Manusia itu gampang lalai. Tenggelam dalam kesibukan sehari-hari, ia mungkin mudah tersesatkan dari pokok-pokok nyata pada apa sesungguhnya ia perlu memberikan perhatian. Ia mungkin mudah melupakan bahwa Allah melingkupinya, bahwa Dia mengawasinya setiap saat, bahwa Dia mendengarnya, dan bahwa suatu hari ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Allah. Ia mungkin juga melupakan tentang keniscayaan kematian, kuburan, Surga dan Neraka, bahwa tidak sesuatu pun terjadi selain atas kehendak Allah, dan bahwa sesungguhnya ada maksud di balik segala sesuatu.
Akan tetapi, menegakkan shalat lima kali sehari menghilangkan keadaan lalai ini dan menjaga niat dan nurani mukmin tetap hidup. Shalat membuatnya terus berpaling kepada Allah dan hidup dengan perintah Tuhan kita. Seorang manusia beriman sempurna yang berdiri di hadapan Allah untuk menegakkan shalat menjaga ikatan batin yang kuat dengan Allah. Bahwa shalat itu mengingatkan manusia akan Allah dan menghindarkannya dari semua jenis kejahatan dikatakan dalam ayat berikut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut, 29: 45)
Shalat adalah laku ibadah yang wajib bagi semua nabi dan mukmin. Nabi-nabi yang sepanjang sejarah diutus kepada manusia menghimbau kaumnya akan laku ibadah wajib ini. Sementara itu, mereka sendiri menegakkannya dalam cara yang secermat-cermatnya dan menjadi teladan yang harus diikuti semua mukmin. Dalam hal ini, shalat adalah sebentuk pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi Allah kepada masing-masing kaumnya.
Dalam Qur’an, ada beberapa ayat tentang perintah Allah kepada nabi-nabiNya tentang penegakan shalat, nilai penting yang dilekatkan pada laku ibadah ini, ketaatan seksama para nabi, dan perintah mereka kepada kaumnya tentang penegakan shalat:
Dalam satu ayat, Allah menceritakan yang berikut tentang Nabi Ibrahim AS:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim, 14: 40)
Dalam Qur’an, Nabi Ismail AS diceritakan seperti berikut:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya, ia seorang yang benar janjinya, dan ia seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh kaumnya untuk bershalat dan berzakat, dan ia seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (QS Maryam, 19: 54-55)
Dalam satu ayat lain, Allah mengatakan kepada Nabi Musa AS sebagai berikut:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. (QS Tha-Ha, 20: 14)
Allah juga memerintahkan Maryam, yang dijadikan sebagai teladan dalam Qur’an bagi semua perempuan di dunia, agar menegakkan shalat:
“Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk” (QS Al-Imran, 3: 43)
Isa AS, yang dilukiskan sebagai “firman Allah” dalam Qur’an juga menerima perintah yang sama:
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup” (QS Maryam, 19: 30-31)
Harun Yahya - Iman Yang Sempurna