Life is journey not a destinantion ...

Datuk Tangan Binal

INDEX JOKO SABLENG
Karma Manusia Sesat --oo0oo-- Misteri Lambang Istana

JOKO SABLENG
Pendekar Pedang Tumpul 131
Karya: Zhaenal Fanani
Hak cipta dan copy right pada
penerbit dibawah lindungan
undang-undang
Joko Sableng telah
Terdaftar pada Dept. Kehakiman H. 4.
Drektorat danderat Hak Cipta, Paten dan
Merek dtbawah nomor 012875


------------------------------------------------------------

SATU

------------------------------------------------------------
PENDEKAR 131 gulingkan tubuh besar Nyai Sedap Mentul. Sadar akan keadaan dirlnya dia ce pat gulingkan diri pula, mengambil pakaiannya lalu dikenakan. Saat ialn sudah tegak dl samplng si ne nek dengan memandang tak berkesip. Dalam hatl dia bertanya-tanya. Nyai Sedap Mentul telungkup dengan pinggul dlmendut-mendutkan.
"Siapa nenek besar ini?i" Apa yang baru dilakukan nya padaku?i" Heran betuli Apa yang terjadl dengan dl riku? Tubuhku terasa kaku dan ngilu. Dadaku berdebar tak karuan. DI mana aku seat lni?!" Joko memandang berkeliling. Saat ltulah dla mencium bau aroma tak sedap. Dla bungkukkan tubuh mendekati Nyai Sedap Mentul. Saat lain dla melompat mundur. Hldung dite kap. Namun kedua tangan yang menekap hldung se gera diluruhkan begitu ingat dengan Pedang Tumpul 131 dan Cermin Bayangan Dewa. Kemball dia arahkan pandangan berkeliling. Namun dla tldak melihat senja tanya. Dalarm keadaan seperti itu Nyai Sedap Mentul ge rakkan pinggul. Tubuhnya melesat ke udara lalu mela yang, tegak tlga langkah di hadapan Joko. Kedua ta ngan usap wajahnya.
"Datuk Gede Anunel Kau tahu slapa aku?! Tlba tiba Nyal Sedap Mentul bertanya. Pendekar 131 tersurut. Memandang sesaat pada si nenek.
"Datuk Gede Anunei Slapa yang dlmaksud nenek lni?! Aku...?!" Joko kemball memandang seantero goa.
Sadar tldak ada orang lain, tawanya meledak kerasl Datuk Gede Anune! Aku bertanya. Kau tahu siapa aku?i" Si nenek kembali bertanya.
Nek?i" Kau bertanya padaku?!"
"Hem .... Dia bisa menangkap pemblcaraan dengan benar. Dia tidak Ingat kalau kuber! nama keren Datuk Gede Anune. Berartl aku tidak salah dalam penyem buhani" Si nenek membatin.
Hal pemuda telanjang dada! Kau tahu slapa dlri mu?i""
"Nek! Seharusnya aku yang bertanya lebih dahulu. Tapi tak apa. Aku akan jawab pertanyaanmu. Setelah itu aku balik akan bertanyai Aku Joko Sableng!" Hem.... Aku Nyai Sedap Mentul! Tapl kadang dl panggil Nyai Sedap Mentol, Nyal Sedap Mentll, boleh juga kau panggil Nyai Sedap Tol! Joko pandangi sl nenek darl ujung rambut sampal kaki. Lalu semburkan tawa bergelak.
"Aku tak Ingat apa-apa lagi. Sekarang ada bersama seorang nenek bernama aneh...." Nek! Apa yang baru kau lakukan padaku?l Nyal Sedap Mentul tertawa.
"Kau llhat sendirl ba galmana keadaanmu. Tentu kau blsa menebak apa yang baru terjadl antara kita! Hlk .... Hlk .... Hlk •. Apa kau tldak Ingat apa yang baru kita lakukan?i" SI nenek palingkan wajah membuat gerakan sepertl orang malu malu.
Pendekar 131 meiompat mundur saking kagetnya Dla perhatlkan dirinya. Tanpa sadar dla tekap baglat bawah perutnya.
"Mungkinkah... ?i" Mungklnkah aku ba tu.... Tldak mungklni Aku tak percaya! Aku tldak inga apa-apa lagi!" Pendekar 131 berkelebat, tegak di mulut goa lalu edarkan pandangan berkellling......
"DI mana aku saat Inl?!" Joko melangkah ke arah Nyai Sedap Mentul. Lalu bertanya.
"Nek! Harap katakan dl mana aku saat lnl berada?!"
"Sahabatku Datuk Gede Anune! Kau berada dl kawasan bawah jurangl"
"Neki Aku Joko Sableng. Bukan Datuk Gede Anu nel"
"Dl luaran sana mungkln kau Joko Sableng. Tapl dl slnl kau Datuk Gede Anunel"
"Baiklah. Terserah kau mau panggll apa. Sekarang harap katakan apa yang terjadi padaku. Kali Inl kumlnta kau berterus terang!"
"Menurut seseorang, kau hilang ingatan karena ulah seorang saktl. Benar tldaknya aku tldak tahu. Yang jelas sekarang kau sudah sembuhi" Joko tengadahkan kepala coba menglngat-ingat.
Namun sejauh lnl dia belum berhasil.
Datuk Gede Anunei Kau nantl blsa bertanya ten tang apa yang terjadl pada seseorang...."
"Pada slapa?l"
"Kelak kau akan tahu. Sekarang kita car! alr. Gara gara ulahmu aku jadi belepotan alr kenclngmui" Nyal Sedap Mentul memberengut. Lalu melangkah ke arah mulut goa.
"Nek! Aku kehllangan sesuatu. Apa...."
"Kau kutemukan sudah dalam keadaan seperti se karang Inl!"
"Celaka!"
"Apanya yang celaka?! Kau akan lebih celaka kalau tidak blsa sembuh! Kau tahu. Dalam keadaan sakit gilamu. kau sudah berulah kurang ajari Beranl bercinta dl tengh udara segalal"
"Nek...."
"Sudahlah! Maslh ada yang harus kau hadapl se betum kau tahu apa yang sudah kau lakukan!" Nyai Sedap Mentul teruskan langkah keluar dart goa. Dalam bingungnya Joko menglkutl. Belum sampai melangkah keluar, tlba-tiba satu sosok tubuh berke le bat. Nyal Sedap Mentul tahan gerakan, tegak dl mulut goa memperhatlkan orang yang tegak dengan slkap menghadap enam langkah dl hadapannya.
Dlb adalah seorang kakek berkepala gundul. Dia tegak memanggul sebuah tombak besar. Kakek gundul Inl bukan lain adalah Karuhun Kaspo, salah satu darl Manusla Tombak Berkepala Setan.
"Tempo harl dia bersama nenek gundul. Mana ne nek itu?!" Nyai Sedap Mentul bergumam.
Karuhun Kaspo sudah hendak membentak. Tapl suaranya tertahan begitu Pendekar 131 nongol, tegak dl samping Nyai Sedap Mentul.
"Bagalmana kedua orang Inl blsa berada dl tempat Inl?i" Tempo har! kedua manusla lnl berlaku kurang ajar hamplr mencelakaikut Kall In! mereka bersama. Mung klnkah aku bisa menghadapl mereka?i"" desis Kakek Karuhun Kaspo.
Sepertl diketahui, begitu Manusia Tombak Berke pala Setan muncul dl kawasan bawah jurang, mereka langsung terllbat bentrok dengan murld Pendeta Sin ting yang saat ltu maslh dalam kekuasaan Nyal Du Wajah. Saat itu Manusla Tombak Berkepala Setan lari tunggang langgang selamatkan dirt karena tak sang gup menghadapl Joko. DI tengah jalan, tanpa sengajn Manusla Tombak Berkepala Setan Jumpa dengan Nyai Sedap Mentul. Menghadapl Nyal Sedap Mentul pun Ma nusla Tombak Berkepala Setan bisa dibuat jatuh tung gang langgang. KInl setelah sl Nenek Karuhun Kaspl tewas dl tangan Nyal Langen Asmara, sl kakek jumpa dengan Pendekar 131 dan Nyal Sedap Mentul. Berdua dengan adlknya saja mereka tldak mampu menghadapl Pendekar 131 atau Nyal Sedap Mentul. KIn! sendlrtan harus berhadapan dengan Joko dan si nenek. Mau tak mau nyoli Kakek Karuhun Kaspo menciut. Tapi Ingat apa yang pernah dllakukan orang, apalagi dla merasa lawan tldak akan memblarkan dla pergi, akhimya sl kakek berubah nekat.
Tanpa buka mhulut, Kakek Karuhun Kaspo melom pat. Tombak besar dl tangannya dikelebatkan ke arah Nyai Sedap Mentul. Tombak berputar dahsyat. Dalam pengllhatan mata blasa, tombak itu memang maslh berada dl atas kepala Nyai Sedap Mentul, tapl kenya taannya tombak ltu sudah tepat berada di depan perut si nenek! Nyai Sedap Mentul sempat terkejut. Dia melompat ke samping. Tapi tak urung pakalannya tersambar ujung tombak.
Breetti Pakalan baglanplnggang Nyai Sedap Mentul robek menganga. Dari ballk robekan kaln sl nenek menyem bul kellhatan sebuah kitab bersampul hltam.
Karuhun Kaspo hendak gerakkan tombaknya lagl, namun melihat sembuian kitab di balik kaln si nenek dla tahan gerakan. Memandang tajam laiu membatln.
"Jangan-jangan kitab itu adalah Kitab Kidung Selo kai" Semetara Joko sendirl juga tengah memperhati kan semi lan kitab. Namun karena tldak tahu kitab apa dan tidak bermlnat, dla segera allhkan pandangan pada Kakek Karuhun Kaspo. Walau pernah bertemu bahkan pernah bentrok, namun karena saat itu dalam keadaan hiiang Ingatan, Joko tldak mengenall slapa adanya si Kakek Karuhun Kaspo.
Nyal Sedap Mentul! Aku akan melupakan semua yang pernah kau lakukani Tapl serahkan kitab itui" Ujung tombak diluruskan ke arah kltab dl plnggang Nyal Sedap Mentul.
"Kakek gundull"
"Aku Karuhun Kaspo!" sentak sl kakek.
"Karuhun Kaspo Gundull"
"Namaku tidak memakai gundul! Cukup Karuhun Kaspo!" Si kakek membentak lagl.
"Karuhun Kaspoi Bagalmana kalau kau minta yang lainnya saja?! Selain kitab inl, apa tldak ada yang mena rlk daridiriku? HIk.... Hik.... Hik...i Wajahku cantlk, ping guiku mantap. Apa tldak menarlk dl matamu?i" Ter masuk Datuk Gede Anune sala tergoda...." Nyai Sedap Mentul berpaling pada murld Pendeta Sinting. Mata kirinya dikedipkan.
Joko tahu lsyarat mata si nenek. Dla segera me nyahut.
"Kek.... Aku tahu dla membekal sebuah kitab.
Tapl tak ada artlnya dlbandlng keelokan wajah dan potongan tubuhnyai Dla sudah menawarkan padamu, mengopa kau sia-siakan?! "Pendekar 131i Jangan beranl pentang mulut.
Urusanmu denganku setelah urusanku seiesai dengan nenek itui" Joko cepat terkejut mendapatl orang tahu slapa dlrinya. Leblh terkejut lagl karena ada urusan antara dia dengan sl kakek. Nek.... Kau tahu apa urusannya denganku?i" Aku tldak pernah bertemu dengan kakek gundul itu. Meng apa tiba-tlba bilang ada urusan?i"" Joko bertanya pada Nyal Sedap Mentul.
"Kau Jangan kaget. Menurut berita yang kudengar, kau pernah terglla-gila dengan kakek itu! HI.... HIk....
Hik...! Entah apanya yang rembuatmu tergila-gilai Yang jelas kau terus mengejarnya! DI matamu.... Apa nya yang menggoda?i"" Si nenek baiik bertanya sambll tertawa tertahan-tahan.
Tampang Joko berubah.
"Nekl Kau jangan bercan da!"
"Kau tak percaya. Mengapa tidak bertanya saja pada dia?i"" Belum sampai Joko buka mulut bertanya, Kakek Karuhun Kaspo mendahuiui.
Pendekar 131! Kau jangan bermimpi blsa bertemu dengan beberapa perempuan cantik keparat itu!" Beberapa perempuan cantlk?i" Slapa yang kau maks ud?!" Dalam herannya Joko ballk bertanya.
"Datuk Gede Anune! Menurut kabar, beberapa ga dls cantik tengah mencarimu!" sahut Nyai Sedap Men tul.
"Slapa mereka, Nek?i""
"Yang kutahu cuma dua orang. Ratu Sekar Awan dan Bldadarl Deiapan Samudera! Lainnya aku tidak tahu!"
"Bldadarl Delapan Samudera! Aku kenal dengan gadis ltu. Tap! Ratu Sekar Awan.... Namanya saja baru kall Ini aku mendengarnya. Mustahil dla mencarlku! Untuk apa...?!"
"Mungkin tertarik dengan nama kerenmu! Hlk.... Hik.... Hik...!"
"Nyal Mentul! Kau berikan kitab itu atau tldak?t" Tlba-tlba Karuhun Kaspo membentak. Tombaknya di putar, keluarkan suara deruan dahsyat.
Joko tarik tangan Nyal Sedap Mentul. SI nenek terdorong ke belakang. Joko maju lalu berkata.
"Kek! Aku tak pemah bertemu denganmu. Mengapa kau bi lang ada urusan?"
"Carilah jawabannya di ujung tombakku!" sentak Karuhun Kaspo. Tombak dikelebatkan. Karena sudah tahu kehebatan senjata orang, Joko tak mau berlaku ayal. Dla melompat ke samping. Kakl kanan dltendang kan.
Tombak dl tangan Kakek Karuhun Kaspo mental ke udara. Tapl Joko cepat tarik kaklnya. Kaklnya yang baru saja menendang tombak terasa ngilu! "Kek! Kalau kau mau mengatakan siapa saja pe rempuan yang mencariku, mungkln aku blsa mengam bllkan kitab di pinggang nenek sahabatku itu!" Joko berteriak. Tubuh dibungkukkan, tangan kanan usap usap kaklnya.
Kakek Karuhun Kaspo memandang beberapa la ma. Entah karena apa akhlrnya dia menjawab per tanyaan Joko.
"Bidadari Delapan Samudera, Rayl Tun jung Seroja, dan Lara Ayu!"
"Lara Ayu! Aku pernah mendengar nama gadls ltu.
Tapi ayi Tunjung Seroja.... Aku yakin tidak mengenal nya! Aneh...," gumam Joko makin heran.
"Aku sudah mengatakannya. Sekarang penuhl jan jimui" Kakek Karuhun Kaspo membentak.
Kau tahu mengapa mereka mencariku? "Aku ingin kltab itu!" terlak Kakek Karuhun Kaspo. Joko gelengkan kepala.
"Aku harus segera menye lidik.... Ada yang tak beres!" katanya dalam hati. Lalu mendekatl Nyai Sedap Mentul dan berblslk.
"Nek.... Aku harus pergi, Silakan bersenang-senang dengan kakek gundul itu!" Tanpa menunggu sahutan, Joko berkelebat. Na mun tombak Karuhun Kaspo bergerak menghadang.
Kau boleh pergl, tapi penuhi janjlmu dulu!" sentak sl kakek. Sekall bergerak, tahu-tahu ujung tombak sudah menempel dl leher Pendekar 131!Jokotercekat. Kakek Karuhun Kaspo tertawa. Lalu berpaling pada Nyal Se dap Mentul.
"Nyai keparat! Nyawa pemuda ini ada di ujung tombakku. Tapi aku bisa mengubah hasilnya. Serahkan kitab ltu padaku!" Tangan kiri Kakek Karuhun Kaspo erulur ke depan.
"Au tak punya hubungan apa-apa dengan pemuda itu! Dia tak ada artinya buatku meskl kau bunuh seribu kali! Bunuh saja kalau kau inginkan nyawanya!" sahut Nyai Sedap Mentul ialu tertawa. Joko menggumam tak jelas.
Karuhun Kaspo mendekatl Joko dengan ujung tombak masih ditempeikan pada leher. Tegak satu langkah di depan Joko, enak sa]la tangan kirl sl kakek jambak rambut murid Pendeta SIntlng.
"Nasibmu jelek, Pendekar 131i Perlahan tangan kiri Karuhun Kaspo bergerak ke klrl. Tangan kanan pegang hampir ujung tombak.
Joko merinding. Mau tak mau dla harus ikutan ge rakan tangan kirl si kakek yang menjambak rambutnya.
Slkakek rebahkan tubuh murld Pendeta Sinting telen tang di atas tanah. Laiu cepat tegak dengan ujung tombak tetap di leher Joko. "Karuhun Kaspo Gunduli Silakan bersenang-se nang dengan pemuda itu!" kata Nyal Sedap Mentul. Dla bergegas tinggalkan tempat itu.
Karuhun Kaspo berpallng. Saat ltulah Joko do rongkan tangan kanan ke arah batangan tombak. Ta ngan kanan si kakek yang memegang tombak terpental.
Ujung tombak terangkat dari leher Joko. Belum sampal sl kakek kuasal diri, Joko hantamkan tangan kiri. Tombak di tangan Karuhun Kaspo mencelat, lepas darl tangan sl kakekl Joko cepat bangkit. Karuhun Kaspo menggembor marah. Dia pentangkan mata ber paling. Sosoknya melesat ke arah Joko. Namun baru bergerak, tlba-tlba Nyai Sedap Mentul melompat de ngan putar tubuh di atas udara. Pinggul diluruskan tepat ke arah si kakekt Brukkk! Kakek Karuhun Kaspo terpekik. Wajahnya tersen tak terhantam plinggul Nyal Sedap Mentul. Kedua kaki nya goyah. Saat berlkutnya tubuhnya limbung, lalu ja tuh tertlmbun tubuh Nyal Sedap Mentul! Kakek Karuhun Kaspo menyumpah habls-hablsan.
Kedua tangannya bergerak, bukan lepas pukulan, tapi ke arah kitab di plnggang sl nenek.
Nek! Awasl Mentulmu! Eh.... Kitabmu!" teriak Pen dekar 131.
Nyai Sedap Mentul tersadar. Namun terlambat. Ta ngan kanan Karuhun Kaspo sudah pegang kitab. Walau terlambat, tapi Joko tetap berkelebat melompat. Saat itulah dua gelombang berklblat!

*
* *



------------------------------------------------------------

DUA

------------------------------------------------------------
NYAI Sedap Mentul keluarkan seruan keras. Tubuhnya mencelat darl atas sosok Kakek Karuhun Kaspo. Kakek Karuhun Kaspo semburkan gemboran marah. Karena tangannya yang hamplr dapat mencabut kltab lkut mental, gagal mengambll kltab! Dla bergullngan dua kali laiu bangkit terhuyung-huyung. Joko berpaling terlebih dahulu.
Dia mellhat seorang laki-laki yang wajahnya hamplr tertutup juialan rambutnya. Dia bertelanjang dada, mengenakan celana pendek komprang berwarna hltam.
Pada dadanya terdapat luklsan kipas bergagang kepala naga. DI samping laki-lakl ini tegak seorang perempuan berbaju putlh tipls. Wajahny a tldak blsa dlkenali karena rambut dan wajahnya ditutup selubungan kain hitam.
Sl lakl-lakl hendak buka mulut, tapl tangan perempuan berselubung kain hitam mencekal lengannya sambil berbislk.
"Datuk Kipas Naga! Pemuda itu.... Dla adalah pemuda yang kuceritakan! Dla Pendekar 131! Sl laki-lakl bertelanjang dada yang memang Datuk Kipas Naga adanya pandangi Joko beberapa lama. DI depan sana, begitu tegak dl atas tanah, Nyal Sedap Mentul perlahan berbalik. Tahu slapa yang muncul, dla cepat gerakkan tangan kanan, sembunyikan kltab yang menyembul kelihatan.
Datuk Klpas Naga...! Lama sekail tak berjumpa.
Apa kabarmu?! Nyai Sedap Mentul menyapa. Matanya menatap tajam pada perempuan dl samping sang Datuk. Datuk Kipas Naga memperhatlkan Nyai Sedap Mentul. Nyai! Kau tahu slapa adanya pemuda bertelanjang dada itu?i"" Datuk Kipas Naga tampaknya Ingin meyakinkan.
"Dia sahabatku.... Namanya Datuk Gede Anunei Dia juga sahabatkui" Tangan Nyai Sedap Mentul menunjuk pada Karuhun Kaspo.
"Namanya Karuhun Kaspo Gundul! Siapa perempuan dl sebelahmu?i" Potongan boleh, sayang aku tldak bisa mellhat wajahnya...." Datuk Klpas Naga menoleh pada perempuan dl sampingnya.
"Kau dengar itu, Slsokil Dia bukan Pendeksr 131. Tapi Datuk Gede Anune!" bisik sang Datuk.
Jangan percaya dengan keterangan perempuan itui sahut perempuan berselubung kaln hitam yang bukan lain memang Slsoki adanya. Dla sengaja menutupl wajahnya karena khawatir dengan Ratu Sekar Awan.
Sepertl dlketahui, Slsoki adalah salah seorang kepercayaan atu Sekar Awan. Namun karena Ingln menggantikan Ratu Sekar Awan, dla bersekongkol de.
ngan Datuk Klpas Maga. Dla dan Datuk Klpas Naga sempat membunuh Ayukl serta llma anak buah Ratu Sekar Awan dl tempat kedlaman Ratu Sekar Awan.
"Laki-laki berkepala gundul itu.... Kau juga mengenallnya?!" Akhirya Datuk Kipas Naga berbislk lagl. Dia belum pernah bertemu dengan sl kakek.
Sisokl geleng kepala.
"Kalau benar keterangan Nyel Sedap Mentul, berat dugaan dla manusia asing jugal" Baru saja Slsokl berblsik begitu, Kakek Karuhun Kaspo melompat ke arah tombaknya, Tombak dlambil lalu dlsentakkan lurus ke arah Nyai Sedap Mentul.
"Nyal jahanam! Aku bukan sahabatmu! Namaku pun bukan Karuhun Kaspo Gundul!"
"Lalu slapa kau?l" tanya Datuk KIpas Naga.
"Aku Karuhun Kaspo! Tanpa Gundul!"
"Hem.... Lalu pemuda bertelanjang dada itu?!" Da- tuk Klpas Naga teruskan bertanya.
"Dla Pendekar 131! Bukan Datuk Gede Anunel" Kau kenal dengannya. Apa...."
"Aku memang mencarinya! Dla manusla dari kawasan atas jurang sepertikui" Memotong Karuhun Kaspo.
"Nyal Sedap Mentul beranl berkata dusta! Dla menyembunylkan sesuatui" desls Datuk Klpas Naga. Slsokl anggukkan kepala lalu menyahut.
"Mungkin ada hubungannya dengan kitab itu! Sekarang korek saja keterangan darl mulut kakek gundul itu! Tampaknya dla punya silang urusan dengan Pendekar 131 dan Nyal Sedap Mentuli"
"Karuhun Kaspo Tanpa Gundul!"
"Slalan! Namaku cuma Karuhun Kaspo! Bukan Tanpa Gundull" Si kakek menjelaskan.
"Karuhun Kaspo!" ulang Datuk Klpas Naga.
"Kau mencari Pendekar 131. Apa urusannya?!" Karena maklum tldak bakalan sanggup mengambll kitab darl tangan Nyal Sedap Mentul, akhirnya Karuhun Kaspo berterus terang.
"Aku mencar! sebuah kitabl"
"Kitab itu ada pada Pendekar 131?l"
"Tldakl Tapl ada pada sl keparat itu!" Tombak Karuhun Kaspo lurus pada lyal Sedap Mentul.
"Hem.... Tak kusangka kalau dla yang mendahulul kita!" desls Datuk Kipas Naga ialu melangkah ke arah Nyal Sedap Mentul. Tapl Joko cepat melompat, tegak menghadang dan berkata.
"Harap tldak lekas percaya, Dla tldak membawa tltah! Leblh dari itu, aku bukan Pendekar 131l Aku Datuk Gede Anune! Dan dla...." Joko menunjuk pada Karuhun Kaspo.
"Bukan Karuhun Kaspo atau Karuhun Kaspo Tanpa Gundul. Tapi Datuk Gundul Anune!" Datuk Gundul Anunei" sahut Nyal Sedap Mentul.
"Apanya yang gundu?!"
"Pokoknya segalanya serba gundul!" Jawab Joko lalu tertawa bergelak. SI nenek lkut ceklklkan. Karuhun Kaspo berubah tampang.
"Kalau segalanya serba gundul, apa tidak lucu?l" kata Nyal Sedap Mentul.
"Lucu tldak. Tapl jadl menggemaskan!"
"Siapa pun kau adanya, jangan harap aku percaya keteranganmul" sentak Datuk Kipas Naga.
"Menyingklrlahi" Datuk Kipas Naga melompat, tegak dl sampling Joko menghadap ke arah Nyal Sedap Mentul.
"Nyal! Selama inl tidak pemnah ada masalah dl antara kita. Kalau kau ingln keadaan itu berlanjut, serahkan kitab itu padaku!" Kitab?! Kitab apa yang kau minta?l "Kitab Kldung Seloka!" Kitab Kidung Seloka.... Aku tldak Ingat. Perah mendengar nama ltu atau tldak!" Joko berkata dalam hatl. Nyai Sedap Mentul menciblr. Belum sampal bicara, Datuk Kipas Naga mendahulul.
"Aku tak mau jatuh korban lagl gara-gara kltab itul Maka serahkan soja padaku!" Datuk Kipas Naga! Aku...." Ucapan Joko terputus, arena bersamaan itu kakl Datuk Klpas Naga bergerak.
Joko terlambat membuat gerakan.
Bukkkt Joko mencelat, tersungkur dua langkah depan Slsokl! Datuk Klpas Naga melompat dan tegak tlga langkah di hadapan Nyal Sedap Mentul.
Melihat apa yang terjadi, Karuhun Kaspo melompat. Namun belum sampal bergerak, Datuk Kipas Naga berteriak.
Datuk Gundul Anunei Aku berterima kasih atas keteranganmu. Tapl kalau kau lkut campur tangan, terlma kaslh kuubah jadl hari kematlanmu!" Karuhun Kaspo urungkan berkelebat. Dla membatln.
"Memang leblh balk aku menunggu! Datuk keparat Ini tampaknya menglnglnkan kitab itu jugai Tapl....
Apa betul kitab itu adalah Kitab Kldung Seloka?i" Ah ....
ltu urusan nantil" DI seberang samping, begitu Joko tersungkur dl hadapannya, Slsokl cepat klrimkan tendangan dahsyat.
Joko tak mau terlalu sembrono. Dia gulingkan dirl ke samplng. Tangan diangkat menghadang tendangan.
Bersamaan itu kaklnya diputar menendang kakl klrl Sisoki yang dibuat tumpuan tegak.
Bukkkl Desssl Kaki Slsokl mental. Tubuhnya Iimbung lalu Jatuh terjengkang. Joko kemball gulingkan tubuh, mendekatl Sisokl. Tangan bergerak menyambar selubungan kaln hitam. SIsokl menjerit.
Datuk Kipas Naga meskl tahu apa yang dllakukan Pendekar 131, tapl dla hanya mellrlk tanpa berusaha membantu. Malah kejap laln dla meiompat dan klrlmkan pukulan ke arah Nyal Sedap Mentul. dl Joko teruskan gerakan menarlk selubungan kaln penutup rambut dan kepala Slsokl. Namun begltu tangannya hendak menyentak, satu gelombang menderu darl samping. Benda panjang menghantam dahsyat.
Bukkk! Tangan Joko mental. Benda panjang kemball menderu. Joko cepat melompat bangkit. Memandang ke samping, Kakek Karuhun Kaspo tegak dengan gerakkan tombak. Joko cepat rundukkan kepala. Begitu ujung tombak lewat dl atas kepalanya, dla melompat.
Kedua tangannya menghantam pergelangan tangan sl kakek.
Bukkk! Wusssl Karuhun Kaspo berseru tertahan. Tombak dl tangannya lepas mencelat.
Sebenarnya Karuhun Kaspo bukan tokoh sembarangan. Kalau murld Pendeta SInting cepat dapat membuatnya kesakitan, bukan lain karena kakek Inl belum sepenuhnya sembuh darl cedera dalam aklbat pukulan Nyal Langen Asmara Sepertl dlketahul, belum lama lnl Karuhun Kaspo bersama adlknya Karuhun Kaspl yang dlkenal dengan Manusia Tombak Berkepala Setan terlibat bentrok dengan Nyai Langen Asmara yang saat it~ bersahabat dengan Rayi Tunjung Seroja. Dengan caranya sendiri, Nyal Langen Asmara bukan saja mencederal sl kakek, namun juga membunuh sl Nenek Karuhun Kaspll Untung sala saat itu Nyal Langen Asmara menduga Karuhun Kaspo sudah tewas, kalau tldak, pastl dia sudah menyusul adlknya Karuhun Kaspl. DI samping itu, selama Ini yang mereka andalkan adalah senjata tombaknya. Mereka tangguh kalau bersamasama. Kini begitu sl nenek sudah tewas, tombak ltu tidak sebahaya kalau dimalnkan dengan adlknya Karuhun Kaspl. Karuhun Kaapo cepat merangsek maju. Lalu dorong kedua tangannya lepas pukulan tangan kosong bertenaga dalam tlnggl. Namun nlat belum terlak aana, mendadak Slsokl sentakkan dua tangannya, lepas pukulan ke arah sl kakek.
Walau sempat menghlndar selamatkan dlri, tapl tak urung tubuhnya terputar, lalu terbanting menghajar tanahl Karuhun Kaspo mendengus keras. Kedua tangan nya mengusap kucuran darah darl mulutnya. Lalu melompat ke arah tombaknya yang tergeletak dl atas tanah. Tahu apa yang akan dllakukan orang, Sisokl cepat mendorong kedua tangannya. Tombak sl kakek mencelat jauh.
Kakek Karuhun Kaspo berballk, urungkan nlat mengejar tombaknya. Karena dla leblh dekat dengan murid Pendeta SIntlng, hawa kemarahannya ditumpahkan pada Joko. Dla melompat. Dua tangan dlpukulkan.
Kek! Mengapa kau berslkeras hendak membunuhku?l" Joko berterlak.
SI kakek tidak men]awab. Tapl teruskan pukulan.
Tak ada jalan laln bag! Pendekar 131. Dla hadang pukulan dengan kedua tangannya.
Bukkkl Bukkkl Karuhun Kaspo lmbung lalu jatuh terduduk. Slsokl tak menunggu lama. Dla berkelebat hendak menghablsl sl kakek. Tapl Joko menghadang.
"Leblh balk...." Ucapan Joko terputus, karena Sisoki menerjang. Walau gadls Inl sudah pernah mellhat dan merasakan bagaimana dahsyatnya pukulan murid Pendeta Sinting ketika berada di tempat kediaman Ratu Sekar Awan, namun meiihat sikap ramah Pendekar 131, Sisoki jadi tak takut. Hanya saja dia merasa sedikit heran dengan perubahan sikap Joko.
Joko berkelebat ke samping. Dengan memutar tubuh, laksana terbang dia berbatik. Tangan kanannya disentakkan ke arah seiubung hitam Sisoki begitu terjangan Sisoki iewat.
Hampir saja menyentuh seiubung kain, tiba-tiba Karuhun Kaspo sentakkan dua tangannya lepas pukulan ke arah Sisoki.
Sisoki terpekik. Di satu sisi dia harus menghadang gerakan tangan Joko, tapi di pihak iain dia harus menghadapi pukuian Karuhun Kaspo. Walau gelombang pukuian si kakek sudah tidak dahsyat iagi, namun tetap berbahaya.
Rasa kaget dan bingung membuat Slsoki iengah.
Dia bukan saja tidak sanggup menghadang sambaran tangan Joko, tapi juga tidak mampu menghadang geiombang pukulan Kakek Karuhun Kaspo! "Celaka!" desis murid Pendeta Sinting. Dia urungkan niat menyambar selubungan kain hitam. Sebaliknya iuruhkan kedua tangannya menyambar lengan Sisoki. Sisoki tersentak, jatuh miring di atas tanah. Tap hai ini menyelamatkannya dari gelombang pukulan Karuhun Kaspo.
Tahu Joko seiamatkan Sisoki, si kakek putar diri. Lahn kembali dorong kedua tangan, iepas pukulan ke arah Pendekar 131. Karena tak ada kesempatan menghindar selamatkan diri, terpaksa Joko menghadang dengan iepas pukuian tangan kosong. Blammm! Blammm! Dua dentuman keras mengguncang. Kakek Karuhun Kaspo mencelat, roboh di atas tanah dengan mulut dan hidung kucurkan darah. Sesaat kakek gundui ini terhuyung bangklt. Tapi segera roboh kembali dengan nyawa melayangl Di seberang sana, tiba-tiba terdengar jeritan keras.
Joko dan Sisoki berpaling. Memandang ke atas, mereka meilhat sosok Datuk Kipas Naga membubung ke angkasa. Terbanting beberapa kali laiu meiuncur, menghantam tanah! Nyai Sedap Mentui tertawa mengekeh. Nenek berpinggul besar ini tegak dengan tangan kiri kacak pinggang. Tangan kanan memegang kipas berwarna merah tergambar kepala naga. Dia berkipaskipas di depan dada.
Sisoki berlari menghambur ke arah Datuk Kipas Naga, "Datuk.... Sementara kita iupakan dulu urusan ini!" Sisoki membantu Datuk Kipas Naga bergerak bangkit.
Datuk Kipas Naga memandang garang pada Nyai Sedap Mentul.
"Nyeii Tidak lama lagi aku akan mencarimu, mengambil kitab sekaligus nyawamu!" Datuk Kipas Naga berbaiik, iaiu meiangkah dipapah Sisoki. Dia tidak memandang pada murid Pendeta Slnting atau sosok mayat Karuhun Kaspo. Sementara Sisoki berpaling pada Pendekar 131.
Waiau tidak bisa meiihat wajah orang, tapi Joko tersenyum. Lalu lambaikan tangan kanannya.
"Datuk Kipas Nagai Tiba-tiba Nyai Sedap Mentui berteriak. Datuk Kipas Naga berhenti. Dia sudah memutuskan, kalau Nyai Sedap Mentul tidak membiarkan dia pergi, dia akan mengadu jiwa. Aku tidak butuh benda rongsokan mitikmu init" teriak Nyai Sedap Mentul. Kipas merah dl tangan kanan dilempaikan.
Tanpa berpaling, Datuk Kipas Naga angkat tangan kirinya. Lalu enak saja menyambar kipas yang menderu di atas kepalanya. Kipas disentakkan menutup, ialu dimasukkan ke bagian bawah celana pendek komprangnya! "Nyai! Kelak aku akan membunuhmu dengan kipas ini!" seru Datuk Kipas Naga iaiu teruskan iangkah.
Sisokl berjalan di sampingnya. Tangan kanan memegang iengan sang Datuk.

*
* *



------------------------------------------------------------

TIGA

------------------------------------------------------------
KAKI buklt itu mulai terang meski di sana-sinl kabut tipis masih mengurung. Di antara kurungan kabut tipis, samar-samar terlihat setu sosok melangkah. Sosok inl sesekaii lenyap ditelan kabut, lalu muncui kembati. Sosok ini ternyata adaiah seorang gadis muda berparas cantik. Rambutnya dibiarkan bergerai, sedikit basah dan berkibar ditiup angin kaki buit. Si gadis berhenti, tegak di dekat sebuah pohon.
"Kawasan ini asing bagiku. Lalu ke mana aku harus mencari Pendekar 131?i" Aku meninggalkan keiuarga demi mencari tahu kabar an nasib Pendekar 131. Sekarang akt sudah meniapat kejelasan. Pendekar 131 masih hidup. Haruskah aku kembaii saja... ?i" Tapi kalau aku kembati, berarti aku memberi peiuang besar pada Bidadari Delapan Samudera untuk membawa Pendekar 131 ke negeri asainya! Ah.... Apa yang harus kuiakukan...?i" Sementara Pendekar 131 berlaku makin aneh.
Dia bercinta dengan seorang gadis bernama Nyai Dua Wajah...." Si gadis gelengkan kepaia beberapa kaii.
Matanya menembus lingkaran kabut tipis. Saat itulah matanya menangkap satu bayangan di arah kejauhan! Sosok yang teriihat sesaat muncul laiu ienyap diteian kabut. Gadis di kaki bukit memperhatikan dengan seksama. Namun dia terkejut begitu mengetahui si bayangan tiba-tiba berkeiebat dan tahu-tahu muncui tiga tombak di hadapannya. Karena sosoknya masih terkurung kabut, si gadis belum bisa melihat jeias paras wajah orang. Dia ianya bisa memastikan kalau si sosok adalah seorang perempuan.
Sosok di baiik kabut melangkah keluar dari kurungan kabut tipis. Ternyata dia adaiah seorang nenek berkain biru. Kedua tangan dirangkapkan di depan dada. Sepasang matanya simak baik-baik tampang sl gadis. Gadis ini.... Bukankah dia Lara Ayu?! Gadis dari kawasan atas jurang yang mencari Pendekar 131?l Hem.... Dia jeias punya masalah dengan Bidadari Delapan Samudera .... Sementara aku akan menjadi seorang nenek. Paeti dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Ketika jumpa tempo hari, dia melihatku sebagai seorang gadis.... Aku akan mengganti nama. Bukan lagi Nyai Dua Wajah, tapi.... Nyai Sanggar Padupan! Hit.... Hik....
Hik...! Aku akan memanfaatkan gadis ini!" Si nenek yang sebenarnya adaiah Nyai Dua Wajah adanya tersenyum. Seperti diketahui, Nyai Dua Wajah dikenai sebagai orang yang bisa mengubah wujud dari seorang nenek-nenek menjadi seorang gadis muda cantik jeiita. Tempo harl, dia bersama Pendekar 131 yang saat itu jaian pikirannya masih dikuasai, sempat bertemu dengan Bidadari Deiapan Samudera, Rayi Tunjung Seroja, dan Manusia Tombak Berkepala Setan serta Lara Ayu. Saat itu Nyai Dua Wajah daiam wujud seperti seorang gadis cantik.
Gadis di hadapan Nyai Dua Wajah yang memang Lara Ayu aianya balas tersenyum. Kaiau saja saat itu Nya! Dua Wajah berwujud seorang gadis cantik, past' dia dapal mengenali. Tapi karena Nyai Dua Wajah ber wujud worang nenek, Lara Ayu tidak bisa mengenaii orang.
Jauh-jauh muncul di tempat ini. Pasti kau punya maksud tujuan...." Nyai Dua Wajah membuka pembicaraan, "Kau tak usah menerangkan siapa dirimu. Aku sudah tahu. Bukankah kau Lara Ayu...?i" Gadis yang tengah mencari Pendekar 13121 Lara Ayu tersurut kaget.
"Kau .... Kau siapa?!" Aku Nyai Sanggar Padupan.... Apa yang tengah kau iakukan di kaki bukit int...2?" Lara Ayu tidak menjawab. Dia masih heran mendapati orang sudah tahu siapa dirinya dan apa yang tengah dicari.
"Lara Ayu.... Turut saranku. Leblh baik kau tinggalkan tempat ini. Kembaliiah ke kampung haiamanmui Pendekar 131 tidak mungkin kembaiii Sebelum kau terlambat, aku...."
"Aku akan kembali seteiah aku yakin tidak sanggup berbuat aesuatu!" Lara Ayu memotong.
"Selagi aku merasa mampu, aku tidak akan kembali! Pendekar 131 dalam keadaan sakit...."
"Sakit...?i"" Nyai Sanggar Padupan alias Nyai Dua Wajah geieng kepala.
"Kau jangan tertipui Pendekar 131 tidak sakit. Betum iama aku bertemu dengannyal Dia tengah main cinta giia dengan Nyai Dua Wajah! Tampang Lara Ayu berubah.
"Di mana kau meiihatnya?l"
"Kalaupun kuberi tahu percuma. Past! mereka sudah tidak ada, mencari tempat lain untuk bercintai" Lara Ayu mengheia napas panjang.
"Apakah aku masih iayak mengharapkan p~muda yang di sana-sini mengumbar cinta dengan gadis-gadis?i" Tapi.... Aku terlaiu merindukannyai Lebih dari itu, aku masih yakin Pendekar t31 belum sembuh! Dia masih hiiang ingatan, tidak tahu apa yang tengah diiakukan! Menurut keterangan Bidadari Delapan Samudera, Pendekar 131 baru bisa disembuhkan jika ditemukan Kitab Kidung Seloka...."
"Nyai.... Pendekar 131 hiiang ingatan. Semua yang dllakukannya di iuar pikirannyai" ujar Lara Ayu.
Hem.... Begitu?i" Dari mana kau tahu?7!"
"Menurut yang kudengar, Pendekar 131 baru bisa sembuh kalau ditemukan sebuah kitab!"
"Jadi maksud tujuanmu muncui di tempat ini...7i Mencari Pendekar 131 sekaligus mencari kitab?! Lara Ayu anggukkan kepala.
"Walau belum jelas benar di mana beradanya kitab itu, namun berat dugaan kitab itu berada di kawasan init Hem.... Kini aku yakin. Yang jatuh di perbatasan jurang adalah kitab itui" Membatin Nyai Sanggar Padupan aiias Nyai Dua Wajah.
"Siapa yang teiah mengambiinya? Kawasan perbatasan jurang dijaga beberapa anak buah Ratu Sekar Awan. Mungkinkah kitab itu ditemukan anak buahnya?!"
"Lara Ayu .... Kau tahu nama kitab itu?i"" tanya Nyai Sanggar Padupan.
Kitab Kidung Seioka!" Nyai Sanggar Padupan anggukkan kepala. Laiu balikkan tubuh. Lara Ayu cepat meiompat, tegak di hadapan si nenek.
"Kau kenal Nyai Dua Wajah. Bisa memberi tahu di mana kediamannya?!"
"Lara Ayu. Lupakan dia! Aku tidak merendahkanmu, tapi kau tidak akan mampu menghadapinya! Kcuaii...." Kecuali apa...2?l" "Nyat Dua W ajah dikenai sebagai orang yang bisa menguasai pikiran orang. Dia hanya bisa dihadapi dengan satu carat"
"Bagaimana caranya?i""
"Sayang aku tidak bisa mengatakan. Tapi mungkin aku bisa membantumu dengan caraku sendiri!" Lara Ayu menatap beberapa lama. Nyai Sanggar Padupan tersenyum.
"Wajahmu bimbang. Lupakan saja apa yang baru kukatakan! Akau harus segera pergi...."
"Tunggu! Aku sangat berterima kasih kalau kau bantu...."
"Duduklah di hadapanku menghadap ke depan.
Kosongkan pikiranmu!" Walau masih bimbang, tapi akhirnya Lara Ayu ikuti ucapan si nenek. Dia duduk membelakangi Nyai Sanggar Padupan. Namun dia betum bisa kosongkan pikiran karena masih diselimuti rasa ragu-ragu. Malah dia waspada dengan apa yang diiakukan si nenek. Apaiagi ketika menyalari si nenek perdengarkan gumaman tak jelas! Lara Ayu hendak bangkit. Namun tiba-tiba Nyai Sanggar Padupan meiompat meiewati kepaianya, tegak di hadapannya dengan mulut komat-kamit. Sepasang matanya mtenatap garang.
Lara Ayu tercekat. Belum sempat bergerak, mendadak si nenek merangsek maju. Kedua tangannya diulurkan. Satu tangan ke arah kepala, menjambak rambut, satu iagi ke arah tengkuk.
Lara Ayu terpekik. Dia cepat sentakkan tubuh mundur ke belakang. Tapi tertambat. Tangan Nyai Sanggar Padupan sudah jambak rambutnya, tangan satunya mendorong tengkuknya, hingga kepalanya terdorong keras ke depan, masuk di antara dada Nyai Sanggar Padupan! Lara Ayu gerakkan dua tangannya. Namun dia teriengak. Kedua tangannya terasa kaku. Sementara Nyai Sanggar Padupan terus komat-kamit. Tubuhnya bergetar keras. Keringat membasahi sekujur tubuhnya.
Pada satu kesempatan, Nyai Sanggar Padupan iepaskan jambakan dan lingkaran tangan pada tengkuk Lara Ayu. Lalu mundur dengan terhuyung-huyung. Memandang beberapa lama pada Lara Ayu yang masih megap-megap, laiu berteriak.
Lara Ayu! Sekarang kau jadi budakkui Bangkittah! ikuti perintahku!" Secara aneh Lara Ayu terhuyung bangkit: Matanya menatap kosong pada Nyai Sanggar Padupan. SI nenek teriawa lebar.
"Lara Ayu menarilah! Lara Ayu angkat kedua tangannya. Pingguinya digoyang. Dia menari ikuti ucapan Nyai Sanggar Padupan aiias Nyai Dua Wajah.
"Lara Ayu! Berhentiiah! ikutl akui" Nyai Dua Wajah baiikkan tubuh. Lara Ayu hentikan tariannya. Nyal Dua Wajah tengadah.
"Dari gelagatnya dia masih perawan.
Mengapa aku tidak membawanya pada Datuk Tangan Bina?i" Hem...." Nyai Dua Wajah anggukkan kepala.
"Lara Ayu! Aku ingin mengajakmu bersenang-senang! Ikutiiah aku!" Nyai Dua Wajah bertari. Lara Ayu mengikuti di beiakangnya tanpa buka muiut.

*
* *

Di satu tempat Nyai Dua Wajah berhenti. Tujuh tombak di seberang depan, teriihat sebuah rumah gubuk berdinding dan beratap daun keiapa. Nyai Dua Wajah berpaling pada Lara Ayu yang tegak dengan kancingkan muiul Si nenek tersenyum. Laiu melangkah ke arah rumah gubuk. Lara Ayu mengikuti.
Di depan pintu gubuk yang tertutup, Nyai Dua Wajah berhenti. Setelah edar pandangan berkeiiiing dia berteriak.
"Datuk Tangan Bina!! Kau ada di dalam?i" Terdengar helaan napas berat dan panjang. Lalu menyusu! sebuah javwaban.
"Suaramu.... Bukankah kau Nyai Dua Wajah?i" Kau tahu syarat apa jika ingin bertemu denganku!"
"Datuk Tangan Binal! Aku tahu! Aku datang membawa syarat!" Hem.... Masukiah! Bawa serta syarat itu! Aku ingin meiihatnya! Jangan kau berani menipuku! Membawa syarat yang sudah basi, dimakan usia atau orang!" Nyel Dua Wajah pegang iengan Lara Ayu. Kaki kanan digerakkan mendorong pintu gubuk. Pintu gubuk terbuka. Sesaat Nyai Dua Wajah nyaiangkan pandangan ke daiem. Lalu meiangkah masuk membawa serta Lara Ayu.
Rumah gubuk itu hanya terisi sebuah tempat tidur dari kayu yang sudah reot. Di atas tempat tidur, terbaring satu sosok tubuh berteianjang dada, mengenakan celana pendek putih lusuh. Dia adalah seorang kakek renta berambut tipis hampir gundui. Wajah dan tubuhnya tinggal tulang dibungkus kuiit tipis. Sepasang matanya yang menjorok masuk terpejam rapat.
Nyai Dua Wajah berhenti di samping tempat tldur. Dua tangannya disusun di atas kepala. Kepala dan tubuhnya digoyang dua kali. Saat itu juga sosoknya berubah menjelma sebagai seorang gadis cantik bertubuh montok.
"Datuk Tangan Binal! Buka matamu! Lihat yang kubawa!" Kakek renta di atas tempat tidur buka sepasang matanya. Matanya bergerak meiirik ke kanan, di mana Nyai Dua Wajah dan Lara Ayu tegak.
"Nyai Dua Wajah! Apa dia bukan barang basi sepertimu?!" Si kakek di atas tempat tidur buka mutut. Matanya terus nyalang melirik pada Lara Ayu.
Nanti kau bisa membuktikannya sendiri, Datuk!" Hem.... Lalu apa yang hendak kau minta dariku?i""
"Aku minta kau wariskan pukulan 'Tapak Bumi'i" Si kakek putar bola matanya, memandang langitiangit gubuk.
"Nyai.... Yang kau minta tidak sepadan dengan bawaanmu! Pukulan 'Tapak Bum!' bukan pukulan sembarangan.... Aku akan memberikannya padamu kalau kau sediakan lima lagi syarat seperti yang kau bawa sekarangl"
"Datukt Tidak mudah mencari gadis di kawasan ini! Selain Ratu Sekar Awan dan beberapa anak buahnya, kurasa suiit mencari gadis lain!"
"Kaiau begitu, mengapa tidak kau bawa Ratu Sekar Awan berikut anak buahnya?l"
"Datuk! Kau pikir mudah melakukan permintaanmu?! Aku tidak peduli mudah atau suiit! Yang jeias, jika ada lima lagi gadis cantik, aku akan mewariskan pukuian 'Tapak Bumi'i Jika tidak, jangan berharap kau mendapatkan pukulan sakti itul" Nyai Dua Wajah anggukkan kepala. Tanpa buka mulut iagi dia pegang iengan Lara Ayu ialu dlajaknya keluar.
"NMyal! Tunggu! Bagaimana kaiau tiga gadis cantik? Di kawasan ini, mendapat satu saja sudah untungi"
"Bagaimana kalau kau tambah satu lagi?! Kurasa tidak sutit! Kau bisa melakukannya dengan caramu!" Nyai Dua Wajah geieng kepaia.
"Datuk! Kalau kau lngin tambahan, kau blsa memilihku! Aku tak kalah cantik dengan gadis yang kubawa ini!" Kau memang cantik. Sayang kau sudah basi! Lagi pula kau cuma jelmaan!" Nyai Dua Wajah bukannya marah, tapi tertawa panjang.
"Datuk Aku tak punya waktu banyak. Kaiau kau menolak, bercintaiah dengan gadis dalam khayalanmui" Nyai Dua Wajah putar diri. Tapi belum setengah iingkaran, Datuk Tangan Binal sudah menahan.
"Nyaii Tunggu dulu! Aku terima tawaranmu. Tapi....
Seteiah kau mendapatkan pukulan 'Tapak Bumi', kau harus mencarikan dua iagi gadis cantik untukku! Bagaimana... ?i" Kalau kau menolak, siiakan perg! dari sinil" Baik! Aku setuju!" jawab Nyai Dua Wajah meski dalam hati dia berkata.
"Kau menyimpan banyak ilmu.
Tapi tak ada gunanyai Karena kau tidak bisa keluar dart tempat ini! Yang bisa kau iakukan hanya bercinta! Seteiah itu seumur-umur kau hanya bisa teientang menunggu orang!"
"Nyail Mendekatiah. Dudukiah di tepi tempat tdur! ini untuk ketiga kalinya kau datang. Kau tahu apa yang harus kau lakukanl" Nyai Dua Wajah melangkah, duduk di tepl tempat tidur dengan punggung di hadapkan ke arah si kakek.
Dua tangan ditakupkan di depan dada. Mata dipejamkan rapat.
Datuk Tangan Binai komat-kamit. Perlahan sekali tangan kanan digerakkan. Tangan itu bergetar.
"Aku siap, Nyail" Nyai Dua Wajah gerakkan dua tangan, singkapkan pakaian atasnya hingga terbuka. Pakaian itu jatuh sebatas pinggang! "Aku sudah siap, Datukl" Datuk Tangan Binal teruskan gerakan tangan kanan, ditempeikan pada punggung si gadis jelmaan Nyai Dua Wajah. Begitu tangan si kakek bersatu dengan punggung Nyai Dua Wajah, sosok gadls jelmaan ini bergetar keras. Dadanya yang membusung kencang turun naik. Wajahnya pucat pasi. Hanya beberapa saat sekujur tubuhnya sudah basah keringatan. Namun bersamaan itu dari telapak tangan hingga siku memancar cahaya hijau! Cahaya hijau beberapa iama terpancar semburat.
Lalu ienyapi Datuk Tangan Binal sentakkan tangannya. Waiau sangat pelan, namun sosok Nyai Dua Wajah terdorong keras, jatuh berguiing dari tempat tidur!

*
* *



------------------------------------------------------------

EMPAT

------------------------------------------------------------
NYAI Dua Wajah bangkit sambil rapikan pakaian.
Lalu memandang pada kedua tangannya yang maslh bergetar.
"Apa aku sudah menguasai pukuian 'Tapak Bumi"?l"
"Nyai! imbalan sudah kau dapat. Suruh gadis itu mendekat padakui Perlntahkan apa mauku!" kata Datuk Tangan Binai. Tangannya sudah kembali lurus di atas tempat tidur.
"Datukl Aku harus membuktikan dulu!" Tanpa menunggu sahutan, Nyai Dua Wajah melesat keiuar dari rumah gubuk. Tegak dl luar gubuk, dia kerahkan tenaga dalam pada kedua tangannya. Tubuh dibungkukkan laiu kedua tangannya dihantamkan ke atas tanah.
Bummm! Bummml Dua geiegar keras terdengar. Tanah yang terhantam semburat, membentuk lobang besar dan daiaml Bukan hanya sampai di situ, iuruhan tanah yang semburat tampak kering iaksana habis terpanggang saat bertabur kembali di atas tanah! Nyal Dua Wajah angkat kedua tangannya tinggitinggi. Mulutnya sunggingkan senyum. Sekaii dia membuat gerakan, sosoknya telah lenyap, masuk ke rumah gubuk.
"Nyail Aku selalu tepati janji! Kau juga kuminta demlkiani Seteiah itu kau harus datang kembaii, membawa dua gadis cantik tambahan! Sekarang perintah gadis itu!" kata Datuk Tangan Binai.
Aku akan segera datang lagi, Datuk! Kau tak periu risau! Yang akan kubawa adaiah gadis tercantik di kawasan ini!" Dalam hati Nyai Dua Wajah membatin.
"Dengan pukulan 'Tapak Bumi', tidak sulit membawa Ratu Sekar Awan dan gadis cantik bernama Bidadari Delapan Samudera itu! Tapi imbalan yang kuminta tidak sembarangan! Aku akan meminta semua ilmunyal Hik....
Hik.... Hik...i Manusia macam dia tidak akan peduli. Dia pasti akan memberikan yang kuminta kalau imbalannya tubuh gadis cantiki Apaiagi dia sudah iama kepincut dengan Ratu Sekar Awani" Nyai Dua Wajah mendekati Lara Ayu yang sedari tadi tegak tanpa bicara, tanpa bergerak.
"Lara Ayu! Layani Datuk Tangan Binai! Buat dia senang.... Tanggaikan pakaianmu! Bersenang-senangiah!" Secara aneh Lara Ayu mendekati tempat tidur.
Periahan kedua tangannya bergerak, singkapkan pakaiannya muiai dari bawah! Lirikan mata Datuk Tangan Binai membesar. Dadanya yang tinggal tulang beiuiang bergerak naik turun. Napasnya memburu cepat saat meiihat paha muius dan padat milik Lara Ayu yang muiai tersingkap! "Nyai! Biar aku yang membukanya sendirii Suruh dia berbaring di sampingku!" kata Datuk Tangan Bina] dengan suara bergetar.
"Lara Ayu! Berbaringiah di samping Datuk Tangan Binai!" perintah Nyai Dua Wajah.
Lara Ayu perlahan naik ke tempat tidur. Periahan puia dia baringkan diri di samping Datuk Tangan Blnal.
Sang Datuk menahan napas.
"Nyail Aku sudah tidak sabar!" "Lara Ayui Usap wajah Datuk Tangan Bina! dengan telapak tangan kirimu! Anggaplah dia kekasihmu!" teriak Nyai Dua Wajah.
Lara Ayu angkat tangan kirinya, mengusap wajah sang Datuk. Terjadiiah keanehan. Sosok sang Datuk yang terbaring bergerak.
Puiuhan tahun silam, Datuk Tangan Binai dikenal sebagai tokoh beriimu sangat tinggi. Dengan iimunya dia selaiu menebar aib pada beberapa gadis. Hingga pada suatu hari dia Derhadapan dengan seorang perempuan yang pernah dinodai. Gadis ini memendam dendam kesumat. Dia sudah membekal satu ilmu untuk meiumpuhkan Datuk Tangan Binal. TVerjadiiah bentrok.
Waiau pada akhirnya perempuan itu tewas di tangan sang Datuk, namun dia sempat sarangkan iimu yang sudah dipeiajari. Mulai saat itu Datuk Tangan Binal digerogoti satu keanehan. Dia hanya mampu gerakkan tangan kanan.
Datuk Tangan Binal putus asa. Dalam keadaan seperti itu munculiah seorang perempuan. Dengan imbatan imu, si perempuan bisa membuat sang Datuk menggerakkan anggota tubuhnya. Tapi itu hanya terbatas jika dia ingin bercinta. itu pun seteiah teriebih dahuiu ada orang yang mengusap wajahnya dengan tangan kiri! "Nyai! Aku ingin bercinta! Apa kau mau melihat?i"" kata Datuk Tangan Binai. Kepalanya ditegakkan iurus pada Nyai Dua Wajah. Sementara kedua tangannya muiai meraba wajah dan ieher Lara Ayu.
Nyai Dua Wajah menyeringai.
"Siapa mau melihat benda rongsokanmu! desis Nyai Dua Wajah. Dia berbaiik, meiangkah ke arah pintu rumah gubuk. Datuk Tangan Binai tertawa. Dia dekatkan wajahnya merapat pada wajah Lara Ayu. Kedua tangannya muiai meraba di bagian bawah leher. Lalu pertahan dla bergerak gelungkan kaki kanannya pada tubuh Lara Ayu. Lara Ayu sendiri tidak tinggat diam. Begitu tangan sang Datuk muiai meraba, kedua tangannya bergerak, membelai dada sang Datukl Datuk Tangan Binal menahan napas. Dengan sekali sentakan pelan, dia singkapkan pakaian bawah Lara Ayu, hingga hampir setengah tubuh gadls cantik ini terbuka! Datuk Tangan Binai menyeringai penuh nafsu.
Sekali iagi bergerak, dia sudah berada di atas tubuh Lara Ayu. Saat itulah tiba-tiba dua sosok bayangan berketebat, tegak beberapa iangkah dl depan rumah gubuk yang pintunya terbuka.
Nyai Dua Wajah yang saat itu hendak keiuar, tahan gerakan. Memandang keluar, dia melihat dua gadis cantik. Sebelah kanan mengenakan baju biru. Sebeiah kiri memakai baju putih. Gadis ini tegak dengan tangan kanan menggenggam sebuah tongkat putih yang dihias batu mutiara.
Bidadari Deiapan Samudera! Ratu Sekar Awanl" desis Nyai Dua Wajah.
Dua gadis di iuar gubuk yang memang Bidadari Deiapan Samudera dan Ratu Sekar Awan adanya tersurut begitu meiihat sosok yang tegak muncuf di ambang pintu gubuk.
"Nyai Dua Wajahi" Bersamaan kedua gadis itu bergumam.
"Tanpa kucari, ternyata mereka datang sendiri! Kini saatnya aku menguras seluruh iimu Datuk Tangan Binal dengan imbalan tubuh kedua gadis Inii" Membatin! Nyai Dua Wajah. Sekali meiompat dia sudah tegak beberapa langkah di hadapan Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan.
Bidadari! Kita kedahuiuani Sementara kau hadapi dia! Aku akan meiihat ke dalam! Kaiau dia yang muncul, pasti membawa gadis persembahani Aku khawatir, jangan-jangan yang dibawa adalah Sisoki! Gadis itu kutinggal sendirianl" atu Sekar Awan berbisik. Ratu Sekar Awan sudah tahu bagaimana adat Datuk Tangan Binal.
Bidadari Delapan Samudera anggukkan kepala.
Seperti diketahui, kedua gadis ini sudah berbaikan.
Begitu berpisah dengan Pendekar 131 yang pergi bersama Nyai Sedap Mentul, mereka mulai menyelidik mencart Kltab Kidung Seloka. Karena tidak mendapat keterangan berarti, akhirnya atu Sekar Awan mengajak Bidadari Deiapan Samudera menemui Datuk Tangan Binal. Walau sudah tahu adat sang Datuk, namun Ratu Sekar Awan akan mencoba minta keterangan tanpa imbaian apa-apa.
"Nyai Dua Wajah! Aku akan menemui Datuk Tangan Binai. Harap tidak...." Betum habis ucapan Ratu Sekar Awan, Nyai Dua Wajah memotong.
"Datuk tengah bersenang-senang! Kau tunggu giliran! Kau memang tengah ditunggu Datuk Tangan Binai! Hik.... Hik.... Hik...i Aku berharap kau beium basi, tersentuh tangan iaki-lakii Agar Datuk bisa senang ... !l" "Nyall Aku datang tidak untuk serahkan tubuh!" sentak Ratu Sekar Awan.
"Laiu untuk apa?! Bersenang-senang?!" Sambii tertawa Nyai Dua Wajah yang saat itu meniihat Datuk Tangan Binai menelungkup di atas sosok perempuan yang pakaiannya hampir tersingkap lebari Datuk Tangan Binai angkat kepaianya, memandang keluar gubuk.
"Ratu Sekar Awan! Kau rupanya!" Menduga sosok di bawah Datuk Tangan Binal adalah Slsoki, tanpa banyak muiut Ratu Sekar Awan mejeima jadi gadis cantik arahkan pandangan pada Bidadari Delapan Samudera.
"Mana Pendekar 131?! Bidadari Delapan Samudera hanya menyeringai.
Saat lain dia meiompat sambil berteriak.
"Ratu! Biar kuhadapi manusia jeimaan ini! Masuklah ke dalam gubuk!" iompat, tegak di antara reruntuhan dinding gubuk. Memandang tajam pada sosok di bawah sang Datuk.
Lara Ayu mendengus. Lalu periahan berpaling. Nyai Dua Wajah hendak berkeiebat memotong gerakan Ratu Sekar Awan, namun niatnya tidak dibatalkan karena saat itu Bidadari Deiapan Samudera sudah ber.
ada di hadapannya dengan lepas tendangan dahsyat.
Bukkkl Brakki Benturan keras terdengar disusui suara berderak.
Nyai Dua Wajah tetap tegak di tempatnya. Bidadari Deiapan Samudera terhuyung mundur. Bersamaan mereka berpaling ke arah rumah gubuk.
Dinding bagian depan gubuk ambroi berantakan, semburat berkeping-keping terhantam larikan sinar putih yang meiesat dari kelebatan tongkat Ratu Sekar Awan.
"Jahanaml Nyai Dua Wajahi Apa yang kau lakukan?! Terdengar teriakan marah dari dalam rumah gubuk. Yang berteriak bukan iain adalah Datuk Tangan Binal. Karena sudah diamuk nafsu, kakek ini tidak mendengar pembicaraan orang di iuar gubuk, hingga menduga yang menghantam dinding gubuk adaiah Nyai Dua Wajah.
Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera beberapa saat memandang ke arah gubuk yang dinding depannya semburat berantakan. Begitu semburatan dinding luruh, mereka baru bisa meiihat jelas. Dia meiihat Datuk Tangan Binai menelungkup di atas sosok perempuan yang pakaiannya hampir tersingkap lebari Datuk Tangan Binai angkat kepaianya, memandang keluar gubuk.
"Ratu Sekar Awan! Kau rupanya!" Menduga sosok di bawah Datuk Tangan Binal adalah Slsoki, tanpa banyak muiut Ratu Sekar Awan meiompat, tegak di antara reruntuhan dinding gubuk. Memandang tajam pada sosok di bawah sang Datuk.
Lara Ayu mendengus. Lalu periahan berpaling. Kedua tangannya pegangi pinggang Datuk Tangan Binai.
Bukan Sisoki! Siapa gadis ini?! Aku betum pernah meilhat sebelumriyal" Di luar gubuk, begitu kepala Lara Ayu berpaiing, Bidadari Delapan Samudera mendelik.
"Pakaian yang dikenakan.... Juga wajahnya.... Tapi mungkinkah dia?!" Seoiah ingin yakinkan diri, Bidadari Deiapan Samudera meiesat, tegak di samping Ratu Sekar Awan.
Astagai Memang dial" desis Bidadari Deiapan Samudera.
"Dia siapa?! tanya atu Sekar Awan.
Gadls itu Lara Ayu! Gadis yang ingin mendapatkan Pendekar 131!" Sebeium terlambat, harus klta selamatkan!" ujar Ratu Sekar Awan.
Bidadari Deiapan Samudera pegang lengan Ratu Sekar Awan.
"Dia melakukan semua ini pasti sudah dipertimnbangkan. Untuk apa kita susah-susah menyeiamatkannya?!" Bidadari Deiapan Samudera! Jangan saiah dugal Kalau di sini ada Nyai Dua Wajah, apa yang diiakukan gadis itu di luar kesadarannyal" "RRatu! Sadar atau tidak, percuma kita menyeiamatkannya] Sekalian biar dia tahu rasai" kata Bidadari Deiapan Samudera. Nada bicaranya jeias kaiau dia tidak senang dengan Lara Ayu.
"Bidadari Deiapan Samuderai Jangan kaitkan semua ini dengan Pendekar 131i Kita harus melihatnya sebagai sesama gadis!" atu Sekar Awan melompat.
Saat itulah Nyai Dua Wajah berteriak.
"Lara Ayu! Bangkit dan bunuh dua perempuan siaian itui" Lara Ayu sentakkan dua tangannya. Datuk Tangan Binai berteriak. Sosoknya terguiling ke samping, tengkurap dengan napas megap-megapi Saat bersamaan Lara Ayu bangkit, meiompat darl atas tempat tidur.
Langsung menyergap ke arah Ratu Sekar Awan, kirimkan tendangan dahsyat! Datuki Lumpuhkan gadis satunya!" Kembali Nyai Dua Wajah berteriak.
Datuk Tangan Binai gerakkan tangan kanan tanpa gerakkan anggota tubuh. Walau tidak meiihat di mana beradanya orang, namun sekaii tangan kanannya bergerak, satu gelombang dahsyat berkiblat, iurus ke arah Bidadari Delapan Samuderal Ratu Sekar Awan iintangkan tongkat putihnya, hadang tendangan Lara Ayu.
Trakkk! Lara Ayu mentai baiik, jatuh berguiing di atas tempat tidur di samping Datuk Tangan Binal. Di lain pihak, Bidadari Deiapan Samudera cepat mundur. Kedua tangan didorong. Bummm! Rumah gubuk itu bergetar keras. Lalu roboh. Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera meiesat seiamatkan diri. Lara Ayu sentakkan dua tangannya.
Sosoknya meiesat keluar menjeboi atap gubuk yang robohi Melayang dua kaii di atas udara iaiu tegak beberapa langkah di samping Nyai Dua Wajah. Pakaian gadis ini tak karuan, tersingkap di sana-sini.
Datuk Tangan Binai menggereng. Saat atap gubuk roboh, dia gerakkan tangan kanannya. Wuuttt! Atap dan dinding yang roboh semburat bermentaiani Yang tinggai hanya tempat tidur reot dan sosok Datuk Tangan Binal yang tetap teiungkup! Bidadari Delapan Samudera menatap garang pada Lara Ayu. atu Sekar Awan berpaiing.
"Bidadari.... Kau tahu. Aiam pikiran gadis itu sudah dikuasai Nyai Dua Wajah!"
"Hem.... Lalu apa peduiiku?l" Beium sampai Ratu Sekar Awan menjawab, tibatiba Nyai Dua Wajah berkeiebat. Tegak di hadapan Bidadari Deiapan Samudera dan atu Sekar Awan. Dua tanganny a diangkat. Sesaat mulai dari teiapak hingga sikunya memancarkan cahaya hijau. Laiu ienyap. iniiah satu tanda kaiau Nyai Dua Wajah siapkan pukuian 'Tapak Bumi' yang baru saja didapat.
"Nyai Dua Wajahi Jangan berani mencederai dua gadis itu! Aku menginginkannya!" Tiba-tiba Datuk Tangan Binal buka suara. Orangnya tetap telungkup. Tangan kanan periahan diangkat.
"Datuk! Aku luiuskan permintaanmu. Tapi aku minta imbaiani" kata Nyai Dua Wajah.
"Jahanam! imbalan apa lagi yang kau inginkan?i" Kau tidak membawa kedua gadis itu! Mereka dengan suka rela datang padaku! Aku tidak akan memberi imbaian apa-apa!" Nyai Dua Wajah tertawa.
"Datuk! Kau [jangan lupai Waiau kau sanggup meiumpuhkan mereka, apa yang bisa kau iakukan?i" Tanpa bantuanku, kau pikir sanggup membuat mereka ikuti ucapan perintahmu...?!"
"Keparat betul! Katakan imbalan apa yang kau maul" bentak Datuk Tangan Binai.
Aku inginkan semua iimumui"
"Keparat! Aku tak bisa penuhi permintaan giiamui" Terserah! Berarti kau tidak akan menikmati semua gadis di tempat ini!"
"Bangsall Apa maksud ucapanmu?i""
"Datuk! Kau bukan saja tidak akan menikmati Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera. Tapi kau juga tak bakaian menikmati Lara Ayu!"
"Manusia siaian! Baik.... Kaii ini aku mengalah! Aku akan penuhi permintaanmu! Tapi aku rninta bantuanmu setelah dua gadis itu kulumpuhkan!" Nyai Dua Wajah tertawa.
"Datuk! Silakan kau iumpuhkan dua gadis itui" Datuk Tangan Binai gerakkan iima jari tangan kanannya. Laiu disentakkan. Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan yang sudah waspada cepat hantamkan tangan masing-masing.
Namun beium sampai keiuar geiombang pukuian, tiba-tiba dari keiima jari tangan Datuk Tangan Binal meiesat iima iarik sinar hitam! Bidadari Delapan Samudera dan atu Sekar Awar menjerit. Karena tahu-tahu tubuh mereka sudah terliit iarikan sinar hitam! Dua gadis ini iipat gandakan tenag daiam, laiu hantamkan tangan masing-masing ke arat iarikan sinar hitam. Namun bersamaan itu sosok mereka terangkat.
Datuk Tangan Binai putar tangannya. Sosok Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan tersentak terbanting berkaparan di atas tanah!

*
* *



------------------------------------------------------------

LIMA

------------------------------------------------------------
DATUK Tangan Binai periahan tarik tangan kanannya. Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera terpekik. Laksana terbang sosok mereka yang masih teriiiit iarikan sinar hitam meiesat, jatuh bergedebukan di dekat tempat tidur sang Datuk! Nyaii Lakukan tugasmu!" seru Datuk Tangan Binai. Tangan kanan tetap dl atas udara. Tubuhnya tetap meneiungkup tak bergerak.
Nyai Dua Wajah melangkah ke arah Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera samnbii tertawa panjang. atu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera lipat gandakan tenaga daiam. Wala mereka mampu, namun anehnya dia sama sekail tidak mampu menggerakkan anggota tubuhi Hingga tubuh mereka yang sudah teraiiri tenaga dalam hanya bergetar keras.
Bidadari Deiapan Samudera! Di mana Pendekar 131?!" Nyai Dua Wajah bertanya. Dia tegak di samping tempat tidur.
Bidadari Deiapan Samudera menyerlngai tanpa buka muiut. Nyai Dua Wajah menengadah.
"Bidadari Deiapan Samudera! Kalau kau tak mau menjawab, nasibmu jeiek! Kau akan kuserahkan pada Datuk Tangan Binal sebagai persembahanl" Waiau merinding, tapi Bidadari Delapan Samudera menyahut.
"Aku tak takutl" Nyai Dua Wajah memandang pada Ratu Sekar Awan. Karena sudah menduga Kitab Kidung Seioka ditemukan anak buah sang Ratu, dia bertanya "Ratu Sekar Awan! Di mana kau sembunyikan Kltab Kidung Seloka?i"" "Kau bisa mencari di Pesanggrahan Sewui"
"Pesanggrahan Sewu sangat iuas! Aku mau kau katakan di mana letaknyai"
"DI gapura Jalan masuk sebeiah kanan!"
"Kau tidak berdusta?l"
"Kalau aku mau, sejak ditemukan anak buahku, aku akan mempelajari kitab itui"
"Hem .... Lalu untuk apa kau berkunjung menemui Datuk Tangan Bina[?i" Untuk bersenang-senang?i" Baik .... Aku akan iuluskan kelnglnanmui"
"Nyai! Harap tldak berpikir konyoii Aku sudah memberi tahu yang kau inginkan. Sekarang iepaskan kami!" teriak Ratu Sekar Awan. Ratu ini tidak begitu takut dengan apa yang hendak dilakukan Nyai Dua Wajah. Yang iebih ditakutkan adalah kaiau orang tahu dia membekai Pedang Tumpul 131 dan Cermin Bayangan Dewa yang saat itu masih disimpan di baiik pakalannya.
Dia khawatir hai itu akan membuat Bidadari Deiapan Samudera tak percaya lagi padanya. Karena selama ini dia tidak mau berterus terang kalau dua senjata miiik Pendekar 131 itu ada padanya.
Nyai Dua Wajah tidak hiraukan teriakan atu Sekar Awan. Dia berpaling pada Datuk Tangan Binai.
"Datuki Aku minta imbaiannya dahuiu. Seteiah itu aku akan membuat kedua gadis itu jadi budakku!" Nyat Dua Wajah dudnk di tepi tempat tidur. Tangan bergerak sentakkan tubuh sang Datuk hingga terguiing meneientang.
"Datuk! Aku siap!" kata Nyai Dua Wajah. Matanya dipejamkan. Kedua tangan ditakupkan di depan dada.
"Nyai! Buat mereka jadi budakmu dahulu! Aku tak mungkin memberikan yang kau minta sementara tanganku masih harus mempertahankan belitan merekal"
"Kau jangan menipuku, Datuki Kau bisa memberkan apa yang kuminta tanpa harus membebaskan mereka dari belitan sinar itu!" kata Nyai Dua Wajah.
Jahanami Dia tahui" desis Datuk Tangan Binal.
Sebenarnya tanpa harus membebaskan belitan slnar hitam pada atu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera, datuk satu lnl sanggup menyalurkan lenaga daiamnya, memberikan iimu yang diminta Nyai Dua Wajah. Kaiaupun dia tadi berpura-pura tidak bisa, semata-mata karena tidak ingin tertipu Nyai Dua Wajah.
Datuki Aku siapi" ujar Nyai Dua Wajah. Dua tangannya bergerak. Saat lain tahu-tahu pakaian bagian atasnya sudah iuruh ke baglan pinggang. Baglan atas tubuh gadis jeimaan nenek-nenek ini tersingkap terbuka! Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera terpekik, alihkan pandangan mata masing-masing ke jurusan iain. Di seberang sana Lara Ayu tegak memperhatikan dengan kancingkan mulut.
Datuk Tangan Binai gerakkan tangannya yang masih mengeiuarkan larikan sinar hltam, membeiit tubuh Ratu Sekar Awan dan Sidadarl Delapan Samudera.
Tatkaia tangan Datuk Tangan Binal bergerak mendekati punggung Nyai Dua Wajah, sosok atu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera tersentak-sentaki Sosok Nyai Dua Wajah bergetar keras tatkala telapak tangan kanan sang Datuk menempei di punggungnya. Kejap kemudian, sekujur tubuh Nyai Dua Wajah iaksana dlpanggang bara, pancarkan sinar merah membara! Saat ituiah mendadak dua geiombang dahsyat menderu angker! Mendapati gelagat bahaya, Datuk Tangan Binai buru-buru tarik pulang tangannya. Pancaran sinar merah pada tubuh Nyai Dua Wajah ienyap musnah! Sosok Nyai Dua Wajah tersentak, jatuh menggelimpang dari atas tempat tidur. Gadis jeimaan ini menjerit keras. Saat yang sama semburan jerit keiuar dari Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera, karena bersamaan dengan gerakan tangan sang Datuk, sosok mereka terangkat meiayang di atas udara! Nyai Dua Wajah bangkit. Baru setengah tegak dan beium sempat putar diri, geiombang dahsyat menghajar bagian kakinya! Nyai Dua Wajah menceiat seteiah terjungkai lebih duiu! Di iain pihak, tangan Datuk Tangan Binai mental, karena lima iarik sinar hitam putus terhantam geiombang yang datang! Sosok Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera tersentak di atas udara, men-ceiat ke beiakang! Beberapa jengkal lagi Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera menghajar tanah, dua bayangan berkeiebat. Dua tangan menahan luncuran tubuh Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera.
Ratu Sekar Awan mendongak. Dia meiihat tampang seorang nenek berambut pendek. Di sampingnya, ketika menengadah Bidadari Deiapan Samuderam menumbuk seraut wajah yang sudah tidak asing baginya.
Wajah seorang pemuda tampan yang seiaiu dirindukan.
"Nyai Sedap Mentuii" seru Ratu Sekar Awan. Pendekar 131! teriak Bidadari Deiapan Samudera.
"Aku bukan Pendekar 131! Tapi Datuk Gede Anunei" kata si pemuda lalu gerakkan tangannya yang menahan tubuh Bidadari Deiapan Samudera hingga tegak.
Bidadari Delapan Samudera baiikkan tubuh. Seoiah tidak percaya dia pandangi pemuda di hadapannya. Laksana terbang gadis ini menghambur hendak memeiuk si pemuda berteianjang dada di hadapannya yang bukan iain memang murid Pendeta Sinting adanya. Namun sadar di sampingnya ada Ratu Sekar Awan, dia urungkan niat. Dia tersenyum pada Pendekar 131.
Joko baias tersenyum. Bidadari Delapan Samudera kernyitkan dahi.
Dia membaias senyumku. Apakah dia...."
"Pendekar 131.... Kau masih mengenaiiku?!" tanye Bidadari Deiapan Samudera.
"Kau ini aneh. Kita bersahabat. Bagaimana aku bisa iupa denganmu?! Kau Bidadari Deiapan Samudera, bukan?!" Saking senangnya Bidadari Deiapan Samudera iupa kaiau di sampingnya ada Ratu Sekar Awan yang sudah tegak memperhatikan. Bidadari Delapan Samudera meiompat, memeiuk murid Pendeta Sintingt Ratu Sekar Awan mengheia napas daiam. Dia alihkan pandangan pada sosok di hadapannya yang tidak iain adaiah Nyai Sedap Mentui.
"Nyai.... Apa ingatannya sudah kembaii?!" San; Ratr berbisik.
"Dia sudah bisa mengenaii gadis cant!k...." Nyai! Berarti kau temukan kitab itu!" bisik atu Sekar Awan.
"Betul! Ceritanya panjang. Nanti saja kujeiaskan.
Sekarang ada yang periu diseiesaikan!" Datuk Gede Anune! Peiuk-pelukannya diianjutkan nanti saja!" ujar Nyal Sedap Mentui sambii mendekati Joko.
Bidadari Deiapan Samudera tersadar. Dia lepaskan pelukannya, surutkan kaki mundur. Tampangnya berubah saat meiirik Ratu Sekar Awan.
Nyai Dua Wajahi Siapa berani kurang ajar mengusik urusan kita?i"" teriak Datuk Tangan Binal. Orangnya teientang diam. Karena agak jauh dengan tempat tegaknya Nyai Sedap Mentul dan Pendekar 131, kakek ini tidak mampu meiihat tampang orang.
"Datuk Tangan Binai! Yang datang aku, Nyai Sedap Mentufl alias Nyai Sedap Mentoi aiias Nyal Sedap Mentil alias Nyai Sedap Toll Aku bersama sahabat Datuk Gede Anune!" Yang menjawab Nyai Sedap Mentul.
Nyai Dua Wajah tidak menjawab karena saat itu dia tengah didera hawa kemarahan luar biasa.
"Gagai sudah aku mewarisi iimu datuk keparat itu! ini gara-gara muncuinya setan gemuk itui" Nyai Dua Wajah mendekati Lara Ayu. Saat itulah Joko baru sadar kaiau di situ ada gadis lain. Dia segera berteriak. Tangan kanan dilambaikan karena pandangan si gadis yang bukan iain adaiah Lara Ayu jauh ke tempat lain.
Hai! Kau begitu cantik mengenakan pakaian seperti itui" Saat itu pakaian Lara Ayu memang masih tersingkap di sana-sini.
Ratu Sekar Awan memberengut. Bidadari Delapan Samudera meiengos. Nyai Sedap Mentui tertawa, mendekati Joko dan berbisik.
"Datuk Gede Anune! Kau tidak kenai gadis itu?! Dia Lara Ayu! Orang asing sepertimu!" Joko tersentak.
"Hem.... Seiama inl aku hanya tahu namanya. Tak kusangka kaiau dia orangnya. Bagaimana dia bisa berada di sini? Padahai bukankah dia murid Setan Suci?!" Joko ingat pertemuan dan keterangan Setan Suci, (Tentang Setan Suci siiakan baca serial Joko Sableng daiam episode : "Tragedi Jurang Setan").
"Tapi kau harus tahu. Lara Ayu bukan iagi Lara Ayu sebelum muncui di sinil" kata Nyai Sedap Mentul.
"Maksudmu?!"
"Coba kau panggii gadis itu!"
"Lara Ayul Haiilili! Apa kabarmu?i"" Joko berjingkat iambaikan tangan keras-keras agar Lara Ayu bisa meiihatnya.
Lara Ayu tidak bergeming. Maiah memandang pun tidaki Coba sekarang kau panggil dengan Nyai Glinakgiinuk!" kata Ratu Sekar Awan.
"Nek?i" Ape namanya sudah diganti?i""
"Tidak! Tapi Nyai Giinak-glinuk adalah nama kerennya gadis itu!" Joko kembali iambaikan tangan.
"Nyal Glinak-giinuki Apa kabarmu?!" Aneh, Lara Ayu berpailing pada Jokoi Matanya menatap garang. Joko tersenyum. Nyai Sedap Mentui tertawa cekikikan. Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera waiau menahan diri, tapi tak urung suara tawanya menyeruak keiuar.
"Heran! Ada apa dengan gadis itu?i" Tatapannya iain.... Jangan-jangan dia tldak senang denganku!" Joko membatin.
"Lara Ayu!" bisik Nyai Dua Wajah.
"Kau iihat beberapa orang itui Mereka adaiah orang yang menguslk ketenteramanmui Bunuh mereka semuai" Habls berbisik begitu Nyal Dua Wajah berteriak.
"Datuk Tangan Binal! Kau masih berhasrat dengan beberapa gadis di tempat inl atau tldak?l"
"Kenlkmatan yang kutunggu sudah di depan mata.
Maiah untuk mendapatkan semua itu aku meiuiuskan segaia permlntaanmuf"
"Kalau begitu, ienyapkan si keparat Nyal Sedap Mentui itu! Datuk Gede Anune biarkan hidup!"
"Mengapa begitu?i" Kau tertarik dengan Datuk Gede Anune?i"" tanya Datuk Tangan Binai.
"Kalau kau boleh bersenang-senang dengan gadis, apa saiah kaiau aku ingin berbagi nikmat dengan seorang pemuda tampan?!"
"Nyail Aku belum pernah mendengar nama Datuk Gede Anune? Apa dla orang baru di kawasan ini?i""
"Orangnya memang barui Tapi barangnya kunoi Hik .... Hlk ...• Hlk .. .!" Yang menyahut Nyai Sedap Mentul.
"Siaian! Sebenarnya aku inl ada di mana?! Mengapa ada orang-orang aneh di tempat ini?i" Laiu siapa gadis cantlk di samping nenek itu?i"" Joko meiirlk pada Ratu Sekar Awan. Meski Joko pernah bertemu dengan Ratu Sekar Awan dan Nyai Dua Wajah, namun karena saat itu tengah hiiang ingatan, dla tidak bisa mengenaii lagi Ratu Sekar Awan dan Nyai Dua Wajah.
"Nyai Dua Wajah! Datuk Gede Anune itu. Apa kau percaya dia memang iuar biasa?!" tanya Datuk Tangan Binal.
"Luar biasa sekaii tidaki Cuma iebih dari rata-rataf" Kaii ini yang menyahut Joko sendirl.
"Nyail Apa...." Datuk! Jangan banyak muiut! Lakukan yang kuminta!" bentak Nyai Dua Wajah.
Datuk Tangan Binai angkat tangan kanan. Bersamaan itu Lara Ayu meiompat.
Biar aku yang menghadapi!" teriak Bldadari Deliapan Samudera seraya berkeiebat menyongsong Lara Ayu.
"Nyai Sedap Mentul! Aku yang akan menghadapi datuk cabul itul" seru Ratu Sekar Awan. Tongkat putihnya dilintangkan di atas kepaia.
''Tidak, Ratul Yang diinginkan aku! Jangan cari penyakitl Apa kau tidak ingin berkenaian duiu dengan sahabatku Datuk Gede Anune?! Siiakan kau berbincang!" Nyai Sedap Mentui meiompat mendahului Ratu Sekar Awan, ke arah Datuk Tangan Binai.
Ratu Sekar Awan berpaiing pada Joko. Saat itu Joko sendiritengah memandang pada sang Ratu.
"Nyai Sedap Mentui memanggiinya Ratu.... Apa Ratu beneran?" Beberapa saat Joko dan Ratu Sekar Awan saling pandang. Ratu Sekar Awan tersenyum anggukkan kepaia. Saat itulah dla lngat pedang dan cermin di tangannya. Dia hendak mengambit dua senjata milik Pendekar 131. Namun Joko keburu berucap.
"asanya kita beium pernah bertemu...." Karena makium, Ratu Sekar Awan anggukkan kepala dan menyahut.
"Aku Ratu Sekar Awan...." "Aku ...." Aku sudah tahu siapa dirimu!" Ratu Sekar Awan mendahulul karena Joko tergagap hendak mengalakan siapa dirinya.
Nyai Dua Wajah. Siapa dia sebenarnya?i"" Joko bertanya.
'Dia seorang tokoh yang mampu menguasai jaian pikiran orang! Maka jangan heran kaiau gadis yang bersamanya tldak mengenailmu!"
"Astaga!" Joko berpaling pada Lara Ayu yang saat itu tegak berhadap-hadapan dengan Bidadari Deiapan Samudera. Tunggu!" Joko berteriak, iaiu meiompat. Tegak di samping Bidadari Deiapan Samudera' dan berkata. Bidadari! Jalan pikirannya dikuasai orang! Jangan...." Beium habis ucapan murid Pendeta Sinting, tibatiba Lara Ayu meiompat ke arah Joko. Kakinya menendang! Bukkk! Joko terhuyung-huyung hampir roboh. Bidadari Deiapan Samudera membentak. Laiu meiesat, iepaskan pukulan ke arah Lara Ayu. Lara, Ayu berbalik, menghadang pukuian dengan hantamkan kedua tangannya.
Bukkk! Bukkk! Dua gadis itu sama keiuarkan seruan tertahan.
Sosok mereka tersurut dengan paras berubah.
"Hanya ada satu cara unttak menghentikan ini!" gumam murid Pendeta Sinting. Dia meiompat ke arah Lara Ayu. Tangan kanan dihantmkan. Namun ini hanya tipuan. Begitu Lara Ayu mengt'adang, Joko iepas tendangan. Bukkk! Lara Ayu menjerit. Sosoknya roboh terguling di atas tanah. Joko tldak menunggu lama. Dia berkelebat, sarangkan totokanl Lara Ayu kembaii menjerit, namun dia hanya bisa buka mulut tanpa sanggup bergerak!

*
* *



------------------------------------------------------------

ENAM

------------------------------------------------------------
DI BAGIAN samping, begilu Nyai Sedap Mentui meiompat, Datuk Tangan Bina! gerakkan tangan kanannya. Wuuttt! Dari lima jari sang Datuk meiesat iima larikan sinar hitam. Bukan itu saja karena tahu siapa yang dihadapl, sang Datuk sengaja kerahkan setengah dari tenaga dalam yang dimliiki. Hlngga bukan saja lima slnar hitam yang melesat, tapi dari tengah teiapak tangannya berkiblat geiombang dahsyat! Nyai Sedap Mentui tidak membuat gerakan apaapa. Hingga saat itu juga tubuhnya teriiiit iima iarikan sinar hitam! Saat yang sama tubuhnya tersentak menceiat terhantam geiombang yang melesat dari tengah telapak tangan sang Datuk! Di atas udara, tiba-tiba Nyai Sedap Mentui membuat gerakan seperti orang menggeiundung! Libatan sinar hitam lepas. Saat berikutnya dia gerakkan tangan, mengambii iima iarikan sinar hitam.
Waiau berupa iarikan sinar hitam, hebatnya Nyai Sedap Mentul sanggup memegang iima larikan sinar hitam itu iaksana memegang taiil Dua kall tangan Nyai Sedap Mentui menyentak. Di atas tempal tldur sana Datuk Tangan Bina! tersentak kaget. Tangan kanannya tertarik ke depan. Dia berusaha bertahan. Terjadilah saling menarik sinar hitam! Sosok kedua orang ini sudah sama basah kuyup keringatan.
Pada satu kesempatan, tiba-tiba Nyai Sedap Mentui Jejakkan kedua kakinya. Sosoknya meiesat tinggi ke udara. Tangan dan tubuh Datuk Tangan Binal tersentak dari temp at tidur. Begitu di atas udara, Nyai Sedap Mentui sengaja iuncurkan diri ke bawah! Datuk Tangan Binai berseru.
Sosoknya terangkat dari tempat tidur, meiayang di atas udara daiam keadaan teientang tangan kanan terangkat tersentak-sentak.
Karena teriena meiihat terangkatnya tubuh Datuk Tangan Binai, Nyai Sedap Mentul tak sadar kalau tubuhnya hampir sampai di atas tanah! SI nenek menjerit.
Namun teriambat membuat gerakan jungkir bailk seigmatkan diri.
Brukkk! Nyai Sedap Mentui jatuh menggeiimpang di atas tanah. Bersamaan itu dia tarik larikan sinar hitam. Sosok Datuk Tangan Binai meiuncur deras ke arah Nyai Sedap Mentui. Si nenek tertawa kesakitan, laiu angkat kaki kanannya songsong tubuh Datuk Tangan Binai.
Larikan sinar hitam diiepas! Bukkkk! Datuk Tangan Binai mencelat. Karena iarikan slnar hitam tidak iagi terpegang tangan Nyai Sedap Mentui, tanpa ampun sosok Datuk Tangan Binai menceiat tanpa haiangan! Jatuh berguiingan iima tombak di seberang depan dengan muiut kucurkan darahi Lima iarikan sinar hitam ienyap! Datuk Tangan Binai menggereng keras. Periahan dia angkat tangan kanannya kembali. Namun beium sampai iurus terangkat, Nyai Sedap Mentui dorong tangan kanannya.
Tangan Datuk Tangan Binal mental menghantam tanah. Bummmm! Tanah itu semburat, membentuk io- bang menganga besari Nyai Sedap Mentui tertawa. Sekaii meiompat, sosoknya tegak di samping sang Datuk! Datuk Tangan Binal gerakkan kembaii tangan kanannya. Wuusss! Nyal Sedap Mentui kaget. Kedua kakinya iaksana dihantam bati besar. Kakinya menceiat ke beiakang. Tubuhnya terjungkali Brukkk! Sosok Nyai Sedap Mentui Jatuh telungkup di alas tubuh Datuk Tangan Binai. Wajahnya tepat di antara pangkai paha sang Datuk! Perutnya sendiri tepat merapat menindih wajah Datuk Tangan Binall Datuk Tangan Binal tergagap. Dia cepat gerakkan tangannya kembaii yang saat itu juga pancarkan sinar hitam, muiai dari teiapak sampai siku. Pertanda sang Datuk siapkan pukuian 'Tapak Bumi'.
Namun tubuh besar Nyal Sedap Mentui membuat gerakan tangan Datuk Tangan Binal tertahan. Tangan itu hanya melambai-lambai tanpa berhasli bergerak lebih ianjut.
Datuk Tangan Binal megap-megap. Dia berusaha iepaskan diri. Tapi karena tidak mampu menggerakkan anggota tubuh seisin tangan kanan, akhirnya sang Datuk tidak bisa berbuat apa-apa! Malah beberapa saat kemudian tangan kanannya iunglai, jatuh lurus di atas tanahi Bagaimanapun tingginya limu orang, tapi kaiau jaian pernapasannya tertutup, maka iimu yang dimiiiki tldak ada artinya. Demikian puia yang diaiami Datuk Tangan Binal. Waiau dia hanya bisa menggerakkan tangan kanan tapi dia tetap tokoh yang sangat berbahaya. Namun karena saat itu jaian pernapasannya tertutup peru Nyai Sedap Mentui, segala yang dimiliki tidak berguna. Hanya daiam beberapa saat, tubuhnya sudah iemas. Dan akhirnya nyawanya ttdak tertoiong iagii Sementara Nyai Sedap Mentui sendiri sebenarnya bukan sengaja menutup jaian pernapasan sang Datuk.
Kalau dia tidak bangkit dari atas tubuh Datuk Tangan Binal karena dia merasakan sakit iuar bias a pada kedua kakinya. Hingga terpaksa dia menahan diri di atas tubuh sang Datuk, apaiagi dia tahu gerakan tangan kanan sang Datuk tertahan oleh besarnya tubuh.
Aku tidak merasakan hembusan angin di perutku! Apa dia punya iimu menahan napas?!" pikir Nyai Sedap Mentui begitu tidak lagi merasakan hembusan napas dari hidung atau muiut sang Datuk. Nyai Sedap Mentui menunggu beberapa iama. Begitu keadaannya tak berubah, dia cepat guiingkan diri dengan siap lepas pu kuian.
Tapi dia bataikan niat tatkaia meiihat Datuk Tangan Binai tidak bergerak-gerak iagi. Dia bangkit iaiu mendekat. Tanpa pegang pergeiangan tangan atau dada teianjang sang Datuk, Nyai Sedap Mentui makium apa yang teiah terjadi.
Sementara begitu terjadi bentrok antara Pendekar 131 dengan Lara Ayu serta Nyai Sedap Mentui dengan Datuk Tangan Binai, di seberang beiakang, terjadi bentrok antara Ratu Sekar Awan dengan Nyai Dua Wajah.
Begitu Joko melompat hendak melerai bentrok antara Bidadari Delapan Samudera dengan Lara Ayu, Nyai Dua Wajah berkeiebat ke arah Ratu Sekar Awan.
atu Sekar Awan kelebatkan tongkat putihnya. Cahaya putih berkibiat menghadang gerakan Nyai Dua Wajah. Nyai Dua Wajah jatuhkan diri sejajar tanah. Lalu berguiingan mendekati Ratu Sekar Awan. Cepatnya gerakan Nyai Dua Wajah membuat Ratu Sekar Awan kaget. Belum berbuat sesuatu, tangan kanan kiri si Nyai sudah berkeiebat iepas pukuian. Tidak tanggung-tanggung. Nyai Dua Wajah langsung iepaskan pukuian 'Tapak Bumi' yang baru didapat dari Datuk Tangan Binai.
Ratu Sekar Awan meiompat cepat. Tongkat diba- batkan ke bawah. Praakkk! atu Sekar Awan menjerit keras. Tongkat putihnya mentai, putus jadi dual Nyai Dua Wajah bangkit sambil tertawa. Laiu meiompat, kembail lepaskan pukulan 'Tapak Bumi' ke arah kepala dan dada Ratu Sekar Awan! Sesaal Ratu Sekar Awan memutuskan hendak memakai senjata miiik murid Pendeta Sinting. Namun kebimbangan menyeruak. Kebimbangan ini berakibat fatai. Karena tahu-tahu kedua tangan Nyai Dua Wajah sudah menderu ke arahnya! Ratu Sekar Awan tercekat. Waiau dengan hebat dia mampu seiamatkan kepaianya dari hantaman tangan iawan, namun dia tidak sanggup seiamatkan dadanya! Bukkk! Ratu Sekar Awan mencelat, muiutnya keiuarkan pekikan keras sekaiigus semburatkan darah! Jatuh terjengkang di atas tanah dengan mata terpejam dan tangan dekap dadanya.
Nyai Dua Wajah berkeiebat, tegak di samping Ratu Sekar Awan sambil berkacak pinggang.
"Sayang.... Akhirnya kau harus mampus sebeium merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan lakilaki!" seru Nyai Dua Wajah. Kaki kanannya bergerak, menghantam kepala sang Ratul Satu setengah jengkal iagl kepaia Ratu Sekar Awan dibuat rengkah, satu geiombang menderu. Kaki Nyai Dua Wajah tertahan di udara. Lalu mentai kembali di samping kaki kiri. Tubuhnya bergoyang-goyang.
Berpaling ke kanan, terilhat Pendekar 131 bungkukkan tubuh dengan dua tangan di atas kepala.
"Hem ...• Dia bukan saja lepas dari pengaruhku, tapl sepertinya Ingatannya kembail pulihl Membatin Nyai Dua Wajah sambil meiirik ke arah Lara Ayu yang tergeietak tak bergerak. Seperti dlketahui, Joko pernah bertemu dengan Nyal Dua Wajah. Saat itu Nyai Dua Wajah berhasli menguasai jaian pikiran Joko yang tengah kehliangan ingatan.
"Dia memillki tenaga dalam tinggl. Apakah aku mampu menghadapinya?!" Nyal Dua Wajah terus berpikir. Nyal Dua Wajah bahkan Joko sendlri dan semua yang ada di situ tldak pernah tahu. Bersamaan dengan penyembuhan yang dilakukan Nyai Sedap Mentui, maka sekaligus saat itu juga limu yang dimiiiki secara tak sengaja dari Siiuman Sungai Kapuk Juga ienyapl Karena pada dasarnya Joko hanya memiliki secara tak sengaja, tidak mempeiajarinya sendiri.
"Nyal Dua Wajah! Harap tinggalkan gals ltul" kata Joko sambil angkat wajahnya.
"Betul Tinggalkan puia tempat Ini!" Satu suara menyahut. Satu bayangan berkelebat. Yang tegak ternyata Nyai Sedap Mentui.
Nyai Dua Wajah berpaling. Dia tersentak meiihat Datuk Tangan Binal tergeietak tak bergerak-gerak tidak buka muiut. Nyal Dua Wa[ah tak mau berlaku bodoh. Kini dia sendirian. Menghadapi beberapa orang yang dia tahu berlimu tinggi berarti cari mampus sia-sla, Dia memandang satu persatu pada semua orang yang ada di tempat ltu.
Nyal Dua Wajah akan pergl! Tapi bukan berarti urusannya seiesal! Selama dunia berkembang, dendam inl akan tetap menggantung! Setiap saat aku akan mencari kaiian!" Nyai Dua Wajah susun kedua tangannya di atas kepaia. Kepaia dan tubuhnya digoyang dua kaii. Saat itu Juga wujudnya berubah, menjadl seorang neneknenekl Yang paling terkejut adaiah Pendekar 131. Dia mendeilk memandangl orang. Nyai Dua Wajah menyeringal, balikkan tubuh laiu berkelebat tinggaikan tempat itu.
Bldadarl Deiapan Samudera melompat ke arah Ratu Sekar Awan. Dla mengeluarkan batu dari baiik pakaiannya. Batu ltu diremas hingga tanggai sedikit.
Tanggalan batu dluiurkan pada Ratu Sekar Awan.
atu.... Telan Ini!" atu Sekar Awan geieng kepala. Matanya memandang sayu pada Bldadar! Deiapan Samudera. Kedua tangannya terus mendekap dadanya.
"Kau tak perlu khawatir bersaiah duga padaku.
Buka muiutmul" ujar Bldadart Deiapan Samudera.
Sesaat Ratu Sekar Awan tetap kancingkan mulut.
Dla bukannya menaruh dugaan buruk pada Bldadarl Deiapan Samudera. Namun dia beium percaya iuka dalam yang diderita akan sembuh dengan meneian batu! Karena tak sabar, Bidadari Deiapan Samudera buka muiut atu Sekar Awan. Tanggaian batu dimasukkan. Walau enggan akhimya Ratu Sekar Awan meneian Juga batu yang sudah berada di muiutnya.
Sesaat dia merasakan panas pada sekujur tubuhnya. Namun iambat iaun hawa panas ltu lenyap. Periahan puia rasa sakit pada dadanya yang terhantam pukulan 'Tapak Bumi' Nyai Dua Wajah berangsur simat Ketika Bidadarl Delapan Samudera mendekati natu Sekar Awan, Nyai Sedap Mentul meiangkah ke arah murid Pendeta Sinting yang masih terkesima meilhat perubahan wujud Nyai Dua Wajah.
"Bagalmana menurutmu?i" Waiau nenek-nenek tapi tetap menggoda, bukan?r Joko hanya menyeringai. Nyai Sedap Mentul tertawa.
"Menurut kabar, kau pernah berbagf suka dengan nenek tadl. Bagalmana rasanya?r "Nekt Jangan bicara tak karuan! Otakku maslh waras. Aku punya banyak kenaian gadls cantlk. Mengapa harus berbagl suka dengan nenek-nenek?i""
"Aku hanya mendengar kabar.... Soal benar tidaknya mungkin kau blsa menanyakan pada temanmu BIdadarl Deiapan Samudera!" Habis berkata begitu, Nyai Sedap Mentuf teruskan iangkah mendekati Lara Ayu. Joko balikkan tubuh lalu mengikuti di belakang si nenek.
"Lara Ayui Kau kenai denganku?l" tanya si nenek sambii jongkok.
"Aku tidak mengenaimu! Yang jeias kau harus kubunuh!"
"Hem.... Bagalmana harus kenai?! Berkenalan saja belum pernah! Hik.... Hik.... HI...I" Nyal Sedap Mentui berpaling pada Joko.
"Datuk Gede Anune! Buka muiut gadis ini!" "Nek! Apa yang akan kau iakukan?! "Jangan banyak tanya! Buka saja mulutnya!" Nyai Sedap Mentui bangkit. Laiu mengangkang di atas tubuh Lara Ayu, pinggul dliuruskan tepat pada wajah sl gadls. Joko terheran-heran.
"Hai! Kau mau buka mulutnya atau tidak?l sentak si nenek.
Waiau ragu-ragu, akhlrnya Joko jongkok dl samping Lara Ayu. Tangan bergerak membuka muiut si gadls. Lara Ayu menyumpah-nyumpah. Suaranya terdegar sember karena mulutnya ternganga.
Nyai Sedap Mentul tekap perutnya. Periahan dla dekatkan pantat pada wajah Lara Ayu. Lara Ayu mendeilk garang. Jcko mengkerut terheran-heran.
Datuk Gede Anune! Awasi Jangan berani kau menglntip bagian bawahktu! Kau bisa kuwaiat! Tidak bisa buang alr besar seumur-umur!" Nek! Kalaupun aku menglntip pasti tidak keiihatan! Tertutup gunung besarmu!" ujar Joko ialu tertawa bergelak. Namun iaksana lrenggut setan, Joko putuskan tawanya ketika tiba-tiba terdengar suara.
Bruttt! Brutttl Bruuuuuuuuuttt! "Sialan! Dia kentut!" Joko tarik pulang tangan dari muiut Lara Ayu.
Hidungnya ditekap rapat, lalu jatuhkan diri berguiingan menjauh. Di beiakang sana Bldadari Deiapan Samudera dan atu Sekar Awan yang sudah sembuh tertawa tertahan-tahan. atu Sekar Awan segera sembuh karena tanggaian batu yang diteian bukan batu blasa. Batu itu adalah batu pemberlan seorang tokoh berlimu sangat tinggl bergelar Wong Linuwih. Batu ltu adaiah batu tanggaian tempat cluduknya.
DI seberang depan., begitu habis keluarkan angin, Nyal Sedap Mentui me!lompat dengan pencet hidungnya. Lalu tertawa bergelak. DI beiakangnya, secara aneh totokan dl tubuh L .ara Ayu buyarl Gadis itu mampu menggerakkan kedua 'tangan. Satu tekap hldung, satu tekap perutnya yang mendadak teraaa mulas! Saat berikutnya tlba-tlba bagian bawah tubuh Lara Ayu terangkat dari tanah! Bruttti Bruttti Bruutttttttttttt Tiga suara kelusir dari baglan bawah tubuh Lara Ayu. Tiga kaii bagian bawah tubuh Lara Ayu tersentak terangkat darl atas temnah.
"Astaga! Dia iku't-ikutan kentutl" desis murid Pendeta SInting. Semertara Bldadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awn.n terkesima. Lalu tertawa tertahantahanl Begltu suara kentut ienyap, Lara Ayu gerakkan kepala sambii bang kit. Dia kernyltkan dahi meiihat Nyai Sedap Mentui. Nan nun tlba-tiba dia meionjak saat matanya menumbuk ssosok Pendekar 131! Laksana terbang dla berlari rnenghambur. Namun begitu sadar akan pakalannya yang tersingkap di sana-sinl, Lara Ayu jatuhkan dlri kemb all dl atas tanah!

*
* *



------------------------------------------------------------

TUJUH

------------------------------------------------------------
KALANG kabut Lara Ayu raplkan pakalannya. Dia iupa bagaimana bis a pakalannya jadi tersingkap terbuka begitu rupa. Yang terlintas adaiah perasaan senang bisa bertemu kembaii dengan murid Pendeta Sinting. Dia bangkit.. Namun setengah tegak, terdengar suara.
"Gadis murahani Apa yang akan kau iakukan?!" Yang berteriak adaiah Bidadari Delapan Samudera.
Berpaiing, Lara Ayu teriengak. Karena tadi terkeslma dengan .Pendekar 131, gadis inl tidak edarkan pandangan berkeiiling, hingga dia tidak tahu kalau Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan berada di tempat itu.
"Gadis asing ceiakai Apa puia yang tengah kau iakukan di tempat int?i" Lara Ayu baias membentak.
Joko kerutkan kenjng. Dia tak tahu kaiau seiama ini ada persaingan antara Bidadari Deiapan Samudera dan Lara Ayu, karena ketika persaingan itu timbui, Pendekar 131 sudah daiam keadaan hifang ingatan.
Bldadari Deiapan Samudera menyeringal.
"Kau IIhat sendiri. Aku tegak melihatmu! Meiihat uiah gliamu! Kau tahu apa yang baru kau lakukan?t Kau sadar mengapa pakaianmu tak karuan?l" Lara Ayu Jadl tersadar. Dia kembail menglngat.
"Aku bertemu seorang nenek bernama Nyai Sanggar Padupan. Dia hendak mengajakku.... Tapi ke mana nenek itu?i" Siapa puia nenek berpinggul besar itu?! Juga gadis cantik di samping gadis keparat itu?!" Bldadari Delapan Samudera tertawa pendek.
"Kalau hanya untuk menjual tubuh, tak perlu jauh-Jauh muncui dl tempat ini!"
"Bldadari jahanaml Jaga mulutmul" sentak Lara Ayu.
"Kau menyuruhku menjaga muiut. Tapi kau tidak bisa menjaga tubuh! Kau berlkan begitu saja tubuh mulusmu pada seorang kakek-kakek! Untuk apa, hah?L Jawab! Untuk apa?!' "Sialan keparat! Kau bicara apa?" Dalam bingungnya Lara Ayu sempat bertanya.
atu Sekar Awan yang tahu semuanya segera hendak buka muiut. Namun Bidadarl Deiapan Samudera mendahulul.
"Aku bicara apa yang kulihat! Kau baru saja bercinta dengan kakek itu!" Tangan Bidadart Delapan Samudera berputar menunjuk pada sosok mayat Datuk Tangan Binai.
"Jangan buka muiut menebar fltnah!"
"Kau bisa tanyakan pada semua orang di tempat ini! Sayang.... Kaiau safa kekasihmu itu tidak mampus, pasti kau akan mendapat keterangan iebih jelas!" Lara Ayu memandang siiih berganti pada Nyai Sedap Mentui, Pendekar 131, dan atu Sekar Awan seolah ingin mencarljawaban. Karena yang dikenai hanya murid Pendeta Siting, akhirnya Lara Ayu bertanya pada Joko. Namun dla tampak bimbang. Daiam hati berkata.
"Apa ingatannya sudah pulth?! Jlka beium, bukan tak mungkin jawabannya akan memojokkan aku!" Lara Ayu akhirnya memutuskan bertanya pada Nyai Sedap Mentui.
"Nek.... Harap kau katakan apa yang teiah terjadi! Aku tak tahu apa-apa.... Aku datang saat semuanya sudah kacaul" jawab sf nenek.
Lara Ayu menoleh pada atu Sekar Awan. Beium sampai bicara, Bidadarl Deiapan Samudera sudah berbisik.
"atu.... Katakan apa yang sudah kau iihati"
"Hail Katakan apa saja yang kau ilhat di tempat ini!" seru Lara Ayu.
atu Sekar Awan terdiam beberapa iama. Dla jadl serba saiah. DI satu sisi dia ingin menjawab. Tapi di sisi iain dia jadl tldak enak dengan Bidadari Deiapan Samudera, karena dia akan menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Ratu! Jawab saja pertanyaannya!" desls Bidadari Deiapan Samudera.
"Sebenarnya...." Ratu Sekar Awan tidak kuasa lanjutkan bicara. Lara Ayu merinding. Dla seoiah tahu kaiau apa yang diucapkan Bldadar! Delapan Samudera benar adanya. Namun karena ingin penjelasan, akhlrnya dla berkata.
"atu!" Lara Ayu ikut memanggii Ratu.
"Katakan saja!" Saat aku datang...." atu Sekar Awan kuatkan hati.
"Kau daiam keadaan...."
"Keadaan apa?! bentak Lara Ayu yang tidak sabar.
Kau berada dl atas tempat tidur bersama Datuk Tangan Binai....
"
"Dusta! Kau pastl bersekongkoi dengan bldadart jahanam Itu!" Aku beium selesal bicara.... Dengarkan dufu!" Aku tidak percaya keteranganmul Kau dusta! Kau berkomplot dengan bidadari celaka itu!"
"Tilak ada yang berkompiot! Kau harusnya sadar! Pakaianmu sudah tersingkap ke mana-manai Apa iagl yang kau lakukan kaiau tidak bercinta dengan kakek itu?!' Menyahut Bidadarl Deiapan Samudera.
Tldakl Tldaki Kaiian blcara bohong! Kaiian sengaja hendak menjatuhkan aku di depan Pendekar 131! "Percuma kau berteriak! Buktinya sudah begitu! Kaiau aku Jadi kau, aku tidak punya muka lagi untuk tegak di depan orangl Lagl pula, kaiau mau bercinta mengapa memiiih kakek-kakek?!" Bidadari Deiapan Samudera terus mengejek.
"Lara Ayu.... Ada beberapa hal yang harus kau dengarl" ujar atu Sekar Awan.
Lara Ayu pejamkan matanya. Tlba-tiba dia berbailk.
Lalu laksana kalap la berlari tinggalkan tempat itu.
"Lara Ayul Tunggul" Pendekar 131 berteriak. Laiu berkelebat mengejar.
Lara Ayu tidak hiraukan terlakan Joko. Dla terus berlarl sekuat yang bisa dia iakukan. Namun gerakannya tertahan ketika tahu-tahu murid Pendeta Sinting tegak dl hadapannya.
"Lara Ayu.... Seharusnya kau mendengarkan keterangan atu Sekar Awan...." Lara Ayutercekat. Bukan karena ucapan Joko, tapi darl nada bicara orang, gadls Ini makium kaiau ingatan Joko sudah puilh. ini membuatnya bergetar! Tampangnya berubah merah mengelam.
"Dla.... Dla sudah pullh. Dia mendengar pemblcaraan tadii Aku...." Lara Ayu kembaii pejamkan mata tak kuasa menahan gejolak hatinya. Saat iain dla putar diri setengah lingkaran.
"Pendekar 131! Jangan berani menglkutlku! Atau kau akan mengadu jiwa dengankul"
"Lara Ayul Tunggui Aku tidak tahu apa yang terjadi! Lebih darl itu aku tldak percaya kaiau kau berbuat giia sepertl itul"
"Kau bicara hanya agar aku senang! Aku menyesal menyusuimu sampai ke tempat celaka inil Tapi aku akan mencari keterangan! Kalau ucapan bidadari keparatmu itu hanya mengada-ada, seumur hldup aku akan mencarinyal"
"Lara Ayu.... Kau biiang tempat Ini tempat ceiakal Sebenarmnya kita Inl ada di mana?i" Aku bertemu dengan beberapa orang aneh yang tldak kukenai...."
"Kau bersama bidadari keparatmu itu. Mengapa tidak bertanya saja padanya?l Kau mau menambah beban berat hatlku, hah?l"
"Waiah.... Mengapa dia jadl salah paham?l" gumam Joko. Lalu berkata.
"Lara Ayu.... Aku tldak berdusta! Aku tidak tahu saat ini berada dl manal"
"Tanyaiah pada bldadarl bangsatmu itu!" sentak Lara Ayu lalu berkeiebat.
Joko hendak mengejar. Tapi dia berpiklir.
"Kaiau kukejar sekarang, pastl dia tetap saiah paham. Lebih balk aku menunggu waktu...." Joko memperhatlkan hingga sosok Lara Ayulenyap. Laiu berbaiik dan berlari ke tempat di mana Bidadari Delapan Samudera, Ratu Sekar Awan, dan Nyal Sedap Mentui berada.
Namun baru saja bergerak, satu bayangan melesat darl samping. Cepatnya gerakan orang Ini membuat Joko terlambat menghindar.
BukkkI Bukkk! Tendangan dan hantaman tangan menghajar bahu dan dada murid Pendeta Sinting. Joko terhuyung, roboh miring di alas tanahl Baru saja bangklt, satu bayangan berkelebat dart samping kanan. Joko berpaiing. Dua tangan terjulur. Bukan lepas hanlaman. tapl sarangkan totokan! Hekkkk! Joko tersentak. Tubuhnya kaku tak blsa bergerak.
Joko mau buka muiut. Tapl satu totokan kembaii bersarang pada tenggorokannya. Mulutnya terkanclng rapat! Cepat! Mereka datang!" Satu suara memperingatkan.
Orang yang baru sarangkan totokan pada Joko cepat bergerak, mengangkat tubuh murld Pendeta Sinting, diiintangkan di atas pundaknya iaiu berkelebat.
Sementara orang yang tadi muncul lepas tendangan dan jotosan berkeiebat pula mengambii jaian beriawanan.
Hanya beberapa saat seteiah da bayangan itu beriaiu, dua orang muncui di tempat ltu. Mereka bukan lain adalah Bldadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan. Mereka putar pandangan sesaat, iaiu terus beriart. Di beiakang sana, Nyai Sedap Mentui enak-enak saja melangkah. Laiu berhent! di tempat mana baru saja Bidadarl Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan berhentl.
"Gila! Ke mana dua orang tadl? Kaiau mau bicart mengapa jauh-jauh amat! Jangan-jangan mereka su dah ngeloyor pulang ke kampungnya!" gumam sl ne nek. Dia putar pandangan dan tengadahkan kepaia.
Di atas dua batangan pohon tldak jauh dari tempat tegaknya sl nenek, dua sosok tubuh mendekam tidak berani membuat gerakan atau suara. Mereka berada di pohon berlainan.
Nyai Sedap Mentul usap wajahnya lalu berkelebat menyusul Bldadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar wan sembarl berkata sendlri.
"Kaiau pemuda itu puiang kampung, berarti aku kehllangan sahabat! Tapi aku percaya. Dia belum balik!" Begitu sosok Nyal Sedap Mentui lenyap di ujung ana, dua bayangan turun melayang dari atas pohon.
Orang yang sebelah kanan memberi isyarat. Orang sebelah kiri bertarike rah orang sebeiah kanan. Orang inl berlari sambii memanggul satu sosok tubuh yang bukan iain adaiah Pendekar 131. Orang yang memangguldoko adalah seorang peempuan berusia Ilma puluh tahunan. Perempuan ini nengenakan rompi hijau melapls baju warna putih.
akaian bawahnya kain panjang sebatas betis yang 4lber! beiahan tengah. Sementara orang yang menung- 3Ju adaiah seorang perempuan cantik setengah baya 'erusia tiga puluh Ima tahunan.
ayi Tunjung Seroja! ikuti akul" kata perempuan setengah baya pada perempuan yang memanggui murid Pendeta Sinting.
Perempuan yang memanggui Joko dan memang ayi Tunjung Seroja adanya anggukkan kepaia. Laiu berblsik.
"Nyai Langen Asmaral Kita ambil saja arah beriawanan dengan mereka!" kata Rayi Tunjung Sero]a kelka meiihat sl perempuan setengah baya yang bukan lain memang Nyai Langen Asmara adanya hendak mengambii jalan ke samping. Nyal Langen Asmara putar pandangan berkelillng.
Lalu anggukkan kepaia. Sesaat kemudian kedua perempuan inl sudah berkelebat mengambii arah berlawanan dengan berkelebatnya Bidadari Deiapan Samudera, atu Sekar Awan dan Nyai Sedap Mentul.

*
* *



------------------------------------------------------------

DELAPAN

------------------------------------------------------------
RAYI Tunjung Seroja lemparkan Pendekar 131 menggeiimpang di atas tanah. Saat lain perempuan Ini jongkok, membebaskan jalan suara Joko. Joko kedip-kedipkan mata beberapa saat. Lalu putar boia matanya memandang pada ayi Tunjung Seroja dan Nyai Langen Asmara.
"Aku tidak kenai mereka! Mengapa membawaku ke sini?l" Joko membatin lalu buka suara.
"Siapa kaiian?i" Mengapa menculik dan membawaku ke tempat ini?! Di mana aku berada?! Katakan apa dosa saiahkul" Hem.... Sejak dia bicara dengan Lara Ayu, aku sudah menduga Ingatan pemuda ini sudah pullh! Berarti keterangan Nyai Langen Asmara benar. Kitab Kldung Seioka sudah ditemukani Ketlkawkubawa tadi, aku sudah menyelldiki. Tapi dia tidak membawa apa-apa. Di mana dia menyimpan kitab itu?i"" Rayl Tunjung Seroja berkata dalam hati. Lalu mendekati Nyal Langen Asmara.
"Nyai.... Ada yang belum kukatakan padamu. Sebeium muncui di kawasan ini, Pendekar 131 daiam keadaan hifang ingatan! Tapi sepertinya dia sudah sembuhl" Hem.... Tak heran saat bertemu denganku tempo hari, slkapnya seperti orang glia! Syukur kaiau sekarang ingatannya sudah kembaiil Aku iebih mudah menanyakan di mana berada kitab itu!" Habis berkata begitu, Nyai Langen Asmara mendekatl Joko. Tapi Rayl Tunjung Seroja pegang lengannya.
"Nyai! Blar aku saja yang menanyakanl" Rayi Tun- jung Sero]a melompat, tegak di samping murid Pendeta Sinting dan berkata.
Pendekar 131! Di mana Kitab Kidung Seioka kau simpan?i" Kalau kau bicara terus terang, kematlanmu akan tertundal"
"Akhir-akhir int banyak orang menginginkan kematianku dengan alasan kitabi Padahai aku tldak tahu menahu tentang kitab! Tanyakan saja urusan iain.
Mungkin aku bisa menjawab...." Bukkk ayi Tunjung Seroja kirimkan tendangan. Joko mengeluh, menceiat berguiing-guling dan terhenti telungkup. ayi Tunjung Seroja melompat. Dengan kaki kiri dia sentakkan tubuh murid Pendeta Sinting hingga berguling teientang.
"Siapa kau?l" Joko bertanya.
"Kau pasti orang baru di tempat inil" Mendengar pertanyaan Joko, Nyai Langen Asmara kerutkan dahi.
"Rayi Tunjung Sero]a mengatakan punya hubungan dengan pemuda itu, tapl mengapa pemuda itu tidak mengenaiinya?i" Pemuda itu ingatannya sudah pulih, setidaknya dia bisa mengenail Rayi Tunjung Seroja. Hem.... Sepertinya ada yang tidak berest Janganjangan perempuan itu hendak menipukul" Nyai Langen Asmara meiompat, tegak di samping ayi Tunjung Seroja. Dia hendak ut~rakan kejanggaian yang didengarnya. Tapi tampaknya Rayi Tunjung Seroja biaa membaca apa yang ada daiam benak orang. Sebelum Nyai Langen Asmara buka mulut, Rayi Tunjung Seroja mendahului.
"Nyal.... Ingatannya baru puiih. Tak mungkin ia segera mengenalikul Juga jangan lupa. Manusla stu ini sangat cerdikl Bukan mustahil la sudah mengenaiiku, tapi pure-pura tidak pernah bertemul"
"Kau biiang hendak membunuhnya jika bertem dengan pemuda inil Apa kau akan teruskan niatmu': tanya Nyal Langen Asmara. Tlba-tiba Joko tertawa.
"Aku tidak bodohl Sebelum kaiian mendapatkan apa yang kalian mau, kaiian tak bakalan membunuhkul"
"Hem.... Aku harus pura-pura hendak membunuhnya agar Nyai Langen Asmara tidak menaruh curiga padakul" Membatin Rayl Tunjung Seroja. Lalu berteriak.
"Masalah kitab bukan menjadi ganjalan niatku untuk membunuhmu, Pendekar 131!" Rayi Tunjung Sero]a keiebatkan tangan kanan, menghantam kepaia murld Pendeta Sinting.
Nyai Langen Asmara cepat menghadang, mencekai tangan Rayi Tunjung Sero]a dan disentakkan ke beiakang.
"Jangan beriaku gila! Sebelum keterangan kitab ltu kudapatkan, aku tak akan membiarkan nyawanya meiayang!"
"Baiki Aku memberimu kesempatan untuk mengorek keterangan dari muiutnya! Setelah itu nyawanya kukirim ke nerakal" teriak ayi Tunjung Seroja.
Mendengar dan meiihat apa yang dikatakan ayi Tunjung Seroja mau tak mau kuduk Pendekar 131 jal dingin. Dia kerahkan tenaga dalam berusaha membebaskan diri. Tapi dla tidak berhasii.
"Pendekar 131! Aku hanya bertanya satu kail Katakan di mana kau simpan Kitab Kidung Seioka!" tanya Nyai Langen Asmara.
"Kaiian semua saiah aiamat bertanya padaku! Aku 131! bukan Pendekar Tapi Datuk Gede Anune!" Joko coba berkiiah.
Nyai Langen Asmara tertawa.
"Siapa pun kau adanya, Pendekar 131 atau Datuk Gede Anunel Aku bertanya. DI mana kltab itu?l" Balkiah. Aku akan mengatakan. Tapi katakan duiu slapa kalian adanyal" Akhimnya Joko menjawab.
"Aku Nyai Langen Asmara. Dla...." Nyai Langen Asmara menunjuk pada Rayi Tunjung Sero]a.
"Orang yang perah punya hubungan denganmu. Rayl Tunjung Seroja!"
"Pemah punya hubungan denganku?! Ha.... Ha....
Ha...! Hubungan apa?!"
"Hubungan apa lagi kalau tidak hubungan cinta?l Kau mengkhlanatinya hingga dla membekal dendam kesumat membunuhmui" jawab Nyai Langen Asmara.
Joko tertawa iagi meski dalam hati terus mendugaduga. Jelas. Aku tidak pernah bertemu dengan perempuan bernama Rayi Tunjung Sero]a itul Apalagi sampai punya hubungan cintal Aneh.... Mengapa dia mengarang cerita seram begitu?i" Jangan-jangan di balik karangan ceritanya dia menyimpan sesuatu!"
"Nyai Langen Asmara! Jangan percaya keterangannya! Aku tidak kenai dengan perempuan temanmu tu! Apalagl sampai punya hubungan cintal Aku tidak buta. Kalau disuruh memiiih, daripada berhubungan dengan dla, mengapa tidak denganmu saja?l Kau lebih uda, iebih cantik, lebih bahenol.... Kau mau denganku, bukan?! Nyai Langen Asmara menoleh pada ayi Tunjung Seroja. ayi Tunjung Sero]a menyeringal.
"Nyai! Ter.
serah padamu. Percaya padaku atau pada pemuda jahanam itu! Namun yang jelas aku tetap akan membunuhnya!"
"ayii Kau sudah kuanggap sahabat! Jangan kau menyembunyikan sesuatu! Katakan terus terang 8Pa maumu sebenarnya mencari Datuk Gede Anune itul Aku sudah mengatakan padamu!" jawab ayi Tunjung Sero]a.
"Rayi! Sebenarnya [arang aku iangsung menerima orang asing sebagai sahabati Kau harus tahu dirt. Kau berpijak di kawasan asing! Aku minta kau berterus terang!"
"Kawasan asing?l" gumam murid Pendeta Sinting yang memang belum tahu kaiau saat ini berada di kawasan bawah jurang yang seiama ini tidak diduga orang.
"Nyal! Harap katakam di mana aku berada!" Joko berteriak.
"Datuk Gede Anunel Kau berada di lHngkungan asing, dl bawah jurangt Jauh dari kampung haiamanmul Mak a kalau kau tidak mau mengatakan di mana beradanya itab itu, jangan berpikir kau bisa kembail Kau akan ter'kubur di sin tanpa dlketahui orangl"
"Aneh.... Lalu bagaimana Bidadari Delapan Samudera dan Lara Ayu blsa berada di sini puia?l"
"Mereka memang dltakdirkan mampus Jauh dari kampung halamannyal" sahut Nyai Langen Asmara.
Baru saja Nyal Langen Asmara berkata begitu, sekonyong-konyong Rayi Tunjung Seroja maju satu langgkah. Saat bersamaan kedua tangannya berkeiebat, lepas pukuian! Bukan ke arah murid Pendeta Sinting, tapi ke arah Nyai Langen Asmara! Bukkkl BukkkI Karena tidak menduga, teriambat Nyai Langen Asmara berkeiit selamatkan diri menghadang pukulan.
Mulutnya mengeluarkan pekikan keras, tubuhnya langsung terjajar roboh. Rayi Tunjung Seroja tak mau memberi kesempatan. Dla melompat, sarangkan totokan pada Nyai Langen Asmara! Nyai Langen Asmara tercekat, tak mampu menggerakkan tubuh! "Aku sudah menduga! Aku sudah mengira! Kau menyimpan sesuatu!" teriak Nyai Langen Asmara Sementara melihat apa yang dilakukan Rayi Tunjung Seroja, Joko terlengak. Ratu Tunjung Seroja tegak kacak pinggang di samping Nyai Langen Asmara.
"Nyai! Sayang kau terlambat! Sekarang kukatakan terus terang! Aku mencari pemuda itu bukan karena punya dendam kesumat, punya hubungan cinta! Tapi semata-mata karena aku menginginkan Kitab Kidung Seloka!" "Jahanam bangsat! Aku bersumpah akan membunuhmul" Jerit Nyai Langen Asmara.
"Bicaraiah Sesukamu! Ini hari terakhir kau bisa bicara!" Sambit tertawa Rayi Tunjung Seroja mendekati Pendekar 131.
"Pendekar 131 kita berasal dari kawasan yang sama! Aku muncul ditempat celaka ini, bersama kekasihmu Bidadari Delapan Samudera dan Lara Ayu. Aku akan menyelamatkanmu dan mempertemukan kau dengan dua gadis itu. Tapi sebagai imbalannya, katakan dimana kitab itu!"
"Aku tidak tahu! Aku tidak tahu!!"
"Dari keterangan Nyai keparat itu, kau membawa kitab itu bersama Nayi Sedap Mentul! Apa kitab itu dibawa nenek temanmu itu?!"
"Mungkin.... Mungkin sajal" Hem.... Aku akan memertksanya sekaii iagl. Kalau tldak kutemukan pada dirinya, pasti kitab itu ada di tangan Nyai Sedap Mentul!" gumam ayi Tunjung Seroja. Lalu jongkok di samping Joko. Kedua tangannya guiingkan tubuh murid Pendeta Sinting hingga tengkurap. Perempuan ini meski tadi sudah menyeiidlk ketika membawa iari Pendekar 131, tapi dia beium yakin. Rayi Tunjung Seroja meraba bagian beiakang tubuh murid Pendeta Sinting yang hanya mengenakan celana panjang putih. Nyai Langen Asmara memperhatikan dengan geram. Saat itulah mendadak terdengar suara orang.
Yang enak di baglan depan. Mengapa mencarl di bagian beiakang?! Hik .... Hlk •... Hlk .. .! Jangan-jangan kau nenek yang suka bokong pemuda! Hik.... Hik.... Hik...l" Tersentak kaget, Rayi Tunjung Seroja meiompat bangkit, edarkan pandangan berkeiiiing. Namun sejauh ini dia tidak meiihat siapa-siapa! Manusia atau setan yang baru bicara! Tunjukkan tampangmul" teriak ayi Tunjung Seroja. Tenaga daiam dikerahkan pada kedua tangannya.
"Sebagai perempuan aku maiu meiihatmul Apa di iingkungan perempuan iebih suka dengan bokong pem.uda darlpada bagian depannya?! Hik.... Hik.... Hik...I" tera'engar suara sahutan. 'idak semuanya begitu! Yang satu ini memang aneh!" toko menyahut.
Karena tidak mellhat orang yang bicara, dan Joko ikut-ikutan menimpaii, Rayi Tunjung Seroja tumpahkan kemarahan pada murid Pendeta Sinting. Dia menggeram lalu kirimkan tendangan.
Desssi Joko berseru. Tubuhnya menceiat ke udara. Saat ituiah satu bayangan berkeiebat. Tegak dengan tadahkan dua tangan, menyambut iuncuran tubuh Pendekar 131! Piukkki Joko jatuh di pangkuan dua tangan orang.
Memandang ke atas, Joko meiihat seraut wajah seorang nenek berambut putih pendek dibelah tengah.
Walau kuiit wajahnya sudah mengeriput, tapi nenek ini masih memakai bedak tebal. Bibir dipoles sedikit merah.
Si nenek tersenyum, kedipkan mata kiri kanan bergantian, iaiu enak saja campakkan sosok murid Pendeta Sinting, terbanting di atas tanahi Bukkk! Joko berseru tertahan. Namun bersamaan dengan itu dia bisa menggerakkan anggota tubuhnyai Satu tanda kaiau yang diiakukan si nenek bukan sekadar campakkan murid Pendeta Sinting, namun sekaligus membebaskan totokan yang disarangkan Rayl T unjung Seroja.
"Terima kasih, Nek.... Bisa berkenalan denganmu?!" ujar Joko.
Di seberang samping, Nyai Langen Asmara mendesis.
"Nyai Seiayang Kuningi" Si nenek berambut pendek kibaskan bagian bawah pakaiannya yang berupa baju terusan warna kuning.
Baju itu panjangnya di atas lutut. Bagian bawah sengaja diberi rumbai-rumbai berkeiiiing. Nenek ini bukan iain adaiah Nyal Seiayang Kuning adanya.
"Datuk Gede Anune! Aku Nyai Seiayang Kuning!" Si nenek bisa mengenaii Joko bukan karena mendengar pembicaraan Joko, Rayi Tunjung Seroja dan Nyai Langen Asmara. Tapi sebenamnya dia pernah meiihat Joko saat bersama dengan Nyai Dua Wajah. Dia juga pernah menyeiamatkan Ratu Sekar Awan dari tangan maut Datuk Kipas Naga. Saat bersama atu Sekar Awan ituiah tanpa sengaja dia meiihat Joko kembaii yang saat itu bersama Bidadari Delapan Samudera dan Nyai Sedap Mentul. Di situ puia dia sempat mendengarkan adu muiut antara Bidadari Deiapan Samudera dengan Ratu Sekar Awan. Karena tak mau meiibatkan diri, akhirnya nenek ini pergi, Meiihat kemuncuian orang yang sekaiigus membebaskan totokan Joko, ayi Tunjung Seroja jadi berang. Sekaii bergerak, dla sudah tegak di hadapan Nyai Selayang Kuning.
"Siapa kau sebenamnya?l" Waiau sudah mendengar saat memperkenaikan diri, namun Rayi Tunjung Seroja bertanya juga.
"Aku Nyai Selayang Kuning! Kau siapa?l" Dia ayi Anune Gede! Waiah.... Aku saiah! Dia ayi Tunjung Anune! Eh.... FHayi Tunjung Serojai" Yang menyahut Pendekar 131, ialu tertawa bergeiak. Tampang ayi Tunjurg Seroja merah mengeiam "Mengapa kau menyeiamatkan Apa hubungan dengannya, hah?l"
"Aku hanya meiihat, bahwa antara aku dan dia sama-sama punya anul" EEnak saja si nenek menjawab.
"Waiau bentuk keadaannya berbedai Hik.... Hik.... Hik...! Joko menyahut.
Kau menginginkan kitab itu juga?i"" tanya Rayi Tunjung Seroja.
Nyai Selayang Kuning geleng kepaia.
"Aku hanya ingin kawasan ini aman tenteram seperti sebelum kedatangan kailan semua! Sejak muncuinya kalian, seantero tempat ini bergoiak! Aku minta kalian semua pulang ke kampung haiaman sendiri! Berebutlah kitab di sanal"
"Seteiah kitab itu kudapatkan, aku akan pergi!" Tungguiah di kampung halamanmu! Kitab itu akan ada di sanal"
"Kitab itu ada di kawasan inil"
"Kalau begitu maumu terserah! Sekarang aku akan membawa Datuk Gede Anune! Dla akan kuantar kembaii ke kampung haiamannya!" Nyai Seiayang Kuning berpailng pada Joko.
"Datuk Gede Anune! Kau harus segera pergi dari tempat ini! Kau biang ricuhnya kawasan Ini! Ayo! ikut aku! "Nyal! Tunggu! Bebaskan aku dahulul" teriak Nyai Langen Asmara. Nyai Seiayang Kuning seolah tidak mendenngar teriakan orang. Bahkan ketika Pendekar 131 hendak berbaiik, si nenek pegang iengannya laiu berbislk.
"Kaiau kau dengarkan, kau tak akan bertemu lagi dengan gadis-gadis kekasihmu! Dua hari dl muka, tung gulah di Pesanggrahan Sewu!"
"Nek! Siapa yang kau maksud?! Di mana pula Pesanggrahan Sewu?! Nantl akan kuberi tahu!" bislk si nenek lalu berkeiebat . Joko melirik sesaat pada Rayi Tunjung Seroja.
Joko merasa heran, perempuan itu tidak berusaha menghaiangl kepergiannya.
Di lain pihak, sambil tegak memperhatlkan Nyai Selayang Kuning dan Pendekar 131 yang berkeiebat pergi, Rayi Tunjung Seroja membatin.
Dikira aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan! Kaiau saja mereka tidak sebutkan tempat, tak bakalan mereka kubiarkan pergi! Sekarang aku harus tahu di mana Pesanggrahan Sewu!" Nyai Tunjung Seroja berbaiik. Sekali meiompat sudah tegak di samping Nyai Langen Asmara.
"Hail Katakan di mana ietak Pesanggrahan Sewu!" Nyal Langen Asmara tidak menjawab. Rayi TunJung Sero[a bungkukkan tubuh. Tangan kanannya bergerak.
Piakkk! Kepaia Nyai Langen Asmara teieng ke kanan.
Darah mengucur dari muiutnya.
"Di mana ietak Pesanggrahan Sewu!" kembaii Rayi Tunjung Seroja ajukan pertanyaan. Tangan kanan tetap di udara siap kembaii kirimkan tamparan.
"Aku tak akan menjawab! Aku tak takut matl!" Piaakkk! Satu tamparan kembali mendarat di wajah Nyal Langen Asmara. Darah kin! mengucur puia dari hidungnya.
"Dimana Pesanggrahan Sewu!" teriak Rayl Tunjung Seroja setengah menjerit.
Aku akan mengatakannya. Tapi bawa serta aku ke sana! Kaiau tldak, tanyaiah pada setan jaianan!" Rayl Tunjung Seroja menggeram.
"Bertanya pada orang lain percu ma! Lebih baik dia kubawa serta! Dia sudah tidak bisa bergerak. Mustahii dia bisa berbuat macam-macam! Baik! Aku akan membawamu serta! Kau sebagai penunjuk jalannya! Kaiau kau berani memperdayaka aku menuju tempat iain, nyawamu akan kugantung! Kau kubuat mati tidak, hidup pun hanya menunggu ajail" Nyai Langen Asmara menyerlngal. Lalu berkata.
"K au menginginkan kitab itu. Mengapa kau biarkan mereka pergi?! Apa puia yang akan kau cari di Pe- sanggrahan Sewu?i"" Aku tidak bodoh sepertimu! Mereka sengaja kubiarkan hldup. Tapi tidak iama!"
"Kau beium tahu siapa Nyai Seiayang Kuning...."
"Persetan siapa dia adanya! Kaiau aku bisa menipumu, kau pikir aku tak sanggup menipunya?i""
"Rayi.... Kaiau saja kau membebaskan aku. Aku...." Beium habis ucapan Nyai Langen Asmara, Rayi Tunjung Seroja menyahut.
Untuk tipu menipu, kau perlu belajar iebih banyak iagii" ayi Tunjung Seroja tertawa panjang. Laiu raih tubh Nyai Langen Asmara, disentakkan ke udara. Nyai Langen Asmara menjerit. Dia jatuh terduduk di atas taneh. Rayi Tunjung Seroja keraskan tawanya. Bungkukkkan tubuh, meraih tangan kanan Nyai Langen Asmara. Saat iain dia sudah melangkah dengan menyeret Nyal Langen Asmara!

*
* *



------------------------------------------------------------

SEMBILAN

------------------------------------------------------------
BIDADARI Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan duduk berdampingan di pawah sebuah pohon di tepian danau. Mereka tldak ada yang buka mulut. Pandangan mereka jauh ke depan.
Setelah saiing berdiam diri, akhirnya Bidadari Deiapan Samudera memecah keblsuan.
"Kita sudah iama mencari. Tap! Pendekar 131 juga Nyal Sedap Mentui tidak kita temukan. Aku menduga Pendekar 131 digaet gadls liar Lara Ayu itui Pendekar 131 sudah sembuh.
Tapl dia pergi bersama Lara Ayu. Percuma sekarang aku berada di tempat inl. Aku akan kembali saja.... Kau bisa menunjukkan jalannya?i"" atu Sekar Awan berpaling.
"Satu-satunya jaian hanya iewat perbatasan jurang itui Tapl apakah tldak sebaiknya kau menunggu...?!" Satu hari dl muka adalah hari perjanjian kita bertemu dengan Nyal Sedap Mentui dl Pesanggrahan Sewu." Pertemuan itu tak ada perlunya lagll Nyal Sedap Mentui dan Pendekar 131 sudah terpisahi" Ketika mengejar Pendekar 131 yang menglkuli perginya Lara Ayu, Bidadart Deiapan Samudera dan Ratu Sekar Awan akhimya kehiiangen jejak karena tibatiba muncut Rayi Tunjung Seroja dan Nyal Langen Asmara yang mencuiik Joko. Dua gadis itu akhirnya kembail hendak menemui Nyal Sedap Mentui. Tapi begitu tiba kembaii di mana tadi Nyal Sedap Mentul berada, ternyata si nenek sudah tidak ada. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari. Namun sejauh lni mereka tidak bertemu dengan orang yang dicari. Bidadari Deiapan Samudera bangkit.
"Ratu Sekar Awan... aku akan pergi sekarang. Kalau kelak bertemu dengan Pendekar 131, sampalkan saja salamku padanya...!"
"Kaiau begitu kemauanmu, aku tidak bisa mencegah. Aku akan penuhi pesanmu...!" Ratu Sekar Awan lkut bangkit. Aku akan mengantarmu sampai depan batas jurang." Baru saja mereka berbalik hendak melangkah, mendadak mereka meiihat orang melangkah. Orang ini tidak sendirian. Dia menyeret seseorang di sebeiahnya.
"Astaga! Bukankah dia Nyai Tunjung Seroja?l" desls Bidadari Delapan Sar,mudera. Dia berkelebat. Ratu Sekar Awan mengikuti. Orang yang meiangkah sambil menyeret seseorang dan bukan iain memang Rayi Tunjung Seroja adanya berhentl. Walau kaget, tapi dia cepat sunggingkan senyum dan berkata.
"Syukur kau selamat, Bidadari Delapan Samudera.
Aku senang bisa melihatmu lagl! Siapa gadis di sebelahmu itu?!"
"Dia sahabatku Ratu Sekar Awan." Ratu Sekar Awan anggukkan kepala. Saat ituiah dia surutkan iangkah begitu mengetahui siapa adanya orang di samping Rayi Tunjung Seroja.
"Kalau tidak salah, bukankah dia Nyai Langen Asmar a?! Mengapa dengannya?! Ada apa antara merea?l Ratu Sekar Awan maju, memperhatikan orang yang diseret Rayi Tunjung Seroja.
"Bukankah dia Nyai Langen Asmara?!" tanya sang Ratu. ayi Tunjung Seroja anggukkan kepala. Nyai Langen Asmara putar boia matanya. Laiu buka muiut. Namun suaranya belum keiuar, Rayi Tunjung Seroja mendahuiui.
Bidadard Deiapan Samudera. Kau hendak ke mana?l"
"ayi.... Aku memutuskan untuk kembail saja...."
"Apa urusanmu sudah seiesai?! Tanpa Pendekar 131 dl samplngmu, kurasa urusanmu maslh menggantung di tempat ini!"
"Sebenarnya urusanku sudah selesai. Tapi tampaknya timbul urusan yang tidak kuduga. Daiam hai ini aku memutuskan tidak ikut campuri Kau sendiri hendak ke mana? Laiu mengapa dengan orang itu?i""
"Aku ingin member! penjeiasan. Sayang aku harus segerapergi! Tak iama iagi elau juga memutuskan untuk kembali! Lama-lama di tempat ini aku bisa ceiaka!" Pertarna kali bertemu dia bilang hendak membantuku. Tapi tampaknya dia sekarang berjaian sendiri.
Hem.... Apa seiama ini dia menyembunyikan maksud tertentu?! Ah.... itu urusannya." Bldadari Deiapan Samudera membatin.
Rayi Tunjung Seroja sendiri sebenarnya juga berkata daiam hatL.
"Menurut pembicaraan Nyai Selayang Kuning dan Pendekar 131, Pendekar 131 akan dipertemukan dengan kekasihnya. Tapi mengapa Bidadari Deiapan Samudera biliang hendak kembair?! Apa dia tldak berterus terang padaku?! Dia bukan hendak kembail. Tapi akan menuju Pesanggrahan Sewul Hem...." ayi Tunjung Seroja melirik sesaat pada atu Sekar Awan. Laiu tanpa buka muiut, dia teruskan langkah.
Ratu Sekar Awan mendekat.
"Boieh aku bicara dengan dia?!" atu Sekar Awan menunjuk Nyai Langen Asmara.
"Waktuku tidak banyakMy" atu Sekar Awan tidak hlraukan Rayl Tunjung Seroja. Dla berkata.
"Nyal Lan gen Asmara! Apa yang teiah terjadi?i" Kalian hendak ke mana?i""
"Dia memintaku tunjulkkan jalan ke Pesanggrahan Sewu! Bukkki Tubuh Nyal Langen Asmara tersentak terhantam tendangan Rayi Tunjung Seroja. Kalau saja tangan Nyai Langen Asmara tidak di pegang Rayi Tunjung Seroje niscaya sosok Nyai Langen Asmara akan mencelat.
"Aku tak tahu apa ma,ksudnya! Yang jelas dia menginginkan Kitab Kidung 'Seiokal" Nyai Langen Asmare kembaii buka muiut.
Yang paling terkejur! adalah Bldadari Deiapan Samudera. Dia menatap tzjam ke arah Rayi Tunjung Se roja. Perempuan ini me nyeringai, lalu berkata.
Aka memang herdak ke Pesanggrahan Sewui Tapi tidak ada kaitanny a dengan Kitab Kidung Seioka! Lebih dari itu, aku sama sekall tidak menginglnkar kitab itul" Ratu Sekar Awan fiendak berkata. Namun Bidadar Deiapan Samudera me:ndekati, pegang lengannya dan berkata.
"Ratu.... ayi Turjung Seroja adalah sahabatku Aku percaya dengan eterangannyal"
"Terima kasih, Biudadant. Tlak lama lagi kita aka bertemu di luar kawasan ini. Aku akan bercerita banyal apa yang terjadi...." Habis berkata loegitu, Rayi Tunjung Seroja terus kan iangkah. Nyai Langen Asmara tersentak-sentak di sampingnya. Tlba-tiba perempuan setengah baya ini berterlak.
"Ratu Sekar Awani Kau jangan percaya! Aku dan bangsat ini yang mencuiik dan membawa kabur Pendekar 131 Datuk Gede Anunel Pemuda itu.... Hekkkki" Suara Nyai Langen Asmara putus laksana direnggut setan, karena bersaman itu Rayi Tunjung Seroja totok jaian suara Nyai Langen Asmara.
"Kailan berdual" kata Rayi Tunjung Seroja.
"Perempuan ini mengaiaml naslb buruk karena berani bicara tidak karuan padaku! Kaiian jangan percaya dengan ucapannyal" Aku percaya padamu, Rayi!" terlak Bldadari Deiapan Samudera.
ayi Tunjung Seroja teruskan langkah. Bidadari Delapan Samudera berpaiing pada Ratu Sekar Awan.
"Ratu.... Sebenarnya aku punya dugaan, ada yang tak beres! Kalau aku tad mencegahmu, semata-mata aku tak Ingin rtbutl Aku ingin menyelidiki!"
"Nyai Langen Asmara.... Dia memang bukan orang baik-baik. Tapi kail in! tampaknya dia tidak berdusta! Kita ikuti mereka!" Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera memandang pada Rayi Tunjung Seroja di depan sana.
Saat ialn mereka berlari mengendap-endap mengikuti.
Di sebuah kaiokan, Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera berhenti. Memandang berkeiliing mereka tidak meiihat Rayi Tunjung Seroja.
Ke mana mereka?l" bisik Bidadari Deiapan Samudera.
Beium sampai terjawab, satu bayangan meiuncur dari atas pohon.
"Kalian pikir aku bodoh?!" ayi Tunjung Seroja tegak di hadapan Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera.
"Bidadari Deiapan Samudera! Aku menyesai mellhat uiahmu!" Sikapmu yang membuatku curigai Seiama ini tampaknya kau mempunyai maksud tertentu!" jawab Bidadari Deiapan Samudera.
Sementara Ratu Sekar Awan meiirik ke arah pohon dari mana ayi Tunjung Seroja meiayang turun. Di atas satu batangan pohon, tampak Nyai Langen Asmara meiintang diam.
"Bidadari! Kau jauh iebih percaya dengan ucapan orang daripada ucapankui Kuminta kau kembail! Atau terpaksa persahabatan kita berakhir dengan tumpahnya darah!" ayi! Katakan saja apa yang teraimpan daiam benakmui Kau menginginkan kitab itu, bukan?i"" tanya Bidadari Deiapan Samudera.
Kau memaksa. Baiki Au memang menginginkan kitab itu!"
"Aku tidak menduga sebeiumnya .•• "Sekarang kau sudah tahu. Tapi hal ini harus kau bayar! Aku ingin nyawamu!" Rayi Tunjung Seroja menyergap, iangsung kirimkan tendangan dahsyat. Bidadari Deiapan Samudera mundur. Kedua tangan diangkat.
Bukkk! Bukkk! ayi Tunjung Seroja terjajar satu iangkah, tegak terhuyung-huyung. Bidadari Deiapan Samudera tersurut tlga tindak. Saat ituiah tiba-tiba Rayl Tunjung Seroja hantamkan kedua tangannya beruiang kaii. Bu- kan ke arah Bidadari Deiapan Samudera, tapi ke arah tanah di samping kiri kanan tempat .tegaknya Bidadari Deiapan Sarnude ra.
Bldadari Deiapan Samudera rasakan tanah pijakannya bergetar keras. Beium sampai tahu apa yang diiakukan orang, dia merasakan tanah yang dipijak laksana disedot dari bawah! Bidadari Deiapan Samudera menjerit kaget saat mendapati sosoknya meiuncur ke bawah! Gadis Ini cepat meiompat. Namun bersamaan itu lamping tanah yang sudah ambrol ke bawah berguguran, menguru kaki Bidadari Deiapan Samudera! Bidadari Deiapan Samudera coba lesatkan dirt. Anehnya dia merasakan sekujur tubuhnya kaku! Kedua kakinya tidak bisa digerakkan, masuk terpendam sebatas paha ke daiam tanah! Ratu Sekar Awan cepat meiompat, hendak menoiong Bidadari Deiapan Samudera. Tapi ayi Tunjung Seroja meiompat, menghadang. Tanpa banyak muiut Rayi Tunjung Seroja iepas pukuian tangan kosong bertenaga daiam tinggi. Ratu Sekar Awan menyambut dengan sentakkan kedua tangannya.
Bummm! Bummm! Dua ietusan keras mengguncang tempat itu. Rayi Tunjung Seroja jatuh terduduk, parasnya berubah. D! iain pihak, Ratu Sekar Awan jatuh terguiing. Tapi gadis cantik ini cepat bangkit. Saat ituiah Bidadari Deiapan Samudera angkat kedua tangannya.
Rayi Tunjung Seroja tidak mau meiadeni. Meiihat gerakan kedua tangan Bidadari Deiapan Samudera, dia cepat meiompat, tegak beberapa iangkah di beiakang Bidadari Deiapan Samudera. Bidadari Deiapan Samu- pakaian semburat! "Kau ...." Hanya itu yang mampu terucap dari muiut Rayi Tunjung Seroja. Perempuan ini tewas dengan kuiit memutihi Ratu Sekar Awan mengheia napas dalam. Bidadari Deiapan Samudera meiompat.
"atu! Apa maksudmu tidak mau mengatakan jika cermin itu ada di tanganmu?! Laiu mana Pedang Tumpu 13121 "Maafkan aku.... Aku tldak punya niat apa-apa. Aku hanya ingin menyerahkan sendiri pada Pendekar 131.... Sekarang kau sudah tahu. Senjata ini kuberikan padamu." atu Sekar Awan uiurkan Cermin Bayangan Dewa dengan tangan kanan. Tangan kiri menyeiinap ke baiik pakaian hendak mengambii Pedang Tumpui 131.
Bidadari Deiapan Samudera bukannya menyambut cermin, tapi memandang pada Ratu Sekar Awan. Ratu Sekar Awan tersenyum. Tangan kiri yang sudah memegang Pedang Tumpui 131 diulurkan puia pada Bidadari Deiapan Samudera.
Terimaiah...." Bidadari Deiapan Samudera geieng kepaia.
"Aku percaya dengan ketuiusanmu. Kita teruskan menuju Pesanggrahan Sewu. Serahkan senjata itu pada Pende kar 131 kaiau dia muncui di sana." Ratu Sekar Awan tarik kedua tangannya. Namun baru setengah jaian mendadak satu bayangan berkelebat. Geiombang angln dahsyat menderui Bidadari Deiapan Samudera lerjengkang duduk.
Ratu Sekar Awan merasakan kedua tangannya laksana dibetot. Lalu roboh teientang di atas tanahi Pedang Tumpui 131 serta Cermin Bayangan Dewa ienyap dari kedua tangannyai Hampir berbarengan Bidadart Deiapan Samudera dan atu Sekar Awan bangkit. Namun baru setengah tegak, dua cahaya merah berkibiati atu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera kembail roboh terjengkang. Bahu masing-masing kepuikan asap. Sadar spa yang terjadl kedua gadis inl cepat totok jalan darah dl sekitat bahu yang ternyata kuiitnya mengelupas! Memandang ke depan mereka melihat seorang laki-iaki berteianjang dada dengan rambut awut-awutan menutupi sebagian wajahnya. Pada dadanya terilhat gambar kipas bergagang kepaia naga.
Di sebeiah lakl-taki Inl tegak seorang perempuan berseiubung kain hitam, hingga tidak bisa dikenail tampangnya. Perempuan Ini tegak dengan tangan kiri memegang Pedang Tumpui 131,tangan kanan menggenggam Cermin Bayangan Dewai "Datuk Kipas Naga!" desis Batu Sekar Awan.
Laki-iakl bertelanjang dada yang memang Datuk Kipas Naga adanya tertawa. Tangan kanan diiuruhkan ke bawah. Saat tangannya diangkat, di tangannya terlihat sebuah kipas berwarna merah bergambar kepaia naga.
atu Sekar Awani Takdir menentukan kita bertemu iagi! Padahal aku hendak pergi jauh! Dengan pedang, cermin, serta kipas di tangankt, sepertinya aku menunda kepergianku! Aku dengar apa yang kau blcarakani Kalian hendak menuju Pesanggrahan Sewu untuk bertemu dengan Pendekar 131i Ratu Sekar Awan berpaling pada perempuan berselubung di samping Datuk Ktpas Naga.
"Serahkan kembaii cermin dan pedang itu!" Si perempuan tidak menyahut. Tapi berpailng pada sang Datuk. Datuk Kipas Naga berucap.
"Aku akan iuiuskan permintaanmu. Tapi akan kutukar dengan Kitab Kidung Seioka!" Aku tidak membawa kitab itu!"
"Aku tahu siapa yang membawanya!" Habis berucap begitu, Datuk KIpas Naga keiebatkan kipas merahnya. Satu cahaya merah membentuk iingkaran meiesat ke depan. Tanah di tempat ltu bergetar keras. Ratu Sekar Awan dan Bidadari Delapan Samudera menjert. Tubuh mereka menceiat, jatuh tergeietak di atas tanah! Perempuan di samping Datuk Kipas Naga simpan cermin dan pedang di baiik pakaiannya. Laiu berkeiebat ke arah Ratu Sekar Awan. Datuk Kipas Naga sendiri sentakkan kipasnya menutup. Sekail meiompat dia sudah tegak di samping Bidadari Deiapan Samudera.
Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera cepat guiingkan diri. Tapi gerakan orang lebih cepat.
Totokan bersarang pada Ratu Sekar Awan dan Bidadari Deiapan Samudera! Tanpa banyak muiut, Datuk Kipas Naga angkat tubuh Bidadari Deiapan Samudera, diiintangkan di atas pundaknya. Karena tidak bisa bergerak, Bidadari Deliapan Samudera hanya bisa bergumam tak Jelas. Di iain pihak, begitu perempuan berseiubung membungkuk hendak meraih tubuh Ratu Sekar Awan, gadis cantik ini berteriak.
"Siapa kau sebenarnya?! Mengapa mau berkompiot dengan manusia keparat itu?i"" Kini saatnya kau tahu, Ratu!" jawab perempuan berseiubung kain hitam.
"Suaranya.... Sepertinya tidak asing dl teiingaku! Mungkinkah..." desis Ratu Sekar Awan.
"Lihat baik-baik, Ratu!" ujar perempuan berseiubung kain hitam. Tangan kanannya diangkat, sentakkan seiubungan kain hitam yang menutupi rambut dan wajahnya.
Mata Ratu Sekar Awan membelaiak seoiah meiihat hantu gentayangan.
"Sisoki! Apa aku tidak bermimpi?!"
"Kaiaupun mimpi, ini mimpi yang jadi kenyataan, Ratu Sekar Awani" kata perempuan yang kini tidak mengenakan seiubungan kain hitam. Perempuan ini bukan iain memang Slsoki adanya. Saiah satu gadis kepercayaan Ratu Sekar Awan.
"SIsoki! Mengapa kau iakukan semua ini?l Mengapa kau berkhianat padaku?]" Karena aku ingin seperti dirimu!"
"Tapi tidak seharusnya kau berkomplot dengan Datuk Kipas Naga!"
"Aku akan berkompiot dengan siapa saja yang bisa memudahkan cita-citaku! Bahkan aku akan meiakukan apa saja agar cita-citaku jadi kenyataan!"
"Astaga! Jangan-jangan yang membunuh Ayuki dan...-" "Ayuki dan anak buahmu memang mampus di tanganku!"
"Keparati Seiama ini ternyata aku menyimpan bara!" desis Ratu Sekar Awan.
"Dan bara itu sekarang sudah menyala, slap membakar dirimu, Ratu! Tidak iama iagi aku akan mengganlikan kedudukanmu!" Habis berkata begitu, Sisoki bungkukkan tubuh.
Lintangkan tubuh Ratu Sekar Awan di pundaknya. Laiu memberi isyarat pada Datuk Kipas Naga. Kedua orang ini segera meiangkah. Namun baru beberapa tindak, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan meluncurya satu sosok tubuh dari atas pohoni Sisoki menjerit kaget. Mendapati geiagat bahaya, tanpa pikir panjang dia cabut Pedang Tumpui 131. Laiu tanpa meiihat sosok yang meiuncur, dla meiesat ke udara menyambuti sosok yang meiuncur.
Craass! Darah muncrat di atas udara. Sosok yang meiayang dari atas pohon mental, jatuh bergedebukan dl seberang depan.
Datuk Kipas Naga meiompat ke arah sosok yang baru jatuh.
"Nyai Langen Asmara!" desisnya mengenail slapa adanya orang di atas tanah.
"Dia tidak bergerak, tidak buka muiut! Hem.... Daiam sekaii tebas temnyata bukan hanya dadanya yang menganga, namun nyawanya terbang sekaiiani" Sisoki mendekati Datuk Kipas Naga. Datuk Kipas Naga berbaiik.
"Sisoki! Kita teruskan perjaianan! Dia sudah mampus!" Sisoki simpan kembail Pedang Tumpul 131. Saat iain kedua orang ini berkeiebat. Sambii berlari, Datuk Kipas Naga membatin.
"Nyai Langen Asmara.... Adalah aneh kalau dia tldak berusaha menyelamatkan diri....
Tapi apa peduiikui Mungkin sudah takdirnya dia mampus sia-sia!"

*
* *

Pendekar 131 tegak bersandar pada gapura sebeiah kiri jalan masuk ke Pesanggrahan Sewu. Dia terus memandang ke arah bawah.
"Nyai Selayang Kuning memintaku menunggu di tempat ini. Tapl aku tldak menemui slapa-siapai" Joko tengadahkan kepaia.
"Kaiau hingga hari gelap dan aku tidak bertemu siapasiapa, aku akan tinggaikan tempat ini. Aku akan mencari Bidadari Delapan Samudera dan Lara Ayu. Aku akn mengajaknya kembail. Tapi bagaimana dengan pedang dan cerminku...2! Mustahii aku meninggaikan tempat ini tanpa Pedang Tumpui 131 dan Cermin Bayangan Dewa! Siapa yang mengambil dua senjata itu?l Padahai aktu sudah berjanji, seteiah...." Gumaman Joko terputus ketika tiba-tiba dia menangkap berkelebatnya dua sosok bayangan.
"Hem....
Ke mana dua orang tadi?l" Joko mendeiik memperhatikan. Karena mendadak dua bayangan yang baru teriihat di bawah sana ienyapl "Mungkinkah mereka yang hendak bertemu.denganku?! Tapl mengapa mereka melenyapkan diri?i"" Karena penasaran, akhirnya Pendekar 131 beriari ke bawah. Karena belum tahu siapa adanya orang, Joko mengendap-endap. Saat ituiah dia mendengar suara tawa tertahan-tahan. Joko cepat menyeiinap, mendekati sumber suara.
Di satu tempat, Joko berhenti. Memandang ke depan, matanya membeliak besar. Muiutnya ternganga iebar! Namun dadanya berdebar tak karuan. Tanpa sadar dia pegangi bagian bawah perutnya!

*
* *



------------------------------------------------------------

SEBELAS

------------------------------------------------------------
DATUK Kipas Nagai Giiai Apa yang tengah diiakukan?! Kalau mainan, mengapa tidak mengenakan pakalan?! Tubuhnya bergerak-gerak tak karuan! Astaga! Di bawahnya ada orang! Gila! Perempuan lagi! Perempuan itu tertawa tertahan-tahani Siaian betui!" Pendekar 131 memperhatikan sekaii lagi. Tiba-tiba dia pejamkan matanya. Namun matanya kembali dipenlang besar. Bukan iagi meiihat ke arah orang di depan sana yang ternyata adaiah Datuk Kipas Naga yang tengah tenggeiam daiam amukan nafsu bersama Sisoki. Tapi ke arah samping kanan Slsoki. Di situ, teriihat sebuah pedang dan cermini Pedang Tumpui 131 dan Cermin Bayangan Dewa!" desis murid Pendeta Sinting. Laksana terbang, Joko bangkit hendak berkeiebat. Tapi gerakannya tertahan ketika matanya menumbuk dua sosok tubuh yang tergeietak tak bergerak dua tombak dl samping kiri Datuk Kipas Naga.
Mereka itu.... Apa juga tengah main giia-gilaan?l Tapi mengapa diam tidak bergerak-gerak?l" Joko memandang tak berkesip.
"Busyet! Bukankah mereka Bldadari Delapan Samudera dan temannya Ratu Sekar Awan?! Apa yang mereka iakukan?! Menonton permainan iangka itu?i" Tapl.... Ada yang tak beres! Mereka hanya diam. Padahai...." Joko arahkan kembali pandang matanya pada pedang dan cermin dl atas tanah.
Sementara Datuk Kipas Naga muiai menggerakkan tangan membuka pakaian Sisoki yang terus tertawa tertahan-tahan! "Datuk.... Apa tidak sebaiknya kita bunuh saja kedua gadls itu?!" Terdengar suara Sisokl di tengah dengusan napasnya.
Datuk Kipas Naga terdiam beberapa iama. Sambii terus menciumi wajah dan membuka pakaian Sisoki, dia menyahut.
"Begitu kitab berada di tangan kita, dua gadis itu kita bunuh!"
"Datuk! Apa kauyakin Pendekar 131 akan...." Suara Sisoki ienyap karena bersamaan dengan itu Datuk Klpas Naga angkat kepaianya. Laki-iaki ini merasakan gelombang angin dari arah samping. Dia tahu ada orang tengah mendekatl.
Sambii membentak garang, Datuk Kipas Naga guiingkan diri dari atas tubuh SisokL. Entah karena apa, dia bukannya menyambar celananya, tapl justru berguling ke arah pedang dan cermini Namun sejengkai iagi kedua tangannya dapat menyambar Pedang Tumput 131 dan Cermin Bayangan Dewa, tiba-tiba dua kaki mencuat. Dua geiombang berklblat Bukkk! Bukkki Datuk Kipas Naga mental. Pedang Tumpul 131 dan Cermin Bayangan Dewa ienyap dari samping Sisoki.
"Jahanam! Siapa berani mengambii senjata setan itu?l" terlak Datuk Kipas Naga. Dia cepat melompat ke arah ceiananya. Kaiang kabut dia mengenakan ceiananya. Sementara Sisoki cepat bangkit.
"Bidadarl Deiapan Samuderai Ratu Sekar Awani Mengapa kailan diam saja?i"" terdengar suara teguran. Datuk Kipas Naga dan Sisok! berpaling.
"Pendekar 131!" des!s mereka. Mereka meihat Joko tegak di samping Bidadari Deiapan Samudera dan atu Sekar Awan. Tangan kanan memegang Pedang Tumpul 131, tangan kiri memegang Cermln Bayangan Dewa.
Karena tidak mendapat jawaban, Joko bungkukkan tubuh. Tangan klr! kanan dilambai-fambaikan di atas tubuh Bidadari Delapan Samudera dan atu Sekar Awan. Namun kedua gadis ini hanya putar boia matsnya menglkut! gerakan tangan Joko.
Joko segera maklum apa yang terjadi. Pedang Tumpui 131 segera dipindah disatukan di tangan kiri Dengan cepat dia bebaskan Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan, Kedua gadls ini segera bangkit. Datuk Kipaa Naga menggembor keras. Kipas d! bagian dalam ceiana pendeknya disambar. Saat [ain disentakkan. Sementara tangan klri mendorong.
Dar! kipas itu berkiblat lingkaran sinar merah membentuk k!pas. Di beiakang iingkaran merah menderu gelombang dahsyat mendukung fingkaran sinar meran! Joko keiebatkan Cermin Bayangan Dewa. Cahaya put!h terang menyambar.
Blaaarrr! Llngkaran sinar merah semburat. Getombang yang mendukung di belakangnya amblas bertaburan. Cahaya putih pecah berantakan. Ledakan keraa mengguncang. Joko terpelanting, terbanting roboh dl atas tanah.
Darah menyembur dar! mu!utnya. D! seberang depan Datuk Kipas Naga terjengkang terseret beberapa tombak. Muiutrya muntahkan darah. Laki-faki ini terhuyung bangkit. Tapi roboh kembali.
Sebenarnya dia beium sembuh benar dari cedera aklbat bentrokan tempo hari dengan Nyai Sedap Mentui dan murid Pendeta Slnting. Dia bersama Sisoki ingin pergi untuk sembuhkan cedera dalamnya sambii memperdaiam tenaga daiam. Namun secara tak senga]a mereka menemukan Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan yang tengah bentrok dengan Rayi Tunjung Seroja. Mereka menunda keperglannya dan berniat teruskan perjaianan dahuiu ke Pesanggrahan Sewu karena mendengar pembicaraan Bidadari Deiapan Samudera dan Ratu Sekar Awan.
Di lain pihak begitu Joko dan Datuk Kipas Naga tengah teriibat bentrok, Ratu Sekar Awan melompat ke arah Sisoki, bekas anak buah kepercayaanny a.
"Sisokii Dosamu tak bisa kugambarkani Aku memberimu kesempatan untuk menghabisi nyawamu sendiri!" teriak atu Sekar Awan.
"Jangan piklr aku akan gagai! Kau yang harus menghabisi nyawamu sendiri!" jawab Sisoki.
Ratu Sekar Awan kertakkan rahang. Matanya merah laksana dikobari bara. Sambii membentak keras dia meiompat, jatuhkan diri dua langkah di hadapan Sisoki.
Kaki kiri kanan dikelebatkan membentuk putaran! Slsoki melesat setengah tombak ke udara seiamatkan dirt. Laiu tendangkan kaki kanan kiri ke arah kepala Ratu Sekar Awan.
Ratu Sekar Awan rebahkan punggung sejajar tanah. Kedua kakinya ditarik, dihantamkan ke udara.
Bukkki Bukkk! Sisoki terpekik. Tubuhnya iimbung di atas udara, iaiu jatuh terjerembab. Ratu Sek ar Awan yang sudah kaiap bangkit. Sekaii meiompat tubuhnya sudah melayang di atas Sisoki. Dari atas udara kedua kakinya kirimkan tendangan dahsyat ketika Slsoki berusaha bangkit! Bukkk! Bukkk! Sisoki tersentak, jatuh menghujam tanah! Ratu Sekar Awan turun, tegak atas tanah memandang gar ang pada Sisoki. Saat iain dengan didahului jeritan keras kedua tangannya iepas pukuian tangan kosong bertenaga daiar tinggi.
Wusss! Sisoki menceiat. Nyawa gadis ini sudah melayang sebeium tubuhnya menghajar tanah.
Ratu Sekar Awan menghela napas panjang. Matanya pandangi sosok mayat Sisoki. Tanpa terasa air matanya meiuncur jatuh. Saat ituiah dia merasakan sambaran angin. Berpaiing dia melihat Datuk Kipas Naga berkeiebat. Laki-iaki ini tampaknya hendak meloioskan diri.
"Mau lari ke mana, Datuk?!" teriak Ratu Sekar Awan. Dia meiompat menghadang. Tapi beium sampai bergerak, dua geiombang menyambar, menghantam Datuk Kipas Naga.
Datuk Kipas Naga tersentak ke samping, falu roboh terbanting. Kipas di tangan kanannya mental lepasi Namun Datuk Kipas Naga berusaha bangkit. Dia sadar tak mungkin mampu meianjutkan bentrok. Namun baru saja membaiik, Bidadari Deiapan Samudera yang baru saja lepas pukuian memotong gerakan sang Datuk, tahu-tahu sudah tegak di hadapannya! Bukkk! Bidadari Deiapan Samudera lepas jotosan, mengdi hajar wajah Datuk Kipas Naga. Kepaia sang Datuk teieng ke samping. Tubuhnya terhuyung robch. Saat ituiah Bidadari Deiapan Samudera sentakkan kedua tangannya.
Meiihat apa yang terjadi, Ratu Sekar Awan tidak tinggai diam. Dia ikut mendorong kedua tangannya.
Datuk Kipas Naga tercekat. Dia hanya mampu memandang pada gelombang angin yang menghantam ke arahnya! Wussssi Wusssssl Datuk Kipas Naga menceiat. Jatuh bergedebukan lima tombak di depan sana. Bidadari Delapan Samudera dan Ratu Sekar Awan beriompatan mengejar. Namun gerakan mereka tertahan ketika tlba-tiba terdengar suara.
"Cukup! Takdir hidup Datuk Kipas Naga sudah berakhir!" Berpaiing, terlihat seorang nenek berpinggui besar. Nenek ini tegak dengan dua tangan terangkat di atas kepaia. Kedua tangannya memegang sebuah tombak besar. Di beiakang nenek Ini tegak puia seorang nenek berambut putih pendek dibeiah tengah. Dua nenek bukan iain adaiah Nyai Sedap Mentui dan Nyai Seiayang Kuning.
Di sebeiah beiakang sana, murid Pendeta Sinting segera bangkit mefihat kemuncu!an Nyai Sedap Mentuf dan Nyai Sefayang Kuning. Laiu meiangkah mendekati.
Kurasa urusan kaiian sudah tuntas! Kaiaupun masih tersisa urusan iain, kurasa kaiian bisa menyeiesaikannya sendiri tanpa harus ribut-ribut!" kata Nyai Sedap Mentui.
Bidadari Deiapan Samudera dan Ratu Sekar Awan aiing mefirik. Tampaknya mereka paham bahwa arah ucapan si nenek ditujukan pada mereka berdua.
"Datuk Gede Anune!" kata Nyai Seiayang Kuning.
"Seperti kubiiang. Kemuncuianmu membuat geger kawasan inii Untuk itu, karena urusanmu sudah seiesai, maka kuharap kau segera meninggaikan tempat in!! Begitu puia Bidadari Deiapan Samudera. Bagi Ratu Sekar Awan, aku tak bisa biiang apa-apa. Terserah....
ingin pergi bersama mereka silakan. Ingin terus di sini juga siiakan...."
"Nyai.... Aku sudah tldak punya siapa-siapa iagi. Aku ingin meiupakan apa yang pernah terjadi dengan meninggaikan kawasan ini!" sahut Ratu Sekar Awan.
Jika begitu maumu, kami tidak bisa mencegah.
Kami akan mengantarmu ke perbatasan jurang!" ujar Nyai Seiayang Kuning.
Datuk Gede Anune! Terimaiah Kitab Kidung Seloka ini!" kata Nyai Sedap Mentul. Tombak besar di atas kepaia diturunkan. Tombak ini bukan fain adaiah tombak miiik Manusia Tombak Berkepaia Setan. Laiu tangan kanan menyeiinap ke baiik pakaian, mengambii Kitab Kidung Seloka.
"Nyai Sedap Toi! Aku tak mau teriibat urusan baru karena membawa kitab itu! Ambii saja kitab itu untukmu!"
"Betul?! Kau tidak kecewa?!" Joko geieng kepaia. Nyai Sedap Mentui simpan kembaii Kitab Kidung Seioka. Nyai Seiayang Kuning tengadah iaiu berucap.
"Sebelum suasana berubah geiap, kita segera menuju perbatasan jurang!" Didahuiui Nyai Seiayang Kuning dan Nyai Sedap Mentui, keiima orang itu berkeiebat. Joko sengaja beriari paling beiakang, karena tak ingin terjadi perasaan aaling tidak enak antara Bidadari Deiapan Samudera dan Ratu Sekar Awan.
Tlba di perbatasan jurang, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara isakan tangis. Semua kepaia berpaling. Mereka meiihat seorang gadis tengah duduk bersimpuh. Kedua tangan ditakupkan di depan wajah. Bahunya berguncang keras.
"Lara Ayui" desis Pendekar 131 mengenaii siapa adanya si gadis. Bidadari Deiapan Samudera cemberut tak senang. Si gadis yang memang Lara Ayu adanya luruhkan kedua tangannya. Melihat siapa saja yang ada di tempat itu, gadis ini menjerit keras. Laiu menghambur hendak iari! Nyai Sedap Mentui memotong dan tegak di hadapan Lara Ayu.
"Lara Ayu.... Dengar baik-baik. Apa yang pernah kau iakukan dengan Datuk Tangan Binai di fuar jaian pikiranmu! Kau saat itu tengah dikuasai iimu Nyai Dua Wajah! Maka kau tak usah merasa maiul Sekarang kuminta kau tidak menyaiahkan diri sendiri.
Kau berada di sini. Kau ingin kembaii, bukan?!" Dengan usap air matanya Lara Ayu anggukkan kepaia. Dia meiirik pada Pendekar 131 dan Bidadari Deiapan Samudera. Dia sebenarnya ingin berucap. Namun Nyai Sedap Mentui mendahuiui.
"Datuk Gede Anune! Juga kaiian semua yang ada di sinii Kuharap sementara ini kaiian iupakan urusan ynng masih mengganjai! Hidup memang ada warnany al Tinggai nanti takdir yang menentukan! Khusus buat wiubutku Datuk Gede Anune alias Pendekar 131. Seteini kau keiuar dari kawasan ini, kuminta kau seienikun masafah ketiga gadis ini secara baik-baik! Soal bagaimana caranya, aku sendiri juga bingungi Hik....
Hik.... Hik...! Tapi aku percaya kau bisa menyefesaikannya! Urusan asmara tidak suiit!" Joko hanya blsa anggukkan kepaia tanpa bisa buka mufut. Nyai Sedap Mentui menoieh pada Nyai Seiayang Kuning. Tombak di tangannya diiemparkan.
Nyai Seiayang Kuning sambuti tombak.
"Datuk Gede Anune! Kau tegak di tengah sinil Pegang kuat-kuat tombak in!!" Waiau mas!h beium tahu apa yang akan diiakukan orang, tapi Joko meiangkah ke arah Nyal Seiayang Kuning. Kedua tangannya diangkat pegang tombak di atas kepaianya.
"Lara Ayu! Kau tegak di sebelah kanan! Pegang ujung tombak!" perintah Nyai Seiayang Kuning. Seteiah meiirik pada Bidadari Delapan Samudera, Lara Ayu meiangkah dan tegak seperti yang dikatakan Nyai Selayang Kuning. Saat ituiah Bidadari Delapan Samudera meiompat ke arah Nyai Sedap Mentul. Wajahnya disorongkan mendekati teiinga si nenek.
"Nek.... Ada yang ingin kutanyakan. Perihai urusan tempo hari. Kau pernah biiang kafau bagian bawah perut Pendekar 131 piontos tidak ada apa-apanya. Apa benar, Nyai? Kuminta kau berkata jujur...." Nyai Sedap Mentui semburkan tawa keras. Saat ituiah Nyai Seiayang Kuning berteriak.
"Bidadari Delapan Samuderai Kau tegak di sebeiah kiri Datuk Gede Anune!" Bidadari Delapan Samudera tidak segera beranjak dari samping Nyai Sedap Mentui. Dia masih menunggu jawaban. Namun hingga agak iama ternyata si nenek hanya tertawa tanpa memberi jawaban. Akhirnya de- ngan mendongkoi, Bidadari Delapan Samudera meiangkah dan tegak di sebeiah kiri Pendekar 131.
Ketika Bidadari Deiapan Samudera melangkah dari samping Nyai Sedap Mentui, Ratu Sekar Awan meiompat mundur, mendekati Nyai Sedap Mentui. Sebeium gadis Int berbislk, Nyai Sedap Mentui mendahuiui.
"Kau pasti menanyakan apakah benar di sebeiah bawah perut Pendekar 131 Gede Anune piontos tidak ada apa-apa! Hik.... Hik.... Hik...i" Ratu Sekar Awan terkesiap mendapati si nenek sudah tahu apa yang hendak ditanyakan. Tapi dia segera berbisik.
"Nek.... Apa betui begitu?l" Yang ditanya hanya tertawa panjang. Ratu Sekar Awan cemberut. Tanpa buka muiut dia meiangkah menjauh. Saat itulah Nyai Seiayang Kuning berterlak.
"Ratu Sekar Awan! Kau tegak di samping Bidadari Deiapan Samuderai" Ratu Sekar Awan meiompat, tegak di samping Bidadari Delapan Samudera, memegang pangkai tombak.
Nyai Seiayang Kuning mundur. Nyai Sedap Mentui maju. Kedua nenek ini tegak berjajar di beiakang empat orang yang tegak membeiakangi di hadapan mereka dengan masing-masing tangan terangkat di atas kepala pegangi fintangan tombak.
"Sahabat sekalian! Daiam hidup, ada yang bertahan ade puia yang ienyapi Mika kaiian ingin jawaban dari semua itu, nantl bisa kaiian tanyakan pada awan di haran sana!" kata Nyai Seinyang Kuning.
"Sahabat sekaliani Kuucapkan seiamat jaian!" kata Nyai Sedap Mentui.
Nyai Sedap Mentui dan Nyai Seiayang Kuning maju. Saat ialn tiba-tiba kedua nenek ini hantamkan tangan masing-masing ke atas tanah.
Bummm! Bummm! Bummmi Bummmmi Terdengar empat kaii suara dentuman. Tanah di tempat itu semburat menghalangi pemandangan. Saat bersamaan, sosok Bidadari Deiapan Samudera, Pendekar 131, Ratu Sekar Awan serta Lara Ayu meiesat iaksana terbang ke udara! Karena tombak yang mereka pegang bukan tombak sembarangan, mereka bukannya meiayang jatuh kembafi, meiainkan terus meiesat ke atas! Saat ituiah Nyai Sedap Mentul berteriak.
Bidadari Delapan Samudera! Ratu Sekar Awan! Kaiian tak periu cemas! Bagian bawah perut Pendekar 131 tidak plontos! Semuanya mas!h iengkap!" Teriakan Nyai Sedap Mentui memantui ke iamping jurang, menggema beberapa kali sebeium akhirnya ienyap!.

SELESAI PENDEKAR PEDANG TUMPUL 131

JOKO SABLENG

Segera terbit :
MISTERI LAMBANG ISTANA


INDEX JOKO SABLENG
Karma Manusia Sesat --oo0oo-- Misteri Lambang Istana
Copyright@tanztj.2010. Powered by Blogger.