwet! Ucapan Sukma Kumaia jangan-jangan bisa diartikan iain oieh Sindang Kuning!" Diam-diam Joko membatin seraya berpikir keras untuk mencari jaian keluar agar tidak terjadi bentrok.
Di lain pihak, Dewi Atas Angin juga membatin. "Seandalnya Nyai mengatakan terus terang untuk apa mencari Pendekar 131, pasti urusannya tidak akan jadi panjang begin rupal Tapi.... Rasanya sulit mengatakan terus terang! Lagl pula jika berkata terus terang, pasti Sukrna Kurnala tidak akan mernberi keterangan! Hem.... Sekarang bagaimana balknya?!"
Selagi Dewi Atas Angin membatin begitu, terdengar Nyai Sekarpatl berkata.
"Sukma Kumala! Kau tak tahu apa-apa urusan di tempat inil Kauiah yang harus segera menyingkir!"
"Aku yang rnernberi keterangan! Kalau orang Jadl celaka karena keteranganku, tak iayak bagiku untuk berdiam dlri!"
"Begitu?! Bagus!" ujar Nyal Sekarpati seraya tiba-tiba sentakkan kedua tangannya lepas pukulan jarak jauh bertenaga dalam tinggi.
Wuuttl Wuutt!
Dua gelombang angin laksana guiungan ornbak berklblat ganas.
Sukma Kumala tidak mau berlaku ayal. Begitu dua gelombang pukulan melesat, dia sambar gagang payung di atasnya . Lalu dlputar tiga kall
Semua orang di tempat itu terkejut. Dua gelombang pukuian Nyai Sekarpatl mendadak buyar berantakan terhajar gelombang angin yang menderu darl putaran payung. Malah Nyai Sekarpatl sendiri tampak tergontai-gontal dengan jubah berkibar-kibar. Masih untung nenek ini cepat berplklr dan langsung jatuhkan diri duduk di atas tanah. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Jika tidak nlscaya sosoknya akan terpental terbawa klbaran jubah hitamnya!
Walau sesaat tadi sempat menyalahkan Nyai Sekarpati karena tldak mau berterus terang pada Sukma Kumala, namun begitu mendapati apa yang menimpa sl nenek, Dewi Atas Angln segera melompat dan tegak di hadapan Sukma Kumala.
Sukma Kumala tarik pulang payungnya sedikit ke belakang. Putaran Payung Pellndung Dewa terhentl
"Aku tak akan ulangi peringatanl" Sukma Kumala membentak.
"Kami terpaksa tidak mau berterus terang saat itu! Harap kau mau mengerti!" ujar Dewi Atas Angin.
"Ucapanmu sudah basil Dan jangan mimpl aku akan percaya semua ucapanmu!"
"Jika begitu terserah! Yang jelas aku sudah memberi tahu!"
Dewi Atas Angin angkat kedua tangannya. Sukma Kumala tarik lagi Payung Peliindung Dewa ke depan. Beium sampai ada di antara keduanya yang mernbuat gerakan leblh ianjut, mendadak di tempat itu terdengar deruan angker. Dua gelombang dahsyat berkiblat. Saat ialn tanah tepat dl hadapan Sukma Kumala dan Dewi Atas Angin muncrat semburat menutupl pemandangan. Masing-masing orang rasakan tanah pijakannya bergetar keras.
Walau Sukma Kumala dan Dewi Atas Angin samasama tahu gelombang yang menghantam tanah di hadapan mereka sengaja dilepas orang untuk mencegah bentrokan antara mereka, namun tampaknya kedua gadis lnl sudah tldak mau pedull iagi. Hampir bersamaan dengan tertutupnya pemandangan akibat semburatan tanah, Dewi Atas Angin sentakkan kepaianya dengan mata dikedipkan.
Wuuttl
Darl batu putlh tepat di kening DewiAtas Angin melesat iarikan alnar putih. Semburatan tanah yang menutupi pemandangan langsung menyibak serabutan terhantam inrikan sinar putih.
Di seberang depan, beium sampai semburatan tanah amblas terhajar iarikan sinar putih, Sukma Kumala sudah putar Payung Peiindung Dewa.
Werrrl Weer! Weerr!
Tiga angin berputar-putar meiesat dari Payung Peiindung Dewa. Larikan sinar putih terus meiesat. Terdengar ledakan tlga kali berturut-turut. Gelombang putaran payung tersibak ambias ke samplng kanan kiri. Sinar putih pecah berantakan.
DewI Atas Angin berseru tertahan. Sosoknya terJajar laiu doyong sebeium akhirnya jatuh terjengkang dengan muiut leiehkan darah. DI depan, Sukma Kumala eempat terhuyung-huyung. Payung Peiindung Dewa terlepas. Namun begitu tubuhnya hendak roboh, dia buru-buru sentakkan kaki kanannya. Sosoknya seolah terjungkir hendak menghantam tanah. Namun kejap lain mendadak kakl gadis inl bergerak menggaet gagang payung yang tersentak-sentak dl atas udara.
Begitu payung tergaet kaki, tiba-tiba payung ltu berputar meiesat tinggi ke udara. Sukma Kumaia menggantung dengan kaki di atas kepala di bawah.
"Hem... Dia sudah tinggaikan lempat inil Berarti urusan sudah seiesaii" Sukma Kumala menggumam di atas udara. Laiu usap mulutnya yang ternyata juga sudah kucurkan darah. Saat iain sosoknya terangkat ke atas. Gaetan kaki pada gagang payung diiepas. Kini dia bergeiantungan dengan tangan kanan pegang gagang payung.
Sukma Kumaia edarkan pandangan sekaii iagi ke bawah. Kejap iain dia sentakkan gagang payung. Payung Pelindung Dewa melesat tinggalkan tempat itu.
Nyai Sekarpati yang terus memperhatikan sudah hendak berkelebat mengejar seraya iepas pukuian ke
udara. Namun gerakannya tertahan ketika Dewi Atas Angin berucap.
"Biarkan dia perg!, Nyal...."
Nyai Sekarpati mengheia napas pan]ang. Lalu buru-buru meiompat ke arah Dewi Atas Angin yang duduk di atas tanah. Saal ituiah si nenek baru sadar jika di tempat itu tinggal dia bersama Dewi Atas Angin. Pendekar 131 Joko Sabieng dan Sindang Kuning sudah tidak keiihatan batang hidungnyai
*
* *
------------------------------------------------------SEBELAS
------------------------------------------------------
RAMBU Basa alias si Utusan dari Masa Laiu beriari dengan keiuarkan makian panjang pendek.
Pada satu tempat dia berhenti dengan mata nyaiang mengedar sekeiiiing. "Jahanaml Ke mana perginya gadis-gadis itu?i Dari sikapnya, jeias yang berjubah putih adaiah pemimpin mereka! Aku harus mendapatkan merekai Aku menduga mereka tengah mencari Pendekar 131i Jika tidak, untuk apa dua gadis rambut putih yang kutemui pertama kaii menanyakan Pendekar 131! Juga ucapan nenek itu.... Aku yakin mereka beium jauh dari kawasan ini...!"
Habis bergumam begitu, Rambu Basa hendak lanJutkan keiebatan. Namun gerakannya tertahan katlka tiba-tiba sepasang matanya menangkap sebuah payung bercorak warna-warni di atas udara.
Rambu Basa tengadah seraya simak baik-baik. Bukan pada payung yang bercorak warna-warni, tapi pada satu sosok yang bergelantungan di bawahnya dan bukan lain ada!ah Sukma Kumaia.
"Hem.... Gadis cantik! Tapi juga berilmu.... Kalau tidak, tak mungkin mampu bergeiantungan di bawah payung yang meiesat di atas udarai Dia berada di atas udara.... Barangkail dia tahu tentang gadis-gadis yang ioios tadi!" Membatin begitu, Rambu Basa segera berteriak.
"Hai!"
Di atas udara, Sukma Kumala memandang ke bawah. Namun cuma sesaat. Di iain kejap dia iuruskan pandangan dan sentakkan tangan kanannya. Payung Pelindung Dewa melesat.
"Aku ingin bertanyai Turuniahi" Rambu Basa kembaii berteriak. Laiu berkeiebat mengikuti gerakan arah payung di udara.
Sukma Kumaia seoiah tidak dengar teriakan orang. Dia tldak berpaiing atau berusaha menahan iesatan payungnya. Rambu Basa muiai jengkei. Tanpa buka mulut iagi dia sentakkan tangan kanannya
Wuutt!
Tidak terdengar adanya suara deruan atau berkibiatnya gelombang angin pukuian. Namun mendadak saja Sukma Kumaia merasakan hantaman gelombang dahsyat. Cepat gadis ini sentakkan tangan kirinya. Tapi belum sampai tangannya bergerak, sosoknya sudah mencelat di atas udara. Untung gadis ini berpikir cepat. Hingga begitu merasakan tubuhnya menceiat, dia eratkan pegangan tangan kanannya pada gagang payung.
Saat lain tangan kanannya diputar. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Payung Peiindung Dewa berputar ke bawah. Sukma Kumaia terkesiap, karena dia merasakan payungnya iaksana menghantam geiombang dahsyat, hingga hampir saja pegangan tangannya iepas.
Di bawah, begitu Payung Peiindung Dewa berputar ke bawah, mendadak saja Rambu Basa iaksana disambar angin hebat. Sosoknya terhuyung beberapa tindak dan hampir saja terjengkang jatuh jika tidak segera meiompat hindarkan diri dari geiombang angin yang tidak terdengar deruan atau kiblatannya!
"Keparat! Gadis itu sepertinya mampu mengembaiikan pukuianku yang tidak keiihatani Siapa dia sebenarnya?i"
Rambu Basa kembaii tengadahkan kepala. Sementara Sukma Kumaia segera sentakkan tangan kanannya kembail. Payung Peiindung Dewa berputar ke etas. Saat lain gadis ini melayang turun.
Mengapa kau menyerangku?!" Sukma Kumaia membentak. Sepasang matanya mendeiik angker pandangl sosok pemuda yang tegak sepuiuh iangkah di hadapannya.
Rambu Basa tidak segera menjawab. Dia masth heran dengan gadis cantik di hadapannya Karena gerakan payungnya mampu mengembaiikan geiombang pukuiannya.
"Kau tidak mau buka muiuti Jeias kau membekai niat jahat padaku! Katakan siapa dirimui" Sukma Kumaia kembaii membentak.
"Aku si Utusan dari Masa Laiu! Aku tanya padamu! Kau meiihat dua orang gadis berambut putih dan gadis ber]ubah putih serta nenek berjubah hitam?!"
"Hem.... Kawasan ini beium jauh dari tempat bentrokan tadi. Yang dimakaud gadis berjubah putih dan nenek ber]ubah hitam tidak bukan pasti Dewi Atas Angin dan Nyai Sekarpatii Sedang gadis berambut putih aku tidak tahu...." Sukma Kumala membatin.
Kau berada di atas udara. Dari atas pasti mudah meiihat seiuruh kawasan ini!" Rambu Basa sambungi ucapannya.
"Aku tidak meiihat siapa-siapa! Kaiaupun tahu, jangan harap kau mendapat jawaban! Caramu menunjukkn kau bukan orang baik-baiki"
Rambu Basa tertawa bergeiak. "Aku memang buken orang baik-baik! Tapi terhadap gadis cantik sepertimu, aku bisa jadi orang baik-baiki"
"Aku masin teriuka akibat bentrokan tadi! Dia tampaknya membekai iimu tinggi. Tanpa kudengar deruan dan kibiatan geiombang angin, tapi mendadak aku bisa dibuatnya menceiat! Daiam keadaan begini, terlaiu bodoh Jika paksakan diri meiadeni orang apaiagi pangkal sebabnya tidak jeias!" Sukma Kumaia membatin. Lalu tanpa berucap iagi dia meiangkah tinggaikan tempat itu.
Karena masih merasa penasaran dengan Sukma Kumaia yang mampu mengembaiikan geiombang pukulannya, tanpa buka muiut puia Rambu Basa segera sentakkan kedua tangannya.
Waiau tidak mendengar suara deruan, namun tampaknya Sukma Kumaia tetap beriaku waspada. Hingga begitu meiangkah tiga tindak, dia paiingkan kepaia. Saat ituiah dia meiihat kedua tangan orang sudah menyentak ke depan.
Karena sudah tahu bagaimana akibatnya, Sukma Kumala cepat berkeiebat ke samping. Payung Peiindung Dewa diputar beberapa kaii.
Namun baru saja Payung Pelindung Dewa berputar sekaii mendadak berkibiat cahaya putih kekuningan iurus ke arah mana tadi Sukma Kumaia tegak berdiri.
Biamm! Biamm!
Tempat itu seketlka bergetar iaksana dihantam gempa iuar biasa. Rambu Basa terkejut karena gelombang pukuiannya yang tidak keiuarkan deruan dihadang cahaya putih kekuningan hingga timbulkan geiegar keras. Sosok pemuda murid Nenek Ken Cemara Wangi ini terhuyung-huyung hampir jatuh. Begitu depat kuasai diri dia segera berpaling sambii membentak.
"Siapa berani main giia denganku?!"
Memandang ke depan, Rambu Basa meiihat sebuah tandu berbentuk bangunan kuii tertutup kain beriobang-iobang kecii berwarna merah. Tandu itu sesaat terbanting jungkir baiik di atas tanah. Hebatnya pada putaran ketiga mendadak tandu itu melesat ke udara.
Laiu turun ke tanah tanpa ada yang Jebol atau berantakan!
"Hem.... Dia!" desis Sukma Kumaia mengenali tandu tertutup kain merah di seberang depan.
Di lain pihak, begitu gerakan tandu terhenti di atas tanah, kain merah penutupnya menyibak sedikit. Lalu terdengar suara keras membahana.
Pemuda baju putih berceiana hitam! Siapa kau?i"
Rambu Basa tidak segera menjawab teguran suara dari daiam tandu. Sebaiiknya ia hanya memandang seraya menduga-duge, karena baru pertama kaii ini meiihat.
Sementara itu, sosok daiam tandu yang bukan iain adaiah Dewi Angkarani tertegun beberapa iama. Rupanya dia masih sedikit heran dengan apa yang baru sa]a terjadi. Saat dia iepaskan pukuian hingga meiesat cahaya putih kekuningan, dia tidak meiihat adanya geiombang pukulan yang menghadang. Kaiaupun Sukma Kumaia sempat gerakkan Payung Peiindung Dewa, namun gadis ini segera menahan putaran payungnya
hingga dari payung itu beium keiuar geiombang angin sakti. Tapi mengapa tiba-tiba pukuiannya bisa terhadang dan semburat berantakan bahkan membuat tandunya harus bergeiimpangan!
Dewi Angkarani tidak tahu Jika pukuian yang diiepas bentrok dengan sentakan kedua tangan Rambu Basa yang tidak keluarkan deruan suara atau kibiatan geiombang angin. Hingga untuk beberapa iama Dewi Ang karani menduga-duga siapa gerangan adanya yang menghadang pukuiannya.
"Kau dengar pertanyaanku! Mengapa membisu?!" Dewi Angkarani kembaii buka suara.
"Dengar baik-baiki Aku si Utusan dari Masa Laiui Keiuariahi Tunjukkan tampangmu!"
"Saatnya keiak kau akan tahu! (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Sekarang apa pun urusanmu dengan gadis itu, iupakan sejenak!"
Karena suara yang terdengar dari daiam tandu jelas suara iaki-iaki, Rambu Basa menduga sosok daiam tandu adaiah seorang iak-laki. Maka begitu dengar suara, pemuda ini tertawa bergeiak seraya berkata.
"Enak saja kau bicara! Aku yang menemukannya iebih dahuiu! Jeias aku yang punya hak dahuiui Begitu aku puas, kau boieh mengambiinya!"
"Dengar!" bentak suara dari daiam tandu. "Dia memang seorang gadis cantik! Tapi aku tidak butuh tubuhnya! Kau boieh menikmatlnya hingga puasi Tapi biar kuselesaikan duiu urusanku!"
Di seberang samping sana, mau tak mau Sukma Kumaia jadi merinding. Dia tengah teriuka akibat bentrok dengan Dewi Atas Angin. Walau di tangannya memegang payung sakll Payung Peiindung Dewa, namun menghadapi dua orang yang diketahuinya beriimu sangat tinggi, tak urung dadanya berdebar juga. Apaisgi dengar ucapan-ucapan orang membuat parasnya juga berubah merah mengelam. Yang sedikit membuat gadis
lnl merasa iega adaiah terjadinya adu muiut antara orang daiam tandu dengan Rambu Basa.
"Hem.... Apa yang harus kuiakukan?! Meioloskan dirl pasti keduanya tidak akan tinggai diam! Tak ada jalan iain.... Aku harus depat membuat mereka bentrok!" Sukma Kumaia membatin. Laiu berkata.
"Utusan dari Masa Laiu.... Aku tahu siapa adanya orang daiam tandu! Dia tak iebih dari bandot tua yang suka daun mudai Dia sudah beberapa iama mengejarku! Jadi jangan percaya kalau dia tidak inginkan dirikui"
"Hem.... Laiu...?i" ujar Rambu Basa.
Aku akan memberl keterangan yang tadi kau tanyakan! Lebih dari itu .... Daripada bersenang-senang dengan bandot tua, bukankah iebih baik dengan dirimu?i"
Rambu Basa dongakkan kepaia sambli tertawa ngakak. "Kau dengar ucapannya, Manusia dalam tandu?!"
Beium sampai terdengar sahutan suara dari daiam tandu, Sukma Kumaia sudah berucap lagi.
"Tapi aku punya syarat.... Singktrkan dia dahuiui Kaiau tidak, aku khawatir dia akan...."
"Kau tak usah cemas!" Potong Rambu Basa seraya putar diri iurus menghadap tandu dengan dua tangan terangkat
Terdengar gemboran keras dari dalam tandu. Saat iain tiba-tiba kain penutup tandu bergerak menylbak. Satu cahaya putih kekuningan berkibiat ke arah Rambu Basa.
Wuutt! Wuutt!
Rambu Basa dorong kedua tangannya. Karena sudah tahu kehebatan cahaya putih kekuningan, dla dorong kedua tangannya dengan kerahkan hampir setengah dari tenaga daiam yang dimiiikinya!
"Hem.... Tampaknya dia memiiiki iimu sedikit aneh! Tapi Jangan pikir aku tidak tahui" Dewi Angkarani menggumam.
B!arr! Biaarr! Brakk!
Dua gelegar keras mengguncang tempat itu begitu cahaya putih kekuningan yang melesat dari daiam tandu terhadang dorongan kedua tangan Rambu Basa yang kibiatkan geiombang pukuian tak teriihat.
Sosok Rambu Basa tampak tersentak dua kali sebeium akhirnya jatuh terjengkang di atas tanah dengan muiut semburkan darah.
Di seberang, begitu terdengar dua geiegar keras, tandu berbentuk bangunan kuii itu menceiat ke udara laiu pecah berkeping-keping. Sesaat sebeium tandu pecah berantakan teriihat satu sosok bayangan berkeiebat keluar. Membuat gerakan jungkir baiik beberapa kaii sebeium akhlrnya tegak di atas tanah dengan kakl terpacak kokoh.
Begitu dapat kuasai diri, ambu Basa terbungkuk-bungkuk bangkit. Memandang ke depan, sepasang matanya mendeiik iaksana hendak menceiat keluar. Dia me!ihat seorang gadls muda berparas iuar biasa cantik.
Rambutnya yang hitam iebat dibiarkan Jatuh tergerai. Dia mengenakan pakaian ketat dan sangat tipis berwarna putih hingga dadanya yang membusung kencang iaksana tidak terbaiut pakaiani Sementara bagian bawahnya dibuat membeiah memanjang hampir mencapai pangkal paha!
Namun Rambu Basa merasakan sesuatu yang aneh ketlka memperhatikan paras wajah gadis di seberang depan yang baru meiesat keiuar dari daiam tandu yang berantakan. (tanztj.blogspot.com / tantan@tanzt.tj) Paras wajah itu hanya terilhat samar-samar! Dan sepertinya diseiubung! kabut sangat tipisl
Padahal jeias benar Rambu Basa tidak meiihat adanya kabut!
"Siapa gadis ini?! Aku tidak mampu meilhat dengan jeies raut wajahnya! Ah, jangan-jangan ini karena aku baru saja Jatuh terjengkang!" gumam Rambu Basa iaiu sentak-sentakkan kepaianya. Kejap iain memandang lagi ke arah si gadis berbaju putih.
Jahanam! Aku belum mampu juga meiihat jeias parasnya!" Rambu Basa memaki sendiri karena waiau sudah sentak-sentakkan kepaianya, dia belum juga mampu meiihat jeias raut wajah si gadis. Selagi Rambu Basa merasa terheran-heran, terdengar suara gadls berbaju putih tipis dan ketat.
"Kau sudah me!lhat tempangku! Tapl tampangku adaiah tampang terakhir yang bisa kau lihal!' Kall lni Rambu Basa jeias mendengar suara seorang perempuan!
Karena belum yakin benar, dan khawatir suara tadi iperdengarkan orang iain karena dia tidak mampu meiihat gerakan blbir gadls di seberang depan, kepaia Rambu Basa bergerak memutar. Dia terkejut. Bukan karena mendapati adanya orang perempuan yang bicara, justrukarena dia tidak iagi melihat sosok Sukma Kumaial
Rasa kejut Rambu Basa membuat gadis baju putih tipis dan sangat ketat edarkan pandangan berkeiiiing.
Saat itu puia dia baru sadar kaiau Sukma Kumala sudah tidak ada di tempat mana gadls itu tadi tegak berdiri!
"Manusia bernama Utusan dari Masa Laiu! Kaiau saja kau tidak termakan ucapan gadis tadi, tak baka!an urusanku jadi tertunda iagi!"
Rambu Basa tengadahkan kepaia. "Jangan saiahkan aku! Seandainya kau mau unjuk tampang sejak tadi, tak mungkin aku tertarik dengan gadis baju biru itu!
"Karena ternyata kau lebih cantik dan menggoda!"
Beium habis ucapan Rambu Basa, gadis cantik di seberang sud ah gerakkan kedua tangannya. Dua cahaya putih kekuningan berkibiat menggidikkan!
Rambu Basa tidak tinggal diam. Dia kerahkan hampir segenap tenaga dalamnya. Laiu sentakkan kedua tangannya!
Hamp!r bersamaan dengan bergeraknya kedua tangan Rambu Basa mendadak satu sosok bayangan berkeiebat di tempat itu.
Rambu Basa tersentak kaget mendapati sambaran angin keiebatan orang. Namun karena d!a tengah sentakkan kedua tangannya untuk menghadang cahaya putih kekuningan, terpaksa dia lidak peduiikan kelebatan orang yang jeias-jeias menuju ke arahnya.
Dan Rambu Basa jadi benar-benar terke]jut tatkala tiba-tiba merasakan beberapa tusukan pada anggota tubuhnya. Saat itu juga dia merasakan seiuruh aiiran darahnya laksana sirapi Anggota tubuhnya tegang tak bisa digerakkan!
Belum tahu apa yang terjadi, Rambu Basa sudah merasakan sosoknya disambar orang ialu dibawa beriari.
Biamm! Biammi
Sesaat setelah sosok Rambu Basa dibawa iari orang, terdengar iedakan iuar biasa dahsyat aklbat bentroknya dua cahaya putih kekuningan dan sentakan kedua tangan Rambu Basa.
Gadis baju putlh tlpis dan bukan lain a!lalah gadls yang dikenal dengan Dewi Angkarani terpentai iaiu roboh terjungkai! Darah mengucur deras dari muiut dan hidungnya. Anehnya, begitu roboh terjungkal, gadis ini cepat bergerak bangkit. Kedua tangannya bergerak mengusap kucuran darah pada muiut dan hidungnya. Saat iain seoiah tidak merasakan apa-apa, sosoknya berkeiebat tinggaikan tempat itu!
PENDEKAR PEDANG TUMPUL 131
JOKO SABLENG
Segera menyusul :
PENGEMIS KAYANGAN
INDEX JOKO SABLENG | |
Rahasia Kitab Hitam --oo0oo-- Pengemis Kayangan |